Entri Populer

Selasa, 21 Februari 2012


METODE SQ3R pada Kemampuan Membaca Mahasiswa pada Mata Kuliah “Advanced Reading for Technology of Information”
Oleh
Hendra

A.    Pengertian
1.      Metode SQ3R
Metode SQ3R merupakan metode yang berlandaskan pada teori- teori kognitif psikologi pendidikan yang dikhususkan pada membaca. SQ3R itu sendiri sebuah singkatan dari “Survey”, “Question”, “Read”, Recite” dan “Review.”  Adanya proses persiapan sebelum pembacaan secara penuh dilakukan. Berarti, metode ini melibatkan informasi sebelumnya, persepsi, dan Menmonic atau mencoba menghubungkan sesuatu informasi dengan informasi lainnya di dunia nyata (Eysenc dan Keane, 2003: 260). Metode SQ3R merupakan metode yang melandaskan pada teori- teori pembelajaran tentang memori atau media penyimpanan manusia ((Long, 2003: 18).  Terdapat dua macam memory, yaitu “Short Term memory” dan “Long Term Memory.” Yang sering terjadi pada teori pembelajaran ialah “Short Term Memory” atau “Working Memory”, sehingga pembelajaran tersebut tidak bisa di”recall” untuk pembelajaran selanjutnya. Teori tentang Memory dikemukakan oleh Atkinson dan Shriffin pada tahun 1968 (Eysenc dan Keane, 2003: 2- 14). Bagaimanakah pembelajaran yang diterima akan menjadi “Long Term Memory”, salah satunya ialah dengan memekai Teknik “Mnemonic”. Teori ini mencoba menghubungkan (linking) sebuah pembelajaran dengan hal- hal lain yang ditemukan pada kenyataan yang ada (Eysenc dan Keane, 2003).Dan juga, metode SQ3R mengacu pada teori pembelajaran kognitif Neisser pada tahun 1976 yang mengatakan proses informasi kognitif merupakan proses interaksi “bottom up” dan “bottom down.” Bottom down bisa dikatakan sebagai ingatan dan bottom up ialah persepsi. Bisa disimpulkan sebuah stimuli akan membuat manusia merespon untuk menjadikanya sebuah persepsi tentang apa yang sedang dipelajarinya, yang menjadi masalah iaah kadang ingatan kita tentang stimuli yang ada hanya sedikit, sehingga tidak bisa merespon atau mempersepsikan untuk pembelajaran berikutnya.Pada “Bottom Down” juga terdapat konteks pada bahasa yang ada, sehingga bisa disesuaikan artinya berdasarkan pada dunia nyata (Eysenk dan Keane, 2003:2). 
SQ3R pada mulanya dikembangkan oleh seorang professor yang bernama Francis Robinson dari Universitas Negeri Ohio pada tahun 1940. SQ3R sebenarnya merupakan bagian dari ASTP (Army Specialized Training Program) yang memberikan pelatihan kepada personil militer agar menjadi pembaca yang lebih baik dan mampu menguasai materi dengan cepat.
Ketika kita menyerap informasi, maka apa-apa yang dibaca akan masuk ke dalam memori jangka pendek. Proses review dilakukan setelah proses membaca selesai agar apa-apa yang dibaca tidak hanya masuk dalam memori jangka pendek melainkan masuk ke memori jangka panjang. Dengan demikian, kapanpun mahasiswa perlu mengingat kembali materi bacaan tersebut, tinggal melakukan proses pemanggilan dari memori jangka panjang (Sticht, 2005).
 “Survey” di dalam metode SQ3R berarti mencari judul, sub-judul, gambar, grafik, atau keterangan tambahan dari sebuah buku atau teks. Disini termasuk mencari huruf bercetak tebal ataupun huruf bercetak miring. Fungsi “Survey” ini adalah supaya kita mendapatkan gambaran umum akan apa yang akan kita baca. Pembaca sebelumnya mempunyai outline bacaan atau teks tersebut. “Question” berarti pembaca memunculkan berbagai pertanyaan di kepala setelah melakukan “Survey” tadi. Fungsi “Question” ini adalah supaya pembaca terfokus pada apa yang akan dibaca. Berbekal outline atau gambaran umum tentang sebuah teks atau bacaan yang pembaca lihat sekilas melalui survey tadi, kita bisa meunculkan pertanyaan-pertanyaan agar kita bisa fokus pada materi bacaan atau teks. “Read” berarti waktunya pembaca membaca dari awal hingga akhir. Dalam tahap ini pertanyaan-pertanyaan yang pembaca munculkan semestinya terjawab setelah melakukan proses “Read” ini. Pada tahap ini pembaca berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadi muncul pada saat fase Q (Question) sembari terus membaca. Langkah berikutnya adalah resitasi, atau dalam Bahasa Inggrisnya Recite. “Recite” berarti mengungkapkan atau menuliskan apa yang telah dibaca dengan cara yang berbeda (maksudnya dengan kalimat sendiri) dan menghubungkannya dengan apa yang telah diketahui (rephrasing and connecting). Fungsinya untuk mengetahui pemahaman pembaca akan apa yang dibaca. Dengan kata lain mengkomunikasikannya dengan bahasa yang berbeda. Mengkomunikasikan di sini bukan berarti mengkomunikasikan dengan orang lain, tetapi mengkomunikasikan dengan diri sendiri. Pembaca melakukan tanya jawab dengan dirinya sendiri untuk memperoleh pemahaman yang lebih utuh tentang teks atau bacaan yang sedang dipelajari. “Review” berarti mengingat kembali apa yang telah dibaca. Disini pembaca memutuskan apa-apa yang ingin penulis sampaikan. Hal-hal apa yang perlu di ingat. Apakah pertanyaan yang dikemukakan telah terjawab sepenuhnya. Apakah ada yang tidak pembaca pahami ataupun ada hal-hal yang tidak kita setujui dengan penulis. Fungsi “Review” ini adalah meningkatkan lagi pemahaman pembaca ke level yang lebih tinggi.  SQ3R ini telah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan reading comprehension (kemampuan memahami isi teks) pada beberapa penelitian di beberapa negara. Dengan demikian tentunya sangat bermanfaat bagi mahasiswa (Kabay, 2010; Auburn University English Centre, 2012).

2.      Kemampuan Membaca Mahasiswa
Dalam mempelajari Bahasa asing, terdapat empat kecakapan yang diperlukan, yaitu: 1) Speaking (Berbicara); 2) Writing (menulis); 3) Listening (Mendengarkan); dan 4) Reading (membaca). Dan apabila dianalisa keempat kemampuan tersebut merupakan bagian- bagain yang berpasangan; Speaking berhubungan dengan listening dan reading berhubungan dengan writing.
Reading merupakan proses langsung kognitif atau penerimaan informasi yang diberikan. Tujuan dari reading pada kognitif ialah membentuk sebuah “Long Tern Memory”, bagaimana informasi tersebut dapat tersimpan dalam otak dalam waktu yang lama. Apalagi, informasi tersebut sangatlah dibutuhkan dalam pembelajaran selanjutnya. Akan jelas terlihat bagaimana kebutuhan membca ini sangat dibutuhkan mahasiswa dalam memperoleh informasi (Seifert dan Sutton, 2009: 22). Pada masa sekarang ini, mencari materi bacaan yang terbaru dalam  bidang tertentu yang berbahasa Indonesia sangatlah sulit karena kebanyakan informasi terbaru pasti dalam Bahasa Inggris. Hal ini terjadi karena masih kurangnya penulis- penulis Indonesia dalam bidang bidang tertentu. Sehingga, mau tidak mau mahasiswa akan memperoleh informasi terbaru dengan membaca bacaan yang berbahasa Inggris. Terlebih lagi, membaca dalam Bahasa Inggris akan menambah kosa kata mahasiswa (Vocabulary) (Seifert and Sutton, 2009:66). Akan tetapi, terdapat beberapa keterbatasan alam membaca materi yang berbahasa Inggris, seperti keterbatasan dalam kecakapan berbahasa Inggris seperti yang disebutkan di atas. Akan tetapi, kebutuhan tersebut sangatlah mendesak sehingga membutuhkan lebih dari satu materi pembacaan untuk satu objek. Oleh karena itu, metode pembelajaran SQ3R sangatlah memadai untuk mengambil isi beberapa buah buku dalam waktu yang sangat singkat.
Untuk mengambil isi buku tersebut, hal yang pertama kali dilakukan ialah Survey atau mereview atau mengkaji ulang buku yang akan dibaca dan dihubungkan dengan informasi sebelumnya. Adanya proses pengulangan atau review untuk memastikan pemahaman akan bahan bacaan. Survey merupakan proses persiapan membaca dengan cara melihat sekilas isi buku dari yang terlihat dan menghubungkan dengan apa yang telah diketahui. Misalnya dari Judul Utama, misalnya judulnya tentang “Asynchronous Transfer Mode”, maka mahasiswa akan me”recall” infomasi sebelumnya yang didapat tentang Asynchronous Transfer Mode, misalnya tentang “Cell Relay”. Kemudian mahasiswa melihat sub- judul, dan setelah mencocokan persepsinya yaitu tentang “cell relay”, maka secara tidak langsung mahasiswa tersebut akan menebak, kira- kira isi buku tersebut tentang apa. Bahkan, gambar juga bisa memberikan informasi yang berhubungan dengan persepsi mahasiswa tadi. Bahkan, nama- nama yang sering keluar dari halaman per halaman juga menentukan inti dari pembahasan sebuah buku. Daftar isi juga bisa memberikan informasi yang berhubungn dengan persepsi pembelajaran; kira- kira cocok atau tidaknya infomasi yang diminta dengan isi. Bahkan, istilah istilah lain yang dicetak miring dan tebal merupakan bagian yang paling penting dari sebuah informasi dan persepsi yang ada. Gambar pada sampu juga bisa memberikan informasi visual tentang pembahsan yang akan dibahas, yang sekaligus berfungsi sebagai visual representation (pendapat Brunner tentang teori “Connectivism”, Long, 2003). Sehingga, bisa menghubungkan gambar tersebut dengan yang lain.
Tahap yang kedua ialah “Question”. “Question” ialah membuat pertanyaan yang berkaitan dengan  buku yang akan diaca. Tahap kedua ini membutuhkan Tahap ini dilakukan bersamaan dengan proses survey terutama ketika Anda mempelajari daftar isi serta mulai membaca sekilas halaman demi halaman secara cepat. Sambil membaca judul bab, sub judul bab, kata-kata khusus bercetak tebal atau miring, tabel dan gambar maka pada saat yang sama, mahasiswa melakukan proses bertanya kepada diri sendiri. Di sini mahasiswa melakukan proses aktif dengan melakukan analisa, sintesa maupun argumentasi terhadap pokok pikiran yang disampaikan penulis buku. Mahasiswa bisa menciptakan berbagai pertanyaan seperti:
Menurut saya bab ini harusnya menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu “Proses transfer data secara besar”
Perhatikan dari pertanyaan-pertanyaan di atas, seorang pembaca telah melakukan proses dialog aktif bahkan sebelum pembacaan secara penuh dilakukan. Dengan demikian, secara mental pembaca tersebut sudah siap untuk terjun ke dalam isi bacaan termasuk untuk menguji pembahasan yang diajukan penulis buku dengan apa-apa yang telah dipelajari dan dipahami sebelumnya oleh pembaca tersebut. Proses inilah yang nantinya akan membantu terjadinya membaca secara aktif. Lewat cara ini, pembaca tidak sekedar “menurut” dengan apa yang disampaikan penulis melainkan turut melakukan analisa, sintesa maupun argumentasi terhadap isi buku.
Setelah dua tahap di atas dilakukan, maka mulailah proses membaca secara keseluruhan dilakukan. Dengan adanya persiapan sebelum membaca, maka proses baca keseluruhan isi dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Hal ini dibantu karena pembaca tersebut telah mengenali ide pokok yang disampaikan penulis, memahami strukturnya, maupun terminologi yang banyak dipakai. Proses pembacaan keseluruhan ini dapat dilakukan dengan break di tiap akhir bab untuk kemudian melakukan review atau dengan cara menyelesaikan dulu secara total. Prose membaca cepat bisa dilakukan dengan cara skimming dan juga scanning. Saint Martym University (2010) menyatakan:
In scanning, you usually have a question to, or something specific to look for. It might be a telephone number, a particular quotation in a book, or supporting facts to use in a discussion you’re having. When you scan, your goal is to find just the information you want. When you’ve found it, you’re finished reading. In skimming, your purpose is quite different. You may be interested in the “gist” of an article, or you may want to sample a book in the library before deciding to take it out. When you skim, you alternate read and glance, and your goal is to obtain an impression of the whole.

Proses scanning ialah membaca cepat berdasarkan pada apa yang diinginkan saja. MIsalnya, berhubungan dengan hal di atas, mahasiswa hanya ingin mencari tentang “cell relay” maka dia akan hanya mencari bacaan dengan kata “cell relay saja” dan membiarkan poko pembahasan lain. Sedangkan, proses “skimming” iaah membaca cepat secara keseluruhan dan mengambil inti dari keseluruhan. 
Proses resitasi atau melakukan refleksi atas bahan bacaan dapat dilakukan segera setelah mengakhiri satu bab. Langkah ini dilakukan untuk menguji pemahaman atas apa yang telah dibaca. Proses ini dilakukan dengan menceritakan ulang pokok pikiran yang dibahas dalam buku tersebut dengan gaya bahasa sendiri. Jika hal tersebut dapat dilakukan menunjukkan bahwa seorang mahasiswa memahami isi buku tersebut.  Namun  jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, maka pemahaman mahasiswa sebenarnya masih diragukan. Proses resitasi ini sangat bermanfaat terutama ketika membaca buku-buku teks perkuliahan yang wajib dikuasai. Proses ini tidak berusaha menghafal apa-apa yang dibaca melainkan berusaha memahami dengan bahasa sendiri apa-apa yang telah dibaca. Kesimpulannya, dalam bagian ini mahasiswa mencoba menyimpulkan pa yang telah dia baca dan me”recall” pembelajaran dengan mempergunakan Bahasa dia sendiri.


Referensi:
Auburn University English Centre. 2012. SQ3R. Auburn University
Eysenk, Michael W dan Mark T Keane. 2003. Cognitive Psychology: A Student’s Handbook. Hove and New York: Sychology Press
Kebay, M.E. 2010. SQ3R: Active Learning for Everyone. Information Assurance, Division of Business & Management MSIA Program Director , School of Graduate Studies Norwich University, Northfield

Long, Martyn. 2003. The Psychology of Education. New York: Taylor & Francis e-Library 
Saint Martyn’s University. 2011. Skimming and Scanning. Saint Martyn’s University: Learning and Writing Centre.
Sticht, Tom. 2005. Seven Pioneering Adult Literacy Educators in the History of Teaching Reading With Adults in the United States. Washington: Adult Literacy Research Working Group.

Roles of English


A.    Roles of English at Present
In this Modern world, English is so important for most people as it is the language for communicating themselves to the others. In our daily activities, we must find English used everywhere; in using computer; we must find English used as the language, we also can find English in some studies, such as Economics, Physics, Biology, etc, and even we also can find English in songs, movies, or others. Therefore, English is so important.
In Indonesia, English has been taught since primary with the purpose some Indonesians can speak English well and they can improve the country by using their knowledge, science, and even language. Why can it happen? At first, English is used as the language in science and knowledge. If some people want to know more about knowledge and science, they must know English. Even, some newest information connected to science and knowledge, it must use English. Therefore, if people have the capability of English, they must be capable in knowledge or science also. English can be the language of knowledge or science was started since James Watt invented something (boiler) in 1600’s. The invention of James Watt’s has made Industrial revolution in England. Since then, some other scientists invented something in their own fields, such as biology, chemistry, economy, etc. Then, because some knowledge and science were formed or developed in England, some terms or language used in some fields were English until now.
Even, in computer literary, some terms are in English. They cannot be translated into Bahasa Indonesia. Although it can be translated into Bahasa Indonesia, but the meanings will be different or it is hard to understand.

Task:
Try to develop all the computer terms below to become some sentences and then translate them into Bahasa Indonesia, you will find why English is so important for knowledge or science
- Motherboard               - Peripherals                  - notebook                     - internet
- card                             - Modulator   Demodulator                                - Video Graphic Adapter
- mouse                         - Keyboard                    - Installation                  - Download
- Upload                        - network                      - internet                        - processor

After developing the terms above and then try to translate the meaning in you will know that some English terms sound ridiculous if we translate them into English in different context. The language  phenomena do not occur in computer only, but it is also in the other fields. That is why English can be called as Scientific language.  
Then, English is also as standard variety for the world or it is as the second language for people. It means, to whom we speak with (foreigners), or even when we go to the other countries, we must use English as the tool of communication although they do not use English in their countries.
Task: Chat with the foreigners (in whatever states they are) by using: Indonesia and English. You can find that they do not understand your language but they will know English although they do not use English in their daily activities.
Last, English is as International language (formal language) besides French, German, Chinese, Arabic, etc. In some International meetings, conferences, others, mostly will use English as the language.  

Feminisme Perempuan Arab


Pergeseran Nilai Masyarakat Arab sebagai Penyebab Feminisme sebagaimana Terlihat di dalam Novel “Mencari Perempuan yang Hilang” yang ditulis oleh DR. Imad Zaki (Diterjemahkan oleh Dr. Zuriyati)

Abstrak:
Sebagai Negara Islam, Arab seharusnya memegang teguh nilai- nilai yang terkandung di dalam Islam. Akan tetapi, pengaruh barat sudah banyak mempengaruhi Arab sehiingga cara berfikir masyarakat Arabpun sudah berubah. Hal ini terlihat pada Novel “Mencari Perempuan yang Hilang” yang memperlihatkan Arab yang sudah berubah dari nilai- nilai Islam. Masyarakat Arab melihat uang adalah segalanya dan bahkan sudah berfikir materiaistis. Demikian juga tentang pemikiran masyarakat Arab tentang perempuan yang bisa dilecehkan, dan bahkan bisa dijual.
Dalam menganalisa Novel “mencari Perempuan yang Hilang”, terdapat dua hal yang akan dianalisa, yaitu: (1) Bagaimanakah bentuk pergeseran nilai yang ada pada masyarakat Arab, dan (2) Bagaimana bentuk feminisme yang terjadi di dalam novel “Mencari Perempuan yang Hilang”.
 Karena yang dianalisa ialah sebuah novel, maka “Content Analysis” atau “Analisis Isi” merupakan sebuah metode kualitatif yang pantas digunakan. Data yang akan diambil ialah data tertulis atau data yang ada di dalam novel.
Hasil dari analisa ini ialah, banyak para pengusaha Arab selalu mempergunakan wanita untuk tujuan- tujuan tertentu sebagai akiat dari pemahaman kapitaisme Barat, dan juga banyaj sekali pelecehan- pelecehan seksual erhadap kaum perepuan. Dan sebagai akibatnya, banyak wanita memberontak dan melakukan pergerakan Feminisme sosialisme.

Kata Kunci: Arab, Kapitalisme, pelecehan, dan Feminisme


A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Negara Arab merupakan sebuah Negara yang di dalamnya berkembang sebuah Agama Islam. Seharusnya, sebagai Negara Islam, Masyarakat Arab seharusnya memegang teguh nilai- nilai keislaman yang ada di dalamnya. Masyarakat Arab seharusnya memegang teguh nilai- nilai kehidupan yang ada berdasarkan Agama Islam, seperti Ekonomi Islam yang memegang teguh hukum Syariah, dan juga cara memandang kaum perempuan, yang sebenarnya di Agama Islam tidak ada perbedaan. Bahkan, di dalam Islampun, pelecehan terhadap wanitapun dilarang dan haram. Sebagai akibatnya, banyak sekali hukum Islam yang akan memberikan hukuman terhadap pelanggaran hal tersebut (Childs, 2002).
Akan tetapi, nilai- nilai ke_Islaman yang memegang teguh hukum Syari’ah, dimana ekonomi mengenal pembagian hasil, akhirnya mulai luntur dengan adanya system perekonomian barat yang dikenal dengan nama kapitalisme. Sistem kapitalisme lebih cenderung meihat keberadaan si pemegang modal, sehingga apapun yang dikeluarkan oleh si pemilik modal akan dilaksanakan oleh para peaksana apakah itu akan melawan system yang ada atau tidak. Sebagai contoh kecil, dahulu, karena Negara- negara pemilik modal berkuasa penuh, akhirnya ketika menguasai sebuah Negara, Negara- Negara tersebut akan bertindak sewenang- wenang. Sistem kapitalisme barat inilah yang juga mempengaruhi pemikiran banyak pengusaha Arab sehingga para pengusaha tersebut lebih berpikir materialism dan memikirkan untug- rugi untuk melakukan sesuatu (Childs).
Hal itulah yang terlihat di dalam Novel “Mencari Perempuan Yang Hilang” dimana ayah dari Ahlam, Abdul Ghani, seorang pengusaha melakukan apa saja dan bahkan berani menyuap pemerintah untuk keuntungan pribadinya. Seperti menyuplai obat- obatan dan jarum suntik yang sudah kadaluwarsa, dan bahkan dia juga menjual obat- obatan terlarang.
Pelecehan perempuan yang juga merupakan pelanggaran, banyak terjadi di Negara Arab, atau Negara- Negara Timur Tengah Umumnya. Walaupun secara agama, pelecehan perempuan termasuk dosa dan pelanggaran, akan tetapi, Negara Arab jugalah yang paing banyak melakukan peecehan-pelecehan terhadap perempuan. Sebagai contoh kecil, banyak sekali para Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang dikirimkan ke Arab mengaami pelecehan seksual, dan banyak pula yang pulang membawa anak- anak berparas Arab.
Selain itu, perempuan juga sering dijadikan komoditas untuk mengambil keuntungan dari para pengusaha Arab, seperti dijadikan pancingan untuk para investor. Hal tersebut juga merupakan pelecehan terhadap kaum perempuan.  
Akan tetapi, banyak sekali para wanita yang tidak berani melawan pada pelecehan- pelecehan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena daam pemikiran para perempuan ialah kaum laki- laki merupakan imam yang harus diikuti. Akhirnya, banyak para wanita yang mengalah kepada kehendak kaum laki- laki. Bahkan, apabila laki- laki tersebut merupakan orang tua atau ayah. Seorang anak perempuan tidak akan pernah bisa membangkangnya. Dan apabila ada perselisihan,maka sang ayah lebih baik membela sang anak laki- laki daripada anak perempuan.Hal ini jugalah yang terlihat pada novel “Mencari Perempuan yang Hilang” dimana Nura pernah berselisih faham dengan saudara Tirinya, Salamah. Akan tetapi, sang ayah yang diharapkan netral (walaupun bagu Nura merupakan ayah tiri), tetap membela Salamah. Penghormatan terhadap sosok ayah juga terjadi pada Ahlam. Ahlam mengetahui kalau ayahnya telah berbuat salah, tapi tidak berani bertindak, Bahkan dia juga mengorbankan perasaannya sendiri, demi menghormati laki- laki yang dicintai tidak sakit hati pada ayahnya.
Karena hal- hal tersebut, terjadilah pergolakan- pergolakan ari kaum perempuan yang disebut feminism. Feminisme sendiri berarti sebuah pergerakan untuk menyamakan hak, kewajiban, dan derajat sama dengan lelaki. Bahkan, pada jenis feminism yang lain, kaum wanita tidak mau mempunyai keterikatan dengan kaum laki- laki.

2.      Keuntungan Penganalisaan       
 Penganalisaan mempunyai dua jenis keuntungan, yaitu:
a.       Umum
Penganalisaan ini memberikan pemikiran untuk pembaca, dimana kedudukan wanita dan pria ialah sama; tidak ada perbedaan hak, kewajiban, dan bahkan derajat antara keduanya. Laki- laki dan perempuan mempunyai kesamaan dalam memberikan pendapat dan pemikiran. Selama ini, doktrin yang ada selalu memihak kepada kaum laki- laki. Kaum wanita selalu menjadi objek pelecehan seksual, bahkan dijadikan penghias untuk melakukan transaksi bisnis. Selain masalah feminism yang ada, masalah melakukan ekonomi juga menjadi sorotan. Selain dalam novel, dalam kehidupan nyata juga sering terjadi kapitalisme, sehingga melahirkan mafia- mafia ekonomi yang bisa melakukan apa saja dalam melakukan bisnis.
b.      Khusus
Dalam hal yang khusus, penganalisaan ini juga diperuntukkan untuk bidang ilmu sastra. Bagaimana menganalisa sastra melalui berbagai pendekatan, dalam hal ini pendekatan feminism. Dan bisa dilihat bagaimana perbedaan feminism yang ada, seperti feminism tradisional, feminism modern, feminism post kolonialisme, feminism sosialis, feminism radikal, dan feminism post modernism. Dalam penganalisaan novel ini, yang terdapat ialah feminisme sosialis.
3.      Identifikasi Masalah
Sebelum melakukan penganalisaan ini, terdapat dua pertanyaan yang harus dicari jawabannya dan dibahas dalam pembahasan, yaitu:
a.       Bagaimanakah Bentuk pergeseran nilai yang ada di Arab melalui Novel “Mencari Perempuan yang Hilang”?
b.       Bagaimanakah bentuk feminism yang terjadi pada novel “Mencari Perempuan yang Hilang?”
4.      Tujuan dan Pembatasan Masalah
Dalam menganalisa novel ini, penulis ingin menjabarkan penyebab- penyebab timbulna feminisme yang ada di dalam novel “Mencari Perempuan yang Hilang” yang ditulis oleh DR. Imad Zaki, yang diterjemahkan oleh DR. Zuriyati. Dan dalam menganalisa novel ini, penulis akan membatasi menjadi dua pembahasan, yaitu bentuk pergeseran nilai yang ada di Arab melalui novel “Mencari perempuan yang Hilang” dan Bentuk Feminisme yang terjadi di dalam Novel “Mencari Perempuan yang Hilang”.
5.      Kajian Pustaka
a.      Kajian Teoretis
Sistem ekonomi kapitalisme terbangun semenjak  adanya revolusi industri di Inggris.Akibatnya, terdapat kebebasan dari individu yang mempunyai modal untuk memangun industrinya sendiri, dan bahkan dengan adanya modalnya sendiri, mereka bisa mengatur perekonomian sebuah Negara. Negarapun juga mendukung kapitalisme selama kapitalisme bisa membangun perekonomian Negara juga. Reisman (1990:19) yang menyatakan:
Capitalism is the economic system that develops insofar as people are free to exercise their right to life and choose to exercise it. As will be shown, its institutions represent, in effect, a self- expanded power of human reason to serve human life.

(Kapitalisme merupakan system ekonomi yang mengembangkan kekuasaan orang- ornang untuk menggunakan haknya untuk kehidupannya dan memilih melakukannya. Sebagaimana terlihat, institusi mewakili, dan efeknya, kekuasaan mengembangkan diri dari alasan manusia untuk mengabdikan diri untuk kehidupan manusia.)

Sehingga, dengan adanya orang- orang pemilik modal dan alasannya, mereka bisa melakukan apapun untuk mengemangkan kekuasaannya di dalam bisnis. Secara objektifitasnya, kapitalisme diperuntukkan untu kebebasan perseorangan untuk mengembangkan sebuah system ekonomi yang diperuntukkan untuk masyarakat. Akan tetapi, secara pelaksanaan, keuntungan dari kapitalisme diperuntukkan untuk pribadi dan akhirnya malah menyengsarakan orang yang melaksanakan produksinya. Sehingga, para buruhlah yang sengsara akibat dari kapitalisme tersebut. Bahkan, pada revolusi industri, kaum wanita dan anak- anak malah mendapatkan hak yang berbeda dari kaum laki- laki. Akan tetapi, hal yang terjadi dalam novel ini ialah kapitalisme yang malah mempergunakan wanita untuk mencapai keinginannya. Hal tersebutlah yang akhirnya mendorong kaum wanita untuk melakukan pergerakan feminism, dalam hal ini feminism yang terjadi ialah feminisme sosialisme.
Kemudian, hal lain yang mendorong adanya feminism ialah pelecehan seksual yang terjadi di daerah Arab atau Timur Tengah secara umum. Komsan (2009: 8) menyatakan:
At the time when almost all the Arab countries are suffering from this same crime, it is still difficult to break the silence of women and it was not an easy task for many of them, particularly in the absence of studies that could help identify the strategy to be undertaken. As a result of this communication and experience with sharing a number of studies, an opportunity emerged that indicated the extensiveness of the problem in other countries.

( Pada waktu ketika hamper semua Negara- Negara Arab menderita kejahatan yang sama, masihlah sulit untuk menhancurkan diamnya para wanita dan tidaklah tuas yang mudah untuk sebagaian mereka,  kebanyakan diamnya pembahasan yang dapat menolong mengidentifikasi strategi yang diterima. Sebagai hasil komunkasi ini dan pengalaman dengan membagi pada sejumlah pembahasan, sebuah kesempatan yang terlihat mengindikasikan masalah ekstensif di Negara- Negara lain.)  

Komsan mengatakan banyak sekali terjadi pelecehan seksual di Negera- negara Arab,peecehan tersebut bisa terjadi secara fisik, psikologis, dan lain sebagainya. Akan tetapi, banyak sekali tidak terkuak karena wanita korban pelecehan tersebut lebih memlilih untuk diam dan tidak ingin membahasnya. Sehingga,pembicaraan- pembicaraan tersebut tidak pernah terjadi. Secara presentasi, dari Shoura Council yang terletak di Saudi Arabia, menyatakan bahwa di Algeria, terdapat 27% mahasiswa menjadi subyek pelecehan oleh dosen- dosennya. 44,6% melaporkan perkataan yang jelek tentang seksualitas, dan 13,6% menyatakan pelecehan seksual secara langsung. Di Qatar, 21,1 % wanita muda melaporkan hal yang sama, 30% wanita pekerja mendapatkan pelecehan seksual di tempat kerja. Di Arab Saudi, 22,7 % anak- anak mendapatkan hal yang sama. Secara statistika pada tahun 2002, 9580 insiden termasuk 997 kejahatan pelecehan. DI Yaman, 90 % wanita melaporkan pelecehan seksual di tempat kerja dan tempat- tempat umum (Shoura Council, 2002)
Sebuah penelitian memerlukan keaslian, baik itu dalam penelitian tentang sastra maupun bahasa. Dalam tinjauan pustaka ini dimuat keterangan tentang penelitian-penelitian lain baik itu dari buku maupun skripsi yang berhubungan dengan analisis ini.
Pertama kali,penulis melihat adanya pergerakan Feminisme itu sendiri. Feminis berasal dari kata femme (woman), perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah keseimbangan atau interaksi jender. Feminis dalam pengertian yang luas adalah gerakan kaum perempuan untuk menolak segala sesuatu yang di imajinasikan, disubordinasikan, dan di rendahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya (Ratna, 2004 : 184).
Feminisme secara umum berarti ideologi pembahasan perempuan karena ada keyakinan perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya (Humm, 2002 : 158). Cott (dalam Nunuk, 2004.a: xxvii) mengungkapkan bahwa pengertian feminisme mengandung 3 komponen yaitu:
1) Suatu keyakinan bahwa tidak ada perbedaan yang berdasarkan sex (sex equality), yakni menentang adanya posisi hierarkis antara jenis kelamin. Persamaan hak terletak pada kuantitas dan kualitas. Posisi relasi hierarkis menghasilkan superior dan inferior.
2) Suatu pengakuan bahwa dalam masyarakat telah terjadi kontruksi sosial yang merugikan perempuan.
3) Feminisme menggugat perbedaan yang mencampuradukkan sex dan jender sehingga perempuan dijadikan sebagai kelompok tersendiri dalam masyarakat.
Feminisme pada dasarnya memiliki relasi erat dengan jender sebagai fenomena budaya yang memiliki peran perempuan (Abdullah, 1997: 186-187). Gerakan feminis secara leksikal, berarti gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria.
Feminis adalah teori tentang persamaan antara laki-laki dan wanita dibidang polotik, ekonomi, sosial atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan wanita. Teori feminis adalah alat kaum wanita untuk memperjuangkan hak-haknya yang berkaitan dengan konflik kelas dan ras, khususnya konflik jender artinya antara konflik kelas dengan feminisme memiliki asumsi-asumsi yang sejajar, mendekonstruksikan sistim dominan ketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki, menolak sejarah dan filsafat sebagai hetero-centric (untuk orang lain) (Ratna, 2004: 186).
Feminisme bukan merupakan pemberontakan wanita pada laki laki, namun upaya melawan pranata sosial, seperti rumah tangga dan perkawinan untuk mengingkari kodratnya, melainkan lebih sebagai upaya untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi perempuan (Fakih, 2001 : 5). Menurut Djajanegara (dalam Imron, 2003 : 3) kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra feminis yang lahir sebagai responden atas berkembangnya feminisme di berbagai Negara. Feminisme adalah gerakan kaum perempuan yang menuntut persamaan hak perempuan dan laki-laki, yang meliputi semua aspek kehidupan baik bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
Kritik sastra feminis bertujuan untuk menunjukkan citra wanita dalam karya penulis-penulis pria yang menampilkan wanita sebagaimakhluk dengan berbagai cara ditekan, disalah tafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkal yang dominan (Sugihastuti, 2002 : 136)
Menurut Yorder (dalam Endraswara, 2004: 194) kritik sastra feminis itu berarti mengkritik perempuan, atau kritik tentang pengarang perempuan. Kritik sastra feminis adalah kritik terhadap karya sastra dengan kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan kita. Untuk menjelaskan kritik sastra, ia mengibaratkan sebagai sebuah metofora quilt yang dibangun dan dibentuk dari potongan-potongn kain yang lembut. Metofora inimengandaikan bahwa feminis merupakan kajian yang mengakar kuat pada pendirian pembaca sastra sebagai wanita. Lebih jelas diungkapkan oleh Sugihastuti dan Suharto (2005: 5-6) bahwa kritik sastra feminis ini dapat diartikan sebagai alat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang perempuan dapat membaca sebagai perempuan, mengarang sebagai perempuan, dan menafsirkan karya sastra sebagai perempuan.
Arti kritik sastra feminis secara sederhana menurut Sugihastuti (2002: 140) adalah sebuah kritik sastra yang memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya perbedaan jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan manusia pada umumnya. Jenis kelamin itu membuat banyak perbedaan, diantara semuanya dalam sistim kehidupan manusia. Ada asumsi bahwa perempuan memiliki persepsi yang berbeda dengan laki-laki dalam membaca sastra.

Selain itu, Djajanegara (2000: 28) menyatakan bahwa ada beberapa ragam kritik sastra feminis yaitu kritik sastra ideologis. Kritik sastra feminis ini melibatkan wanita khususnya kaum feminis sebagai pembaca. Adapun yang menjadi pusat perhatian dalam penelitiannya adalah citra dan stereotype wanita dalam karya sastra. Selain itu juga, meneliti kesalah pahaman tentang wanita dan sebab-sebab mengapa wanita sering ditiadakan bahwa nyaris diabaikan sama sekali dalam kritik sastra. Pada dasarnya ragam kritik sastra feminis ini merupakan cara menafsirkan suatu teks, yaitu diantaranya banyak memperkaya wawasan para pembaca wanita, tetapi juga membebaskan cara berfikir mereka.
Feminisme yang terjadi di dalam novel ini ialah Feminisme sosialis dimana pergerakan para wanita untuk berani membangkang kebijakan kaum laki- laki baik dalam ekonomi, maupun kedudukan di dalam keluarga. Faham ini merupaan aplikasi dari sosialisme yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Engels (Fakih, 1995). Secara tradisional, Feminisme ini terjadi karena peranan laki- laki di dalam keluarga yang mencari uang untuk keluarga, sedangkan wanita menjaga keluarga dan memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini menyebabkan laki- laki mempunyai uang lebih besar daripada wanita (Saulnier, 2000).
b.      Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan kajian penelitian feminism yang terjadi di Negara- Negara Arab. Pernah dilakukaan oleh Lina Azizah yang menganalisa perspektif Jender dalam novel “Perempuan di Titik Nol.” Azizah melakukan sebuah penelitian untuk skripsinya pada Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Dalam penelitiannya, Azizah menemukan bahwa terdapat perbedaan antara laki- laki dan perempuan di dalam novel tersebut. Bahkan, sang bapak dari Firdaus lebiih memilih kalau anak perempuannya yang mati daripada laki- laki. Dan, wanita terpisah secara pendidikan dengan laki- laki. Kaum laki- laki boleh mengecam pendidikan yang tinggi di Mesir.
Penelitian kedua ialah penelitan kecil yang dilakukan oleh Hendra, Iis, dan Irra yang membuat penelitian pada novel yang sama, yaitu “Perempuan di Titik Nol.” Penelitian ini merupakan penelitian makalah untuk tugas mata kuliah Kritik Sastra di Pendidikan Bahasa kelas A Universitas Negeri Jakarta. Akan tetapi, di dalam penelitiannya, Hendra, Iis, dan Irra melihat adanya feminism post modernism dimana karena masa lallu Firdaus yang sangat sulit, akhirnya melahirkan Firdaus yang baru. Bahkan Frase “Perempuan di Titik Nol merupakan Simbol dari Firdaus yang baru, yang berani menghadapi laki- laki. Firdaus merupakan cerminan dari feminism Post Modernisme dimana wanita bisa lebih kuat daripada laki- laki. Firdauspun lebih berani mengambil resiko untuk dihukum mati demi membuktikan kalau dia lebih berani daripada laki- laki untuk menghadapi kematian. 
6.        Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara mencapai tujuan yakni untuk mencapai pokok permasalahan. Demikian halnya dengan penelitian terhadap karya sastra harus melalui metode yang tepat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistic (Subroto, 1992: 5). Penelitian kualitatif melibatkan kegiatan antologis. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih dari pada sekedar angka atau frekuensi (Sutopo, 2002: 35).
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian “Content Analysis” atau “Analisis Isi”. “Content Anaysis” atau “analisis Isi” merupakan sebuah metode dimana data primer merupakan data tertulis dimana isi dari data tersebut akan dianalisis, diinterpretasi dan diambil kesimpulannya. Selain itu, analisis isi dipakai untuk menganalisa isi sebuah media untuk memahami budaya dari suatu konteks social tertentu (Bungin, 2011)

  1. Pembahasan
1.      Pergeseran Nilai Nilai Pada Masyarakat Arab yang Memacu Feminisme sebagaimana terlihat pada Novel “Mencari Perempuan yang Hilang”
Dalam pembahasan ini, terdapat da hal yang akan dianalisis, yaitu tentang pergeseran nilai- nilai yang ada di Arab yang merupakan terjadinya Feminisme di Arab. Secara Mimesis, novel merupakan imitasi atau cerminan dari kehidupan yang sebenarnya. Sehingga, dicarilah data- data tentang kapitalisme dan pelecehan yang terjadi di dalam masyarakat Arab. Di dalam pembahasan pergeseran nilai, terdapat dua hal yang akan dibahas, yaitu:
a.      Kapitalisme Barat yang diaplikasikan oleh Masyarakat Arab
Perekonomian masyarakat Arab sebenarnya termasuk perekonomian yang sangat maju karena adanya kekayaan Arab yang luar biasa, dan ahkan dilirik oleh bangsa- bangsa lain di dunia, yaitu adanya “Minyak Bumi.” Akan tetapi, berdasarkan fakta- fakta yang ada, terjadinya kesenjangan sosial yang ada di Arab; dimana yang kaya akan semakin kaya, dan miskin akan tetap miskin. Dan juga pergeseran masyarakat Arab tentang uang atau kekayaan yang akhirnya berbeda dan di luar dari ajaran Islam. Bahkan, karena berfikir tentang uang, akhirnya banyak masyarakat mempunyai pemikiran materialisme. Sebagaimana bisa terlihat sebagai berikut:
“Di kala manusia tidak memiliki harta, dia mengira bahwa kebahagiaan ada di dalam harta, di dalam istana dan di dalam mobil mewah. Tapi, setelah mereka memiliki semua itu, dia tidak menemui kebahagiaan. Dia merasa gagal, terasing dan kehilangan kepercayaan terhadap hidup ini bahkan ada yang ingin bunuh diri.

Pernyataan tersebut keluar dari pemikiran Aham yang merasakan ayahnya lebih memikirkan harta daripada kebahagiaan anaknya. Di sini, terlihat jelas pandangan banyak orang tentang harta itu sendiri. Banyak di anta mereka berpikir kalau harta bisa memuaskan segalanya, dan bahkan harta bisa memenuhi kebahagiaan. Akan tetapi, harta itu sendirilah yang akhirnya mengekang semua orang dan tidak pernah berpikir kemerdekaan. Semua kebebasan terkekang oleh kekayaan. Apabila dikaji dari sisi Feminisme sosialisme, terlihatlah kalau kaum laki- laki lebih beranggapan kalau harta atau mengumpulkan harta merupakan bentuk dominasinya akan kaum perempuan, dalam hal ini, istri Abdul Ghani dan anaknya Ahlam. Suharto (2006) menyatakan:
Kapitalisme memperkuat sexism, karena memisahkan antara pekerjaan bergaji dengan pekerjaan rumah tangga (domestic work) dan mendesak agar wanita melakukan pekerjaan domestic. Akses laki- laki terhadap waktu luang, pelayanan pelayanan personal, dan kemewah mewahan telah mengangkat standar hidupnya melebihi wanita; karenanya laki laki adalah sebagai anggota system patriarchal, bukan hanya cara- cara ekonomi kapitalis, yang diuntungkan oleh tenaga kerja wanita.

Di kutipan di atas memperlihatkan dimana kaum laki- laki menginginkan untuk mengumpulkan harta sebanyak- banyaknya yang diperuntukkan mendominasi kaum wanita sehingga kaum laki- laki menginginkan diperlakukan sebaik- baiknya oleh kaum wanita, dalam hal ini ialah istri dan anak- anaknya. Kaum laki- laki telah menyalah gunakan faham kapitalismenya untuk bertindak seluas- luasnya, yang juga diperoleh dari kaum perempuan (pekerjanya yang wanita). Apabila dibandingkan di dalam novel, bisa terlihat peranan Nura, yang dipekerjakan kebanyakan bukan karena keahliannya, akan tetapi karena kecantikannya sebagaimana terlihat di dalam novel sebagai mana berikut:
Itulah alasan yang sangat sederhana. Laki- laki itu butuh sebuah boneka cantik untuk menghiasi kantornya. Kecantikannya dijadikan umpan untuk menarik perhatian pelanggan. Aku menyesal… aku menyesal karena alasan itu merupakan penghinaan terhadap perempuan. Aku menolak untuk dijadikan dekorasi kantornya yang megah itu. Aku sangat mengutuk dianggap sebagai sebongkah daging lezat yang menggiurkan pengunjung. (284)

Kutipan di atas merupakan bentuk dimana kapitalisme yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini, kapitalisme memburu wanita untuk dijadikan umpan dalam sebuah bisnis. Kisah di atas merupakan pengalaman dari Nura yang tidak menginginkan dan bahkan menolak sebagai komoditas dalam sebuah perusahaan. Hal tersbut jugalah yang ditolak oleh feminisme sosialisme.
Kapitalisme mempunyai tujuan untuk memperluas kekuasaanya ke dalam bidang manapun. Bahkan, kapitalisme juga menguasai kekuasaan lain disamping penguasa pemerintah. Hal tersebut berarti seorang Kapitalis mempunyai kekuasaan kedua selain penguasa pertama, yaitu raja ataupun presiden. Hal tersebuut bisa dilihat di dalam novel sebagai berikut:
“Dokter Ahlam adalah anak seorang miliarder. Namyanya Abdul Ghani Zahabi. Dia memiliki segudang saham, deposito, asuransi dan lain lain di bank. Punya harta, pangkat dan kekuasaan, seorang hakim tanpa lembaga, seorang raja tanpa mahkota. Dia terkenal sebagai penguasa.” Hanin menatap reaksi wajahku sambil bertanya, “Apa kau pernah mendengar pengusaha dan penguasa emas? Dialah ayah Ahlam.” (35) 
   
Para pengusaha memakai system perekonomian kapitalisme barat, sehingga semua keputusan yang ada akan lebih condong kepada si pemilik modal.  Reisman (1990) menyatakan:

Wealth acquires power. Power acquires wealth. The wealthy-powerful, that is the power-holding wealthy, enjoy their position of wealth and power and fear losing it.Therefore, of course, they use their wealth and power to further increase their wealth and power ever more. Therefore, there is a permanent on-going war waged by the powerful and wealthy against the rest of us, taking away from us, the masses, the people, and further enriching them, the wealthy and powerful.
(Kekayaan memerlukan kekuasaan. Kekuasaan memerlukan kekayaan. Orang kaya yang berkuasa, yaitu orang kaya pemegang kekuasaan, menikmati posisi kekayaan dan takut kehilangan kekayaannya tersebut. Oleh karena itu, jelas saja, mereka menggunakan kekayaannya dan kekuasaan untuk menambah kekayaan dan kekuasaan terus menerus. Oleh karena itu juga, terdapat perang yang dibiayai oleh si kaya dan si penguasa melawan kita, mengambil dari kita, massa, orang, dan juga memperkayai mereka, si kaya dan si penguasa.)
Orang yang sudah merasa kaya atau sudah kaya pasti akan memainkan perannya sebagai penguasa. Walaupun ada penguasa yang sesungguhnya, dia merupakan penguasa kedua yang bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan. Mereka tidak menginginkan kembali jatuh miskin karena jatuh miskin sama saja seperti kehilangan kekuasaan. Untuk melakukan keinginannya, para penguasa yang kaya tersebut bahkan melakukan kelicikan- kelicikan untuk mendukung keinginannya  tersebut. Mereka bahkan tidak segan- segan untuk membeli orang- orang yang dibayar. Hal ini jugalah yang dilakukan oleh Abdul Ghani untuk melakukan keinginannya agar terus berkuasa, sebagaimana terlihat di dalam novel sebagaimana berikut ini:
“Memang, dunia bisnis itu mengasyikan, bagaikan api yang membakar kayu- kayu kering. Bisnis bisa membuat orang lupa daratan. Tujuan bisnis adalah hasil, keuntungan, kekayaan, kekuatan dan kekuasaan. Dengan uang, kau bisa membeli apa saja, bahkan membeli kebahagiaan sekalipun.” (194)

Pernyataan diatas dikeluarkan oeh Abdul Ghani ketika bertemu dengan Dokter Sholeh di kantornya. Abdul Ghani mengatakan kalau berbisnis merupakan sebuah proses dari mendapatkan keuntungan. Dan harus mendapatkan keuntungan yang bisa membuahkan hasi, yaitu kekayaan. Abdul Ghani beranggapan seperti kutipan tentang kapitalisme di atas, dimana uang jugalah yang akan membuat hal yang mustahil menjadi mungkin terjadi, seperti kekuasaan. Abdul Ghani beranggapan juga kalau uang bisa membelikan kebahagiaan untuk putrinya, Ahlam. Akan tetapi, dia tidak mengetahui kalau Ahlam tidak menyukai hal tersebut. Hal lain yang diucapkan oleh Abdul Ghani ialah uang berarti kekuatan. Kekuatan di atas berarti orang- orang yang berhasil direkrut untuk melindungi dn bahkan menyerang ketika terjadi sebuah masalah. Hal ini juga terlihat di dalam novel, yaitu  keberadaan teman dari Abdul Ghani yang siap melakuakn tugas- tugas berat seperti melakuakn pembunuhan. Hal ini dibuktikan pada kutipan sebagaimana berikut ini:
Saya terus melaju dengan permainan busuk itu. Saya melakukannya dengan sangat hati- hati. Saya katakana kepada kaki tangan pilihan saya agar berhati- hati daam mencari mangsa dan membawanya sebagai tawanan. Adapun yang menjadi kaki tangan saya itu adalah seorang laki- laki yang berbadan tegap dan kasar. Saya mengenalnya sejak lama, saat saya hidup terlunta- lunta dulu. Dia pemakai obat terlarang dalam dosis tinggi. Saya penuhi keinginannya tanpa bayaran. Sejak itu dia telah masuk perangkap saya. Kalau ada target yang mau saya bunuh, dialah orang yang saya tugasi. Kamipun sudah saling mengerti tentang bahasa rahasia untuk beraksi. (364)
Pemikiran di atas ialah kesaksian Abdul Ghani keitka Ahlam membuka semua rahasia kejahatannya yang disimpan selama bertahun tahun. Dia akan menyingkirkan orang- orang yang akan menghalangi keinginannya atau orang- orang yang akan membongkar kejahatannya. Perkataan di atas ialah pengakuannya atas pembunuhan Nura yang hamper membongkar kejahatannya. Kejahatan yang dilakukan Abdul Ghani di atas sudah merupakan peruatan yang dilakukan oleh Mafia dalam melakukan aksinya. Tudorancea (2010) menyatakan:
There are several theories about the origin of the term "Mafia" (sometimes spelled "Maffia" in early texts). The Sicilian adjective mafiusu may derive from the slang Arabic mahyas meaning "aggressive boasting, bragging", or marfud meaning "rejected". Roughly translated, it means "swagger", but can also be translated as "boldness, bravado". In reference to a man, mafiusu in 19th century Sicily was ambiguous, signifying a bully, arrogant but also fearless, enterprising, and proud, according to scholar Diego Gambetta.
(Terdapat beberapa teori tentang keaslian istilah “Mafia” (kadangkala ditulis “Maffia” dalam penulisan- penulisan sebelumnya). Kata sifat Sisilia Mafiusu bisa berasal dari Bahasa slang Arab, yaitu “Mahyas” yang berarti “agresif” , berani, sombong”, atau marfud yang berarti “tertolak.” Yang secara kasar diartikan “keangkuhan”, tapi juga dapat diartikan sebagai “kesombongan”. Apabila dihubungkan pada seorang laki- laki, mafiusu Sisilia di abad 19 yaitu ambigus (mempunyai muka dua), menyimbolkan keangkuhan, sombong dan juga tanpa rasa takut, kreatif, dan bangga, menurut peneliti Diego Gambetta.)
Orang suruhan Abdul Ghani dan juga Abdul Ghani merupakan cerminan dari Mafia yang melakukan segala cara dalam aksinya. Dan berdasarkan dari definisi Mafia di atas, memang terlihat jelas kesombongan Abdul Ghani dan muka duanya (berbuat baik dan di baliknya terdapat kelicikan). Keambiguan (muka dua) Abdul Ghani juga terlihat pada kutipan di bawah ini:
“Aku tidak bergurau,” katanya di ujjung telepon. “Sebulan yang lalu, Abdul Ghani yang kau hina itu menyumbangkan lima puluh ribu dus makanan instan dan obat- obatan untuk bayi. Semua sumbangan itu sudah dibagikan ke sluruh pelosok daerah miskin di bawah pengawasan Badan Sosial,” Jawab Direktur.
“Penipu ulung. DIa mudah berganti warna bagaikan bunglon. Lintah darat. Dengan modal yang sedikit mengambil untung yang sebanyak- banyaknya. Kejahatan ditutupi dengan kedermawanan…” (254- 255)

Untuk mendapatkan kepercayaan dari pemerintah, Abdu Ghani berubah fungsi menjadi seorang dermawan yang mengambil hati pemerintah dan bahkan rakyat miskin. Dia menyumbangkan makanan instant dan obat- obatan yang sebetulnya sudah kadaluwarsa dan berharga murah. Sehingga, dengan kepercayaan pemerintah, Abdul Ghani berani menjual barang- barang kadaluwarsa seperti makanan, obat- obatan, dan jarum suntik.
Selain kekuatan fisik, Abdul Ghani juga mempunyai orang- orang yang mempunyai kekuatan otak. Oleh karena itu juga, Abdul Ghani lebih menyukai memilih orang- orang muda yang biasanya berambisi kuat dan ingin kaya. Orang- orang muda tersebut juga merupakan sumber kekuatan dari Abdul Ghani untuk memjukan sebuah bisnis. Masih di dalam novel, hal ini terlihat jelas pada perkataan Abdul Ghani sebagai berikut ini:
Sasaran saya yang lain adalah anak muda yang pintar dan ingin cepat kaya. Saya iming imingi dengan gaji yang tinggi. Saya dekatkan obsesi mereka untuk jadi kaya raya. Saya bujuk mereka dengan satu langkah saja mereka bisa mewujudkan impian yang besar. (363)

Abdul Ghani bisa membaca bagaimaa pikiran- pikiran kaum muda yang sangat berambisi untuk menjadi kaya. Karena ambisi tersebut, bagi Abdul Ghani, merupakan sebuah kelemahan. Abdu Ghani bisa memperalat para pemuda tersbut berdasarkan keinginannya sendiri. Hal ini terbukti dengan adanya sang insinyur, yang menjadi tertuduh dalam rubuhnya sebuah bangunan karena komposisi material yang sengaja dikurangi oleh Abdul Ghani melalui instruksinya. Dan orang yang kedua ialah Doktor Syarif. Doktor Syarif merupakan orang muda yang selalu melakukan perintah Abdul Ghani. Jadi, sesuai cirri khas dari seorang Mafia, Abdul Ghani merupakan actor yang selalu berdiri di belakang layar. Seorang Mafia tidak akan berdiri langsung, akan tetapi dia akan diwakili oleh orang lain. Tudorancea (2010) mengatakan bahwa dalam Mafia, terdapat ten commandmentsyang salah satunya ialah “No one can present himself directly to another of our friends. There must be a third person to do it.” (“Tidak seorangpun yang memperlihatkan dirinya secara langsung pada orang lain dari teman- taman kami. Aka nada orang ketiga yang akan melakukannya.”).
Tingkat keinginan pada materi juga sangat tinggi di Negara- Negara Arab. Hal tersebut tentu juga sangat dipengaruhi oleh kapitalisme dan bahkan pengaruh Negara- Negara kapitalisme. Hal tersbut jelas dipengaruhi dengan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi di Negara- Negara Arab. Samara, dkk (2005) mengatakan bahwa”A future where prime movers are the material interests of the majority of the population in Arab countries, the popular masses for development.” (Sebuah masa depan ialah dimana para penggerak- penggerak utama merupakan ketertarikan materi dari mayoritas populasi di Negara- Negara Arab.”) Di sini terlihat pemikiran masyarakat Arab yang sangat esar terhadap materi yang bisa juga dilihat pada kutipan di bawah ini:
“… Masa sudah berubah. Msa sekarang sudah berada di bawah kepemimpinan yang bernama dolar. Kita terengah- engah berlari mengejarnya, sementara orang lain sudah bertepuk tangan menggenggamnya. Dolar bagaikan berhala terbaru yang kita sembah, berhala yang memenuhi sudut sudut hati kita, yang telah menjauhkan moral dan  akhlak dari kehidupan kita. (50)
Jelas terlihat bahwa kapitaisme barat juga telah menggeserkan nilai- nilai yang ada di Negara- Negara Arab. Negara- Negara Arab sudah dipengaruhi oleh Negara- Negara kapitalisme yang memang sengaja membuat dolar menjadi salah satu mata uang tertinggi di dunia, selain fondsterling. Negara- Negara kapitalisme sengaja membuat dolar menjadi mata uang standar untuk transaksi di dunia. Sebagai akibatnya, banyak mata uang Negara- Negara Arab (bahkan Negara lain juga tergantung pada nilai dolar). Sebagai akibatnya, banyak orang- orang Arab juga telah beralih pada dolar dan bahkan berburu untuk mendapatkan dolar dengan cara apapun. Yang ada dipikiran mereka ialah dolar bisa membuat kekayaan mereka naik. Bahkan, fokus terhadap materipun mempengaruhi dalam tindakan Abdul Ghani, sebagaimana yang dia katakana kepada Dokter Sholeh sperti berikut: “Aku pelaku bisnis. Aku tidak mau membuang waktu tanpa ada perhitungan untng ruginya.” (200)
Sebagai akibat dari pemikiran materialism, Abdul Ghanipun banyak melakukan kejahatan kejahatan kemanusiaan demi mendapatkan keuntungan yang banyak. Peranan Negara kapitalis sendiri mempunyai andil pada kejahatan Abdul Ghani. Negara- Negara kapitalis memang sangat menginginkan Negara- Negara Arab hancur. Hal ini terbukti dengan adanya campur tangan Amerika Serikat yang menjual obat- obatan kadaluwarsa. Hal ini terbukti pada kutipan seperti berikut ini:
Pada suatu hari, ada surat masuk dari Amerika yang bergerak di bidang pembuatan alat- alat kedokteran. Isi surat itu  berupa penawaran kepada kami untuk membeli sejumlah besar jarum suntik plastic yang sudah habis masa berlakunya. Harga penawaran bukan main murahnya. Aku menerima tawaran itu karena aku melihat keuntuntungan yang besar. Keuntungan yang akan mewujudkan mimpiku. DI samping itu, alat suntik yang dimaksud sedang mengalami permintaan yang tinggi di pasaran. (340)

Keterangan di atas diutarakan oleh Doktor Syarif yang merupakan anak buah dari Abdul Ghani. Abdul Ghani sudah mempercayai Doktor Syarif untuk mengambil keputusan apapun demi keuntungan perusahaan tanpamelihat efek dari alat suntik tersebut, seperti infeksi karena jarum yang sudah berkarat kecil walaupun tidak terlihat. Dan di dalam keterangan tersebut juga terlihat nama “Amerika” yang merupakan Negara kapitalis. Selain itu, perusahaan Abdul Ghani juga menjual obat- obatan terlarang dan gizi palsu yang bisa membahayakan anak- anak yang bisa terlihat pada kutipan sebagai berikut:
Beginikah jawabmu pada orang yang melaporkan adanya sindikat penjualan obat terlarang dan gizi palsu? Bukankah sindikat ini akan merampas nyawa anak- anak yang tidak berdosa?” (254)

Kata- kata di atas berasal dari Dokter Shaleh yang melaporkan kegiatan Abdul Ghani yang akan membahayakan anak- anak kepada Direktur Pengawasan Makanan dan Gizi. Akan tetapi, pengaduan tersbut ditolak dan dianggap sebagai provokasi terhadap Abdul Ghani yang dianggap sangat baik oleh Departemen Kesehatan.
Pernyataan pernyataan di atas merupakan pergeseran para pelaku bisnis di Arab yang sudah mengacu pada praktek kapitalisme, dimana perdagangan bebas merupakan hal yang terbaik untuk menaikkan ekonomi. Kan tetapi, kapitalisme Arab yang dianut malah melahirkan materialism; orang banyak menganggap dolar sebagai mata uang tertinggi. Selain itu, kapitalisme tersebut juga melahirkan Mafia bisnis di Arab. Hubungannya pada feminism yang ada ialah pada empat orang perempuan yang ada di Novel; Ibu Ahlam, Ibu Sholeh, Ahlam, dan Nura.
Ibu Ahlam merasakan kehidupan seperti orang modern sehingga apa yang dilakukan akan mengakar pada dunia barat. Hal tersebut juga termasuk pada feminism,yaitu feminism liberal atau feminism modern. Dimana seorang wanita modern akan bebas melakukan keinginannya yang berhubungan dengan ekonomi. Sedangkan, Ahlam melakukan feminism sosialis dimana dia melihat ketidak adilan peran seorang laki- laki di dalam keluarga. Sedangkan, Nura juga melakukan Feminisme sosialis dimana Nura merupakan korban dari bisnis haram yang dilakukan oleh Perusahaan yang dipimpin oleh Abdul Ghani.


b.      Pelecehan Seksual yang terjadi di Dalam Novel “Mencari Perempuan yang Hilang”
Pelecehan seksual ialah perebutan hak atas kaum wanita melalui hasrat seksual. Hal ini paling langsung dirasakan oleh wanita sehingga menjadi sangat trauma dan bahkan banyak di antara wanita menjadi sangat tertutup dan bahkan mendrita trauma yang mendalam. Peecehan seksual banyak terjadi di seluruh dunia, bahkan sekarang- sekarang ini, pelecehan seksual sudah berani dilakukan secara terang- terangan, seperti di angkutan umum, jalan, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sangatlah mengherankan kalau pelecehan seksual atau “Sexual Harrasment” terjadi dinegara- Negara Arab yang sebenarnya terlindungi karena agama. El Nagaar (2009) mengatakan:
Three months ago on the first day of Eid Al-Fitr, the Egyptian police reported over 1,000 cases of sexual harassment in Cairo and Giza. However, last month on the first day of Eid Al-Adha, the number had plummeted to 160 reported cases. It seems that the sharp decline was due to "natural causes", since the first day of Eid Al-Adha saw heavy rains that kept most people at home.
(Tiga bulan yang lalu pada hari pertama Idul Fitri, polisi Mesir melaporkan lebih dari 1000 kasus peecehan seksual di Kairo dan Giza. Akan tetapi, bulan lalu pada hari pertama Idul Adha, jumlahnya menurun menjadi 160 kasus yang terlaporkan. Terlihat juga penurunan tajam ini berhubungan dengan “penyebab alam”, semenjak hai pertama Idul Adha terlihat hujan deras yang menyebabkan banyak orang tinggal di rumah.)
Kasus di atas merupakan bukti telah terjadinya pelanggaran- pelanggaran pelecehan seksual yang terjadi di Mesir, salah satu Negara- Negara Arab atau Timur Tengah. Dan cerminan pelecehan seksual juga memang tercermin pada novel Arab lainnya, yaitu “Perempuan di titik Nol” dimana Firdaus, yang merupakan sentra cerita, sering mengalami pelecehan seksual di Mesir. El- Nagaar (2009) juga mengkategorikan pelecehan seksual sebagai berikut:
Sexual harassment falls into three broad categories:
VERBAL: - Comments about appearance, body or clothes.
- Indecent remarks.
- Questions or comments about your sex life.
- Requests for sexual favours.
- Sexual demands made by someone of the opposite sex, or even your own sex.
- Promises or threats concerning employment conditions in return for sexual favours.
NON-VERBAL: - Looking or staring at a person's body.
- Display of sexually explicit material such as calendars, pin-ups or magazines.
PHYSICAL: - Physical touching, pinching, hugging, caressing, or kissing.
- Sexual assault.
- Rape.

(Pelecehan Seksual terbagi menjadi tiga kategori besar:
Verba:- Memberikan komentar tentang penampilan, tubuh, atau baju
-          Perkataan yang tidak sopan
-          Bertanya atau mengomentari tentang kehidupan seks anda
-          Meminta pertolongan seksual
-          Permintaan seksual yang dibuat oleh seseorang lawan jenis, atau bahkan sesame jenis
-          Berjanji atau memperlakukan berhubingan dengan persyaratan kerja dengan imbalan pertolongan seksual
NON verbal:- Melihat atau menatap tubuh seseorang
-          Memperlihatkan material secara eksplisit seperti calendar, pin, atau majalah
Fisik:- sentuhan fisik, meremas, memeluk, mempermainkan, atau mencium
-          Penyerangan seksual
-          Perkosaan

Di dalam novel itu sendiri, terdapat adanya indikasi pelecehan seksual fisik, seperti pemerkosaan. Al- Mohamed (2009: 49) mengatakan:
… there are even cases of rape and pregnancy, whereupon the girl may be tried and imprisoned. The abusive male is rarely punished, unless it happens to be a case drawing attention, whereupon the criminal is jailed for a short period, then returns to carry out his crimes again.

(… terdapat kasus- kasus perkosaan dan kehamilan, dimana sanga gadis di coba dan dipenjara. Laki- laki yang melecehkan jarang sekali dihukum, kecuali jika menjadi kasus yang disoroti, sang penjahat akan dihukum untuk waktu yang sangat singkat, kemudian kembali untuk melakukan kejahatannya lagi.)

Kehamilan yang sangat tidak diinginkan akibat perkosaan atau pelecehan seksual. Sebagai akibatnya, terjadilah dosa- dosa baru, yaitu pembuangan bayi- bayi yang tidak diinginkan atau bahkan pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir. Dan yang paling mengerinkan ialah aborsi yang berakibat fatal juga bagi sang ibu. Hal ini bisa terlihat dalam novel “Mencari Perempuan yang hilang” ketika polisi membawa bayi yang dibuang dekat masjid sebagai berikut ini:
“Bayi perempuan ini ditemukan oleh seorang jama’ah yang keluar masjid setelah sholat Shubuh. Ditemukan tergeletak di Taman Masjid Al- Ikhlas. Lalu dia menyerahkannya ke kantor polisi. Aku ditugaskan ke sni untuk memeriksa kesehatannya. Selanjutnya, pihak rumah sakit dapat menyerakannya ke panti yatim piatu” (18)

Bayi perempuan yang terbuang tersebut sebenarnya merupakan bayi dari Nura yang menjadi korban pelecehan seksual dari Doktor Syarif. Walaupun Nura menjadi korban pelecehan seksual fisik, dalam ha ini perkosaan, dan menyebabkan dia menjadi hamil, tetap tidak ingin membunuh anaknya sendiri. Sehingga, dia hanya membuangnya dan berharap ada yang memeiharanya. Ini juga terbukti dengan adanya uang yang ada pada penemuan bayi tersebut yang diperkuat pada perkataan polisi sebagai berikut:
“Kami juga menemukan sejumlah uang yang diletakkan oknum di samping bayi ini. Uang itu diikatkan ke leher bayi oleh si pembuangnya.” (21)

Selain pembuangan bayi yang dilakukan Nura, terdapat juga pembuangan bayi yang dilakukan oleh orang lain, akan tetapi bayi di sini dalam keadaan sudah tidak bernyawa atau sudah meninggal dunia. Pernyataan tersbut bisa ditemukan di dalam novel sebagai berikut:
“Beberapa tahun yang lalu seorang redaktur Koran emngatakan padaku bahwa telah ditemukan seorang bayi perempuan dalam keadaan tidak bernyawa di selokan sebuah bangunan. Dia memintaku agar mengusut tuntas kasut tersebut…” (53)
Terdapat dua perbedaan yang terjadi di dalam pembuangan bayi yang ada di dalam novel “Mencari Perempuan yang Hilang.” Pertama, si ibu sangat mencintai bayi yang merupakan darah dagignya sendiri walaupun bayi tersebut hasil dari pelecehan seksual. Dan yang kedua, ialah iu yang sangat membenci bayinya, sehingga membunuh bayi tersebut. Si ibu membenci sang bayi karena hasil pelecehan seksual juga.
Masih berhubungan dengan pernyataan Al- Mohamed di atas, hal- hal yng berkaitan tentang pelecehan dan perkosaan yang menimpa pada seorang gadis, biasanya akan menjadi boomerang bagi sang gadis karena pelecehan tersebut bukannya membela sang gadis, tapi malah membuat sang gadis menjadi orang yang bersalah. Itulah sebabnya, banyak sekali korban perkosaan yang tidak berani berterus terang, apalagi orang yang melecehkan ialah orang- orang yang berkuasa. Apalagi hokum yang berlaku hanya menghukum para pelaku dengan hukuman yang sangat singkat. Hal tersebut sangatlah tidak setimpal dengan trauma mendalam bagi korban- korban pelecehan seksual yang bahkan sampai seumur hidup mereka. Pernyataan yang sama seperti yang ada di dalam novel, dimana Nura yang menjadi korban pelecehan seksuak fisik tidak bisa berbuat banyak, bahkan dia sendiri diancam oleh sang pelaku, yaitu Doktor Syarif yang akan terlihat di dalam novel:
“Dia malahan tidak mempercayai pengaduan Nura. Nura diusir bahkan diancam untuk diadukan kepada keluarganya. Dia akan mengatakan kepada mereka kebejatan moral Nura. Ancaman itu akan dilaksanakan bila NUra mengulangi pengaduannya dan membeberkan kejahatan karyawannya dalam bentuk aapun.”
“apa dasarnya Abdul Ghani mengatakan Nura tidak bermoral?”
 “Ya, mungkin saja Doktor Syarif yang memfitanhnya dengan memutar balikkan fakta”
“Mengapa Nura tidak mengadu ke pengadilan?”
“Takut akan terbongar aibnya.” (319)

Kelicikan para kaum pria dalam novel ini merupakan sindikat; mereka akan melindungi satu sama lain. Apalagi sindikat terseut dipimpin oleh orang yang sangat licik, yaitu Abdul Ghani. Abdul Ghani sangat ingin melindungi karyawannya, apalagi dia juga mengetahui kalau Nura mengetahui kejahatan yang ada di dalam perusahaannya. Dan seperti yang dikatakan oleh El- Nagaar (2009) dimana banyak wanita korban pelecehan menjadi sangat tertutup terbukti pada novel ini dimana Nura sendiri tidak ingin kasus ini dikembangkan karena alasan tidak ingin aibnya terbuka untuk umum. Apalagi Abdu Ghani dan Doktor Syarif bisa memutar balikkan fakta kalau Nuralah yang tidak bermoral.
Pelecehan seksual yang terjadi tidak saja secara fisik. Berdasarkan pada kategori pelecehan seksual oleh El- Nagaar (2009), terdapat juga pelecehan seksual secara verbal dan Non- Verbal. Secara verbal, yaitu permintaan untuk melakukan hubungan seksual. Ketika, Nura bekerja sebagai model dan juga sebagai seorang mahasiswa, dia diminta untuk menemani seorang kliennya. Pada novel, hal ini bisa terlihat pada kutipan sebagai berikut ini:
“Untuk satu malam saja,” jawabnya sambil mendekat ke arahku… Seorang pengusaha terkenal berubah menjadi seorang calo terkutuk yang mengeksploitasi karyawannya sendiri kepada laki-laki penjaja nafsu birahi.” (288)
Hal tersebut dikatakan oleh seorang pengusaha pemimpin perusahaan modeling. Dia meminta Nura untuk menemani seorang klien. Berdasarkan dari kategori pelecehan, yang dikatakan oleh pengusaha tersebut bisa dikatakan sebagai pelecehan seksual verbal, walaupun pelecehan seksual fisik tidak perah terjadi. Dan pelecehan seksual yang kedua ialah tatapan mata laki- laki terhdap wanita cantik dan bahkan penggunaan wanita cantik di dalam sebuah industry juga termasuk sebagai pelecehan seksual (El Nagaar, 2009). Dalam hal ini, Nura melamar pekerjaan dan dia lulus bukan karena prestasinya tapi karena kecantikannya. Tatatapan mata pada wanita cantik juga termasuk pada pelecehan seksual, dan hal ini jugalah yang dimanfaatkan oleh sebuah perusahaan. Pernyataan tersebut bisa terlihat pada kutipan di bawah ini:
“… Perusahaanku baru berkembang, Untuk itu aku membutuhkan sekretaris yang simpatik dan kharismatik. Sekretaris akan banyak berhadapan dengan public relasi dan konsumen”
Itulah alasan yang sangat sederhana. Laki- laki itu butuh seorang wanita cantik untuk menghiasi kantornya.Kecantikan dijadikan umpan untuk menarik perhatian pelanggan. (284)

Menjadikan seorang wanita cantik sebagai pekerja bukan karena keahliannya, akan tetapi karena kecantikanya merupakan pelecehan seksual yang amat sering terjadi pada masa sekarang ini. Banyak sekali perusahaan di dunia akan memakai wanita cantik yang bodoh, daripada wanita biasa- biasa saja yang pintar. Hal ini dikarenakan perempuan tersebut akan memikat penglihatan siapa saja yang akan melihatnya. Karena merasa dilecehkan, Nura akhirnya menolak pekerjaan tersebut.
Ketidak sadaran akibat pengaruh obat- obatan terlarang juga menjadi penyebab pelecehan seksual secara fisik. Ketidak sadaran ini bisa kepada si pelaku yang mempunyai imajinasi jelek terhadap perempuan dan akhirnya melakukan pelecehan seksual pemerkosaan. Dan yang kedua, ialah korban yang tidak sadar akibat obat- obatan terlarang. Hal itu bisa terlihat pada dua kasus obat- obatan yang ada di novel sebagai berikut ini:
Pemuda yang tengah mabuk ini tiba- tiba melihat seorang gadis kecil berlari- lari kea rah bangunan yang sama, yaitu berteduh dari guyuran hujan. Bajunya yang basah kuyup melekat di tuuhnya yang montok… Berkobarlah nafsu binatang dalam dirinya. Melelehlah nafsu jahatnya… keceriaan sebagai anak seusianya lenyap seketika. Suasana hening dan gadis itu terdiam untuk selama- lamanya. Dia sudah jadi mayat.” (55- 56)

Kejadian di atas merupakan cerita Ustadz Said yang menceritakan tentang kebejatan moral seorang pemuda yang memperkosa seorang anak gadis kecil akibat dari pengaruh ganja dan tontonan yang tidak pantas. Ganja dan Film porno merupakan dua penyebab terjadinya fantasi yang berujung pada pemerkosaan. Hal kedua, korban yang tidak sadar akibat pengaruh obat- obatan terjadi pada diri Nura yang diperkosa oleh Doktor Syarif sebagaimana kutipan berikut ini:
“Bagaimana seorang gadis yang berperilaku sebaik itu membiarkan dirinya diperkosa oleh laki- laki nakal seperto Doktor Syarif itu?”
“Dipaksa!”
“Dipaksa?”
“Nura diberi obat penenang. Setelah tidak sadarkan diri, dia diperkosa” (322- 323)

Ketidak sadaran seseorang bisa membuat seorang yang jahat melakukan apa saja kepada korban yang tidak sadar. Karena tidak sadar, korban tidak bisa melawan keinginan si pelaku karena keterbatasan tenaga untuk melawan. Hal inilah yang terjadi pada Nura yang tidak saar karena obat penenang, dia tdak bisa melawan keinginan seksual dari Doktor Syarif.
Penjelasan-penjelasan tentang pelecehan seksual juga sebagai penyebab Feminisme yang ada di novel, kebanyakan terjadi pada Nura, yang merupakan seorang wanita cantik. Nura mengalami berbagai bentuk pelecehan seksual mulai dari non- verbal, verbal, bahkan fisik. Bahkan dari penjelasan- penjelasan di atas, pengguaan obat terlarang juga sebagai fasilitas dan juga penyebab terjadinya pelecehan seksual tersebut. Hal tersbut juga yang melahirkan feminsime yang ada di hati Nura. Sehingga, dia mulai berani melawan pada perusahaan Abdul Ghani.
2.      Bentuk Feminisme yang ada dalam Novle “Mencari Perempuan yang Hilang”
    Sebagai efek dari pergeseran nilai yang ada pada masyarakat Arab, terjadilah pergerakan pergerakan feminism yang berbeda satu sama lain. Terdapat tiga bentuk feminism yang ada di dalam Novel, yaitu Feminisme Tradisional, Feminisme Liberal (Modern). Dan Feminisme Sosialisme.
a.      Feminisme tradisional
Feminisme tradisional merupakan representasi dari feminisme yang berperan dan percaya akan adanya keragaman, pluralitas, serta lokalitas pengetahuan. Hal ini merujuk pada feminisme Liberal, atau yang sering disebut Feminis Marx tradisional (Barker, 2000:26).
Feminis tradisional merupakan oposisi biner dari feminis modern, yang menekankan pada ke-tak-pragmatis-an, belum mengenal urgensi dari emansipasi, masih bersifat nihilisme, dan memiliki konstruksi bahasa yang lokal dan ber-hierarki (Barker, 2000:28)
Berdasarkan perannya, wanita memang mempunyai peran sebagai pendamping suami dan membesarkan anak- anak mereka. Feminisme tradisional akan melihat pada perjuangan untuk tetap mempertahankan kodratnya sebagai partner dari seorang laki- laki untuk memperjuangkan keluarganya. Brewer (1992: 2) mengatakan:
Menuntut sensorship untuk melarang pornografi, sebagai tekanan terhadap tehnologi reproduksi yang merupakan ‘hasil rancangan laki-laki’ untuk menghilangkan fungsi kreatif dan unik atas perempuan, hal ini merupakan sebagian contoh yang mengakomodir kaum feminis untuk berpihak pada sayap kanan ‘backlash’. Dengan berpijak pada pandangan ini beberapa kaum feminis melakukan pembelaan bersama kelompok reaksioner yang bersifat moralis atas peran tradisional perempuan sebagai istri dan ibu, misalnya dengan mereka yang menjadi oponen terbesar dari gerakan pembebasan perempuan.

Menurut Brewer, kondisi feminism yang lebih mempertahankan kewanitaan dan peran seorang wanita bisa dikatakan sebagai feminism tradisional atau Feminisme moral. Feminisme ini berlawanan dengan Feminisme liberal atau Feminisme modern yang lebih mengatakan kalau wanita itu bebas melakukan atau berekspresi apapun. Feminisme ini akan lebih benyak melakukan pergerakannya sebagai seorang ibu. Dalam hal ini, sang ibu akan berkorban untuk anak- anaknya. Di dalam novel “Mencari Perempuan yang Hilang”, pernyataan ini bisa terlihat pada cerita dokter Sholeh kepada Ahlam tentang keluarganya sebagai berikut:
Hidup menurut ibuku adalah member dan berkorban. Sama dengan ayah, pengorbanan dan usianya adalah untuk keenam anak-  anaknya. Seorang ibu yang keibuan, yang senantiasa mendidik kami dengan kasih saying dan kelembutan. Suami bagi ibu adalah teman hidup untuk berbagi peran.” (77)

Pergerakan untuk berkorban demi anaknya dan keluarganya merupakan gerakan feminism juga. Bahkan, dalam membina keluarga, Ibu Sholeh tidak melihat adanya perbedaan seorang istri dan seorang suami. Ibu Sholeh meliat suaminya sebagai teman hidup yang bisa diajak untuk berkeluh kesah dan berjuang bersama- sama.  
Feminisme ini akan lebih banyak melindungi keluarganya dari serangan apapun. Hal ini lebih banyak terlihat pada Ibu Dokter Sholeh yang mengerti kegundaha hati anaknya karena perbedaan status anaknya dengan Dokter Ahlam. Bahkan, sang ibu rela menjual warisannya demi Sholeh bisa meminang Dokter Ahlam. Hal ini terlihat pada kutipan sebagai berikut ini:
“Kalau kau sungguh- sungguh mencintainya, aku rela menjual tanah warisan kakekmu. Hasil penjuaan itu mungkin bisa membuat hidup Ahlam layak bersamamu. Aku bangga dengan ibuku. Betapa besar perbedaan antara orang yang mengorbankan hartnya demi kebahagiaan anaknya dengan orang yang mengorbankan kebahagiaan anaknya demi harta yang dimilikinya. (226- 227)

Kutipan di atas merupakan efek dari kapitalisme dan materialisme seorang pengusaha kaya yang tidak ingin anaknya menikah dengan seorang pemuda yang secara status social (dalam hal kekayaan) tidak sama. Sehingga terjadilah ketidaksamaan atau ketidak seimbangan. Sebagai seorang feminism tradisional (moral), ibu Sholeh berusaha untuk menyamakan derajat anaknya dengan derajat Abdul Ghani dengan menjual warisan kakeknya. Prinsip persamaan dalam diri Ibu Sholeh merupakan juga prinsip dari feminism dasar; tidak ada yang berbeda antara orang satu dengan yang lainnya, dan bahkan, dia juga tidak melihat persamaan kelas sosial.
b.      Feminisme Modern (Liberal)
Feminisme modern merupakan aplikasi dari kapitalisme yang melahirkan kebebasan dalam melakukan apapun. Feminisme modern lebih berpikir pada materialisme, yang jelas materialism juga merupakan efek dari kapitalisme. Dalam melakukan pergerakannya, kaum feminism liberal (modern) akan berpikir kalau perempuan bisa melakukan hal yang sama dengan laki- laki dan bahkan berpikir pada barat; semua yang dilakukan akan berdasarkan pada gaya barat.
Penolakan kaum feminis terhadap struktur patriarkhi dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok feminisme modern, termasuk di dalamnya kelompok feminisme liberal dan sosialis. Kelompok ini ingin melakukan transformasi sosial secara revolusioner (Muhtada, 2010).
Mereka berpendapat bahwa perempuan perlu masuk ke dalam dunia laki-laki agar kedudukan dan statusnya setara dengan laki-laki. Untuk itu, perempuan harus mengadopsi kualitas maskulin, sehingga dapat menempati posisi-posisi yang selama ini didominasi laki-laki. Apapun pekerjaan laki-laki, perempuan pun harus mampu melakukannya (Muhtada, 2010). Feminisme modern menyadari bahwa mereka bukan bagian dari perempuan tradisional yang mengabdi pada suami, dan bahkan karena mereka piker mereka orang yang sangat “kelelakian”, maka masalah penampilan mereka pun dibuat semodern mungkin. Dalam kehidupan social masyarakat Arab, sudah banyak masyarakat Arab yang lebiih menganut dunia modern. Hal ini terlihat di dalam novel sebagai berikut:
“Apa yang akan kamu katakana ketika seorang ibu tidak mau memberikan ASI kepada bayinya hanya karena takut payudaranya tidak seksi lagi? Apa yang ingin kau katakana tatkala melihat ibu- ibu menjual anak mereka karena rayuan gombal dan godan palsu? Kebodohan yang dimodernisir inilah yang kita permahir saat ini karena lebih mementingan keindahan fisik dari pada keindahan rohani.” (51)
Kemodernan dan kematrialismean dan bahkan hal yang mereka sebut dengan kemodernan telah membuat hamper banyak perempuan Arab sudah meninggalkan ketradisionalan yang sebetulnya memang hal yang paling alami pada seorang perempuan. Karena mterialisme, kemodernan, banyak wanita Arab yang lebih memilih untuk mengorbankan anak- anaknya yang sudah seharusnya menjadi kewajibannya. Hanya untuk penampilan, mereka tidak memanfaatkan karunia yang telah diberikan oleh Tuhan yaitu payudara yang seharusnya memang milik dari seorang anak manusia. Dan feminism modern akan lebih mengorbankan anak- anak mereka, dalam novel dikonotasikan menjual, dimena mereka lebih memikirkan keduniawian daripada keluarga.  
Kelompok ini memang telah mendorong banyaknya perempuan masuk ke dalam dunia maskulin, sehingga banyak perempuan yang berhasil menempati posisi strategis di sektor publik. Tetapi gerakan ini juga mendorong lahirnya manusia jenis ketiga, tidak laki-laki dan tidak perempuan, yakni manusia ’’tiruan laki-laki’’ (male clone). Makhluk tiruan laki-laki ini berjasmani perempuan, tetapi memiliki kualitas-kualitas maskulin, seperti menguasai, ambisius, kompetitif, dan memenuhi kepentingan pribadi. Jauh dari kualitas feminin dengan karakter pengasuh, pasif, dan pemelihara (Muhtada 2010). Ini juga terlihat pada Novel dimana Ibu Ahlam lebih memikirkan untuk menjadi wanita modern daripada wanita tradisional yang hidup untuk membesarkan anaknya. Ahlam sendiri besar bukan karena asuhan dari orang tuanya. Hal ini ini bisa terlihat dalam novel sebagaimana berikut:
Demikian pula peran ibu. Anak- anak sebetulnya sangat mendambaka saat- saat sang iu bercerita di sore hari atau membuaikannya ketika tidur. Di zaman sekarang banyak ibu yang tidak menyadari kalau bahwa anak adaah makhluk hidup yang sempurna, punya hati dan punya rasa, ingin didengarkan dan dimanjakan. Semuanya itu akan berubah menjadi bom yang menghancurkan, bom waktu yang ditanam dalam jiwa anak, tidak ada yang tahu kapan akan meledak. (80)

Merasa sebagai isteri orang yang sangat terhormat, walaupun ibu Ahlam tidak bekerja, membuatnya harus tetap sibuk. Ibu Ahlam sibuk di berbagai aktifitas organisasi sehingga membuat waktunya dengan anaknya menjadi berkurang. Sehingga femooonisme modern dianggap sebagai penghancur feminism atau melawan kodrat wanita yang sebenarnya. Lunturnya kualitas feminin juga terlihat pada munculnya berbagai persoalan sosial. Fenomena tawuran pelajar, kenakalan remaja, dan masyarakat yang semakin brutal disinyalir erat kaitannya dengan kualitas rumah tangga modern. Ibu dan bapak yang sibuk di luar rumah, kurangnya perhatian pada anak, hilangnya kehangatan keluarga, merupakan sebagian contoh kecenderungan rumah tangga modern. Tidak heran jika dekade 90-an dianggap sebagai masa krisis pengasuhan dan kepedulian dalam masyarakat (Muhtada, 2010).
   Feminisme modern juga dituduh sebagai penghancur tatanan keluarga, karena secara teoritis menganggap bahwa perempuan yang bekerja di sektor domestik (rumah tangga) sebagai wanita yang lemah. Antara tahun 1963 sampai 1975, angka perceraian di Amerika Serikat meningkat sebesar 100% (Skolnicn, 1987).
Perhatian dan kesejahteraan anak-anak pun mengkhawatirkan, karena banyaknya perempuan yang memusatkan perhatian pada sektor publik.  Di negara-negara Skandinavia, tempat kaum feminis sosialis memperjuangkan ide-idenya, jumlah angka perkawinan menurun, sementara frekuensi kumpul kebo dan perpecahan keluarga semakin meningkat. Akibatnya, anak yang dilahirkan di luar nikah dan angka keluarga ”berorang tua satu” (ibu saja atau ayah saja) menjadi tinggi (Popenoe, 1988).   
Berdasarkan dari uraian di atas, disimpulkan bahwa Feminisme modern terjadi pada diri Ibunda Ahlam yang
c.       Feminisme Sosialisme dan Feminisme Post- Modernisme
Bentuk Feminisme yang ketiga yang terjadi di dalam Novel ini ialah Feminisme Sosialisme. Feminisme ini terjadi pada kehidupan Ahlam dan juga kehidupan Nura, akan tetapi dalam bentuk pergerakan yan sangat berbeda. Feminisme ini bertujuan mengadakan restrukturisasi masyarakat agar tercapai kesetaraan gender. Ketimpangan gender disebabkan oleh system kapitalisme yang menimbulkan kelas-kelas dan division of labour, termasuk di dalam keluarga. Gerakan kelompok ini mengadopsi teori praxis Marxisme, yaitu teori penyadaran pada kelompok tertindas, agar kaum perempuan sadar bahwa mereka merupakan ‘kelas’ yang tidak diuntungkan. Proses penyadaran ini adalah usaha untukmembangkitkan rasa emosi para perempuan agar bangkit untuk merubah keadaan (Ratna Megawangi, 1999: 225).
Pada pekerjaan dan pengabdiannya pada masyarakat, Ahlam berani mengambil resiko sebagai satu- satunya dokter bedah dan kemungkinan besar, profesi yang dia ambil juga jarang diambil oleh para wanita lainnya. Dia melawan rasa wanitanya yang lebih lemah daripada laki- laki untuk membuktikan kalau perempuan juga bisa melakukan pekerjaan yang seperti laki- laki. Dan juga dia melakukan pekerjaan tersebut karena panggilan kemanusiaan. Hal tersebut tercermina dalam novel sebagai berikut:
Satu lagi jantung anak berhenti seketika. Bertambah lagi korban meninggal di tangan kami. Kami hanya bisa menyaksikan dengan rasa pilu. Aham pun jatuh pingsan menghadapi peristiwa yang memukul jiwanya. Ahlam adalah satu- satunya dokter perempuan yang bertugas di ruang operasi. Beberapa saat kemudian, setelah mendapat pertolongan perawat, Dokter Ahlam sadar. Dikumpulkannya segala kekuatan dan semangatnya, lalu dia mencuci muka dan kembali bergabung bersama kamu untuk menolong anak- anak yang terluka parah. (103)

Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa kaum wanita bisa juga bergabung dengan dokter- dokter laki- laki. Sebagaimana dalam realita yang ada, kebanyakan dokter- dokter bedah yang ada di rumah sakit terdiri dari dokter- dokter laki- laki. Jarang sekali terlihat dokter wanita berada di sebuah ruang operasi. Hal ini disebakan benyak sekali kelemahan wanita apabila berhubungan dengan darah; banyak sekali kaumwanita merasa takut apabila melihat darah, tubuh yang terluka, bagian tubuh yang disayat, dan lain sebagainya. Akna tetapi, Ahlam di sini berani melawan rasa kewanitaannya untuk rasa sosialnya.
Perjuangan kaum feminism sosialis juga melakukan pemberontaan terhadap kaum kaum kapitalis; mereka tidak ingin mempunya ketergantungan terhadap Negara- Negara kapitais yang bagi mereka akhirnya memberikan ketergantugan terhadap mereka; seperti ketergantungan pada hasil teknologi Amerika sebagai Negara kapitalis barat. Sasongko (2010) mengatakan bahawa:
Bagaimanapun, kaum perempuan harus mengurangi harapan mereka terhadap Negara dan masyarakat untuk dapat mengubah nasib, apabila yang diciptakan kapitalis adalah ketergantungan dan percepatan.    

Sebagaimana yang terlihat pada kenyataan yang ada, hamper 90% Negara- Negara dunia akhirnya lebih menggantungkan nasibnya pada Negara- Negara kapitalis yang mendompleng keuntungan dari penjualan- penjualan produk- produk mereka di Negara berkembang. Akhirnya, mau tidak mau semua Negara akan bergantung pada Negara- Negara tadi. Apabila dibandingkan di dalam novel, terlihat jelas bahwa Ahlams tidak menginginkan propaganda- propaganda yang dilakukan oleh kaum kapitalis. Ahlam menuduh bahwa film- film akan membuat masyarakat Arab mempunyai ketergantungan, dan bahkan tidak akan beranjak dari muka televisi. Hal tersbut terlihat pada bagian di bawah ini:
Ahlam bangkit, marah, dan berkata,
“Sudah! Pergi kalian, wahai tuan- tuan! Baik sinetron maupun film tidak akan membuat anak- anak mati sebagai korban.: (114)

Penjelasan di atasmempunyai banyak symbol untuk kaum kapitalis dan juga tujuannya.  Frase “Wahai Tuan- tuan!” merupakan symbol kepada kaum- kaum kapitalis (baik yang berada di dalam maupun luar negeri) karena tujuan dari kaum tadi yang menginginkan ketergantungan dan mengacu kepada kehancuran dari masyarakat Arab tadi. Sebagaimana yang terlihat, hampir 50% kehidupan anak- anak berada di depan televisi sehingga mereka lupa untuk melakukan kewajibannya seperti belajar. Sebagai akibatnya, akan terjadi lost generation atau Negara yang tanpa masa depan karena kebiasaan buruk menonoton televisi sepanjang hidupnya. Ahlam merupakan salah seorang feminist yang menentang Negara- Negara kaum kapitalis walaupun ayahnya sendiri merupakan seorang kapitalis.
Teori sosial-konflik ini juga mendapat kritik dari sejumlah pakar, terutama karena teori ini terlalu menekankan faktor ekonomi sebagai basis ketidakadilan yang selanjutnya melahirkan konflik. Dahrendorf dan R. Collins, yang tidak sepenuhnya setuju dengan Marx dan Engels, menganggap konflik tidak hanya terjadi karena perjuangan kelas dan ketegangan antara pemilik dan pekerja, tetapi juga disebabkan oleh beberapa faktor lain, termasuk ketegangan antara orang tua dan anak, suami dan isteri, senior dan yunior, laki-laki dan perempuan, dan lain sebagainya (Umar, 1999: 64).  Konflik ini juga terjadi di dalam novel dimana Ahlam merasakan kejahatan ayahnya kepada manusia lain sehingga Aham pun merasa malu. Inilai awal dari gerakan Feminisme di dalam diri Ahlam. Pernyataan tersbut bisa dilihat sebagaimana berikut:
“Kekejaman yang paling sadis adalah bila kita bertengkar dengan orang yang kita cintai. Coba kau bayangkan dalam imajinasimu potret yang indah untuk seorang insane yang mulia dinodai oleh kehidupan yang kotor sehingga potert yang indah itu berubah menjadi percikan percikan lumpur hitam. Bagaimana perasaanmu seandainya insane yang terhormat itu adalah primadonamu? Bagaimana kalau dia adalah ayahmu sendiri?” (132)

Gerakan yang dilakukan oleh Ahlam ialah gerkan dimana dia sangat menginginkan keluarga yang sangat saling menyayangi. Akan tetapi, potret tersebut tidak terlihat di dalam keluarganya karena orang tuanya sering berkelahi mempertahankan pendapatnya masing- masing (Abdul Ghani sebagai kapitalis, sedangkan ibu Ahlam sebagai Feminisme modern). Sebagai akibatnya, banyak hal- hal yang tidak pernah tuntas. Dan juga dosa- dosa ayahnya terhadap masyarakat. Di dalam kutipan, dia menyebutkan “primadona” dan primadona di sini ialah bukan primadona seperti yang terlihat, akan tetapi orang yang sangat dibenci oleh msyarakat. Di sini, Ahlam merasa malu mempunyai ayah yang mempunyai banyak dosa dan kejahatan terutama kepada masyarakat, terutama dirinya sendiri.
Bahkan, Ahlam sendiri berani   menentang ayahnya sendiri kalau ayahnya tidak menyetujui keinginannya untuk menikah dengan dokter Sholeh. Dia juga berani untuk keluar dari keluarganya. Hal tersebut bisa terlihat pada kutipan berikut:
“Bagaimana kalau ayahmu menolak mentah- mentah?”
Tiba- tiba rona wajah Ahlam berubah. Dia tidak hendak bangkit dari tempat duduknya. Setelah beberapa saat terdiam dan berpikir, dia berkata sementara kedua matanya basah dengan air mata.
“Sholeh, jia ayahku tidak menyetujui pernikahan kita, aku tidak akan pernah mencintai laki- laki lain untuk penggantimu.” (180)

Demi cinta, Ahlam berani mengambil resiko kalau dia juga tidak akan pernah mau mencintai laki- laki lain, yang ini juga berate Ahlam tidak akan pernah menikah dengan lelalki manapun. Ahlam mempunyai prinsip Feminisme dimana dia berani menentang hasrat kaum laki- laki, dalam hal ini ayahnya sendiri.

Feminisme sosialis juga menyoroti tentang perlindungan diri dari pelecehan- pelecehan seksualitas yang terjadi. Sebagaimana diketahui, wanita merupakan objek-objek seksualitas dari laki- laki. Selain itu, juga anggapan dari kaum laki- laki bahwa wanita itu ialah kaum lemah sehingga dapat diperdaya. Marzuki (2009) menyatakan:
Selain perjuangan untuk melawan sensorship sehingga kaum perempuan dapat menguasai tubuh mereka sendiri, juga kesehatan, kesuburan dan seksualitas mereka tanpa mengalami tuduhan berbuat cabul dan berbagai tindakan menindas lainnya.

Wanita harus dapat melawan kejahatan- kejahatan yang timbul dari kaum laki- laki sehingga membuat kaum laki- laki menjadi berpikir untuk melakukan kejahatan seksualitas terhadap peempuan. Di dalam novel itu sendiri, ketika NUra pergi ke kota, dia melihat kalau banyak kaum laki- laki bertindak seenaknya; kaum laki- laki berpikir kalau wanita tidak berhak untuk mengeluarkan apa yang ada dipikiranya sebagaimaa terlihat sebagai berikut:
“Itu hakku. Aku bebas meutar lagu apa yang aku mau,” katanya dengan marah.
“Kau bebas kalau kau sendirian. Tapi kalau ada penumpang kau harus juga menghargai hak dan perasaan penumpang.”
“Kelihatannya kau gadis pemberani,” balasnya sambil tertawa terbahak- bahak. “O… kecantikanmu rupanya tidak membuat orang terpikat.” (279)

Kejadian di atas merupakan adu mulut antara NUra engan supir taksi yang mengantarkannya. Sang supir menyangka kalau perempuan tidak bisa memperotes atau berbuat apa saja sehingga dia dengan seenaknya melakukan apa yang dia mau. Akan tetapi, Nura malah menghardiknya sehingga membuat sang supir terkejut dengan keberanian Nura.
Dalam masalah pendidikan, feminism sosialis sangat menginginkan kalau anita juga mempunyai hak yang sama seperti laki- laki. Sasongko (2010) menyatakan:
Kami memperjuangkan hak-hak perempuan dalam pendidikan, pekerjaan dan di masyarakat; upah dan kondisi kerja yang lebih baik bagi perempuan; melawan kekerasan dan perkosaan, pelayanan yang lebih bagus untuk perempuan di masyarakat; menentang praktek diskriminasi di segala sektor.

Pendidikan merupakan sebuah proses seseorang untuk mempunyai keatangan berpikir yang sangat diperlukan di dalam dunia pekerjaan. Sehingga, seorang perempuan feminisme sosialis menyatakan kalau wanita juga perlu mempunyai pendidikan yang sama seperti laki- laki. Dulu, hanya laki- laki yang bisa duduk di bangku pendidikan sampai erguruan tinggi. Akan tetapi, karena perjuangan kaum feminist, sekarang sudah banyak wanita yang mengecam pendidkan tinggi. Nura, sebagai wanita desa, mempunyai pikiran yang sangat kuat tentang pendidikan. Dia berpikir kalau wanita bodoh bisa diperdaya oleh kaumlaki- laki. Oleh karena itu, cita- cita Nura berhasil mengantarkannya pada perguruan tinggi. Walaupun orang tua Nura tidak bisa membiayainya, akan tetapi dia juga beerja sambil kuliah. Hal tersebut terlihat pada penjelaasan sebagai berikut:
Gaji? Sangat menggiurkan. AKu bekerja dengan tekun dan ikhlas. Deirektur menyuai pekerjaanku. Setiap libur musim panas aku dibawa kemana dia pergi. Satu hal yang kubanggakan dari dia adalah perhatiannya terhadap penyelesaian studiku. (284- 285)
Feminisme Sosialis lebih menekankan kepada perjuangana untuk menuntut persamaan hak, seperti pendidikan,ekonomi, dan lain sebagainya. Feminisme ini terjadi sebagai akibat dari pelecehan- pelecehan kaum laki- laki terhadap perempuan seperti perempuan ialah makhluk yang lemah, perempuan hanya akan  berujung pada sumur, kasur, dan kasur. Sebagai akibatnya,hak untk pendidikan tidak bisa dilakukan terhadap kaum perempuan.
Seorang feminist sosialisme juga akan rela melakukan apa saja untuk memajukan kaumnya tanpa melihat jender. Seperti seseorang yang disangka Ahlam yang memberikan pertolongan medis gratis dan bahkan memerikan pengajaran baca tulis. Hal tersebut bisa terihat pada novel sebagaimana berikut ini:
Suatu hari beredar berita bahwa di sebuh desa ada seorang dokter yang baik. Dia rela berkorban apa saja untuk mengobati orang sampai desa- desa terpencil. Namanya Dokter Farida. Siang hari dia mengobati orang. Bila senja dating, dia mengumpulkan orang- orang buta huruf untuk diajari berbagai imu, khususnya membaca dan menulis. (372)
 
Selain feminism sosialis, terdapat juga feminism post modernism yang terjadi pada diri Nura. Hal yang membuat Nura dianggap sebagai feminist sejati ialah bagaimana dia bisa menentang kebusukan perusahaan tempat dia bekerja yang menjual barang- barang palsu dan kadaluarsa. Dia berani melawan Abdul Ghani dan Doctor Syarif yang merupakan orang- orang licik dan kejam, akan tetapi, dia tidak takut dengan hal- hal seperti itu. Keberanian Nura bisa terihat pada halaman sebagai berikut:
“Tidak kusangka sedikitpun bahwa aku sedang bekerja untuk perusahaan yang menjual barang- barang yang sudah rusak dan berbahaya?!”
Oh… apa yang harus kulakukan? AKu gugup. Aku pura- pura tdak mengerti,
“Barang rusak? Hai Nona Nura! Kau bicara apa?
“Kau membuat transaksi untuk barang- barang yang sudah kadaluarsa? Kau berminat untuk mengimpornya?” (341)

Secara tidak sengaja, terjadi kesalahan pada surat menyurat karena di perusahaan tersebut terdapat dua Nura, akan tetapi, surat tersebut dikirimkan melalui Nura yang berbeda divisi.  Terbongkarlah rahasia kalau perusahaan tersebut akan menjual barang- barang rusak dan berbahaya. Sasongko (2010) menyatakan:
Politik perbedaan mengalir dari penolakan kaum postmodernisme untuk mencari pemahaman tentang masyarakat beserta hukum-hukum yang berlaku yang pada mumnya memangkas perkembangan dan pengalaman individu. Hal ini terbukti karena siapa saja yang bicara atas nama pengetahuan dan kemajuan dalam masyarakat akan dibungkam dan disingkirkan sehingga kelompok tersebut tidak mempunyai kekuatan, akhirnya secara keseluruhan pengetahuan dan kemajuan disingkirkan. Hal ini tampak dalam karakter gerakan feminis yang bersikap sebagai oposisi terhadap pengetahuan yang dianggapnya sebagai ‘wacana kaum laki-laki’, ditentukan seluruhnya oleh ‘sistem nilai kaum laki-laki’.

Di sini Nura juga bahkan berani akan membaongkar kasus tersebut kepada pihak yang berwajib tanpa melihat siapa dalang yang berada di belakang kejahatan ini. Hal ini menunjukkan kalau Nura tidak mempunyai rasa takut terhadap orang yang sangat kejam dan bengis. Di novel, pemikiran tersebut bisa dilihat pada kutipan berikut ini:
“Aku tidak peduli siapa yang meyuruh untuk membalas atau tidak membalas surat ini.Kenyataan yang pasti adalah aku sedang berhadapan dengan penjahat ulung yang tidak bisa didiamkan begitu saja. Akan aku laporkan pada yang berwajib,” kata Nura. (343)

Di samping keberanian NUra untuk membongkar kedok Abdul Ghani, ternyata Ahlam berani bersikap hal yang sama. Bahkan, orang yang dia adukan beserta bukti- bukti ialah bapaknya sendiri. Doktor Syarif yang merupkan seorang laki- laki juga tidak berani mengambil resiko, padahal Doktor Syarif mempunyai bukti yang lebih banyak.Kesaksian dari Ahlam bisa dilihat pada kutipan berikut ini:
“Saya mohon tuan hakim mendengarkan saya sampai selesai! Saya punya banyak bukti yang kuat. Bukti ini boleh jadi akan merubah jalannya persidangan. Saya harap hadirin sekalian mendengarkan saya. Apa yang saya katakana ini sangat penting dan sangat berbahaya…” (349)

Pendapat tersebut diperkuat dengan kesaksian Ahlam sebagai berikut:
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Besar saya bersumpah akan mengatakan kebenaran sepahit apapun. Akan saya katakana meski manusia menuduh saya, pengkhianat, bahkan gila.” (350)
Di sini terlihatlah pergerakan feminisme post modernism dimana Ahlam berani bersaksi tentang kejahatan ayahnya sendiri. Dia terpaksa mengirbankan ayahnya sendiri karena mengetahui akan bahaya yang akan terjadi paa negeri tersbut apaila ayahnya tidak segera ditangkap. Hal yang sangat jarang dilakukan di dunia nyata. Biasanya, seorang anak pasti akan membela anaknya sendiri walaupun tahu ayah mereka bersalah. Akan tetapi, Ahlam berani bersaksi atas nama Allah Tuhan semesta alam. Bahkan seorang anak laki- laki jarang yang berani melawan ayahnya sendiri.
Pada biagian ini, terdapat dua macam gerakan pemberontakan feminism; yaitu feminisme sosialis dan feminism post modern. Kedua entuk feminism tersebut terjadi karena dua hal yang dibahas sebagai penyebab terjadinya gerakan feminism; yaitu kapitalisme dan pelecehan perempuan.


  1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis di atas maka disimpulkan bahwa gerakan kapitalisme yang dianut banyak pengusaha Arab sangatlah berpengaruh terhadap materialism; orang akan melihat semuanya kepada materi, sebagai akibat dari Materialisme juga melahirkan Femisnisme Liberal (Feminisme modern). Feminisme Modern lebih menekankan kepada cara berpikir seperti laki- laki, bahkan menyampingkan keluarga. Feminisme modern terjadi kepada Ibu Ahlam yang selalu menyampingkan keluarganya. Dan kapitalisme jugalah yang menyebabkan kapitalisme tradisional (moral), dimana ketidak seimbangan ekonomi membuat seorang ibu akan tetap menjadi seorang ibu. Bahkan dia menginginkan persamaan hak antara si kaya dengan si miskin. Feminisme ini terlihat pada hidup ibu Dokter Sholeh yang membela anak- anaknya dan bersikap memang seperti seorang perempuan. Dan kapitalisme ini juga menyebabkan feminism sosialis, dimana seorang feminism sosialis tidak ingin menjadi terus- terusan bodoh dan menjadi hal yang terendah pada kapitalis, sehingga mereka berpikir untuk mempunyai pendidikan yang tinggi. Itulah yang terjadi pada pemikiran Nura dan bahkan Ahlam.
Pelecehan seksual juga hal yang banyak terjadi pada msyarakat Arab. Terjadi banyak pelecehan seksual apalagi pelecehan seksual tersebut dipengaruhi oleh oat- obatan terlarang dan juga tontonan porno. Pelecehan seksual ini akan melahirkan pergerakan feminisme sosialis. Di sini lebih banyak terlihat pada diri Nura. Nura berani melawan laki- laki yang menganggap diri seorang wanita lemah.
Sedangkan efek pada keduanya; kapitalisme dan pelecehan perempuan akan membuat pergoakan yang lebih besar, yaitu postmodernisme. Post modernism ini terjadi pada keduanya; Ahlam dan Nura. Keduanya berani bertindak untuk melawan laki- laki bahkan hal- hal yang laki- laki sendiri takut melakukannya.


Referensi:

Abdullah, Irawan. 1997. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Cott, Nancy F. 2004. The Grounding of Modern Feminism. Yale: Yale University Press dalam Nanuk, P Murniati. 2004. Getar Gender (Volume 2). Jakarta: PT Kanisius

Djajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik Sastra Femini: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia

Endaswara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fakih, Mansour. 2003. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Humm, Maggie. 1991.The Dictionary of Feminist Theory. Columbus: OHIO University Press.

Morgan, Marilyn, dkk. MLA Style. Diretrief dari www.rpi.edu/web/writingcenter

Owens, Craig. 1983. The Discourse of Others: Feminists and Postmodernism. New York: Collier

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Sastra dan Cultural Studies:Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Subroto.1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa

Sugihastuti dan Suharto. 2002. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Applikasinya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Surachmad. 1990. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa

Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: UNS Press