Pergeseran Nilai Masyarakat Arab sebagai Penyebab
Feminisme sebagaimana Terlihat di dalam Novel “Mencari Perempuan yang Hilang”
yang ditulis oleh DR. Imad Zaki (Diterjemahkan oleh Dr. Zuriyati)
Abstrak:
Sebagai Negara Islam, Arab seharusnya memegang teguh
nilai- nilai yang terkandung di dalam Islam. Akan tetapi, pengaruh barat sudah
banyak mempengaruhi Arab sehiingga cara berfikir masyarakat Arabpun sudah
berubah. Hal ini terlihat pada Novel “Mencari Perempuan yang Hilang” yang
memperlihatkan Arab yang sudah berubah dari nilai- nilai Islam. Masyarakat Arab
melihat uang adalah segalanya dan bahkan sudah berfikir materiaistis. Demikian
juga tentang pemikiran masyarakat Arab tentang perempuan yang bisa dilecehkan,
dan bahkan bisa dijual.
Dalam menganalisa Novel “mencari Perempuan yang
Hilang”, terdapat dua hal yang akan dianalisa, yaitu: (1) Bagaimanakah bentuk
pergeseran nilai yang ada pada masyarakat Arab, dan (2) Bagaimana bentuk feminisme
yang terjadi di dalam novel “Mencari Perempuan yang Hilang”.
Karena yang
dianalisa ialah sebuah novel, maka “Content Analysis” atau “Analisis Isi”
merupakan sebuah metode kualitatif yang pantas digunakan. Data yang akan
diambil ialah data tertulis atau data yang ada di dalam novel.
Hasil dari analisa ini ialah, banyak para pengusaha
Arab selalu mempergunakan wanita untuk tujuan- tujuan tertentu sebagai akiat
dari pemahaman kapitaisme Barat, dan juga banyaj sekali pelecehan- pelecehan
seksual erhadap kaum perepuan. Dan sebagai akibatnya, banyak wanita memberontak
dan melakukan pergerakan Feminisme sosialisme.
Kata Kunci: Arab, Kapitalisme,
pelecehan, dan Feminisme
A.
Pendahuluan
1.
Latar
Belakang
Negara
Arab merupakan sebuah Negara yang di dalamnya berkembang sebuah Agama Islam.
Seharusnya, sebagai Negara Islam, Masyarakat Arab seharusnya memegang teguh
nilai- nilai keislaman yang ada di dalamnya. Masyarakat Arab seharusnya
memegang teguh nilai- nilai kehidupan yang ada berdasarkan Agama Islam, seperti
Ekonomi Islam yang memegang teguh hukum Syariah, dan juga cara memandang kaum
perempuan, yang sebenarnya di Agama Islam tidak ada perbedaan. Bahkan, di dalam
Islampun, pelecehan terhadap wanitapun dilarang dan haram. Sebagai akibatnya,
banyak sekali hukum Islam yang akan memberikan hukuman terhadap pelanggaran hal
tersebut (Childs, 2002).
Akan
tetapi, nilai- nilai ke_Islaman yang memegang teguh hukum Syari’ah, dimana
ekonomi mengenal pembagian hasil, akhirnya mulai luntur dengan adanya system
perekonomian barat yang dikenal dengan nama kapitalisme. Sistem kapitalisme
lebih cenderung meihat keberadaan si pemegang modal, sehingga apapun yang
dikeluarkan oleh si pemilik modal akan dilaksanakan oleh para peaksana apakah
itu akan melawan system yang ada atau tidak. Sebagai contoh kecil, dahulu,
karena Negara- negara pemilik modal berkuasa penuh, akhirnya ketika menguasai
sebuah Negara, Negara- Negara tersebut akan bertindak sewenang- wenang. Sistem
kapitalisme barat inilah yang juga mempengaruhi pemikiran banyak pengusaha Arab
sehingga para pengusaha tersebut lebih berpikir materialism dan memikirkan
untug- rugi untuk melakukan sesuatu (Childs).
Hal
itulah yang terlihat di dalam Novel “Mencari Perempuan Yang Hilang” dimana ayah
dari Ahlam, Abdul Ghani, seorang pengusaha melakukan apa saja dan bahkan berani
menyuap pemerintah untuk keuntungan pribadinya. Seperti menyuplai obat- obatan
dan jarum suntik yang sudah kadaluwarsa, dan bahkan dia juga menjual obat-
obatan terlarang.
Pelecehan
perempuan yang juga merupakan pelanggaran, banyak terjadi di Negara Arab, atau
Negara- Negara Timur Tengah Umumnya. Walaupun secara agama, pelecehan perempuan
termasuk dosa dan pelanggaran, akan tetapi, Negara Arab jugalah yang paing
banyak melakukan peecehan-pelecehan terhadap perempuan. Sebagai contoh kecil,
banyak sekali para Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang dikirimkan ke Arab
mengaami pelecehan seksual, dan banyak pula yang pulang membawa anak- anak
berparas Arab.
Selain
itu, perempuan juga sering dijadikan komoditas untuk mengambil keuntungan dari
para pengusaha Arab, seperti dijadikan pancingan untuk para investor. Hal
tersebut juga merupakan pelecehan terhadap kaum perempuan.
Akan
tetapi, banyak sekali para wanita yang tidak berani melawan pada pelecehan-
pelecehan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena daam pemikiran para perempuan
ialah kaum laki- laki merupakan imam yang harus diikuti. Akhirnya, banyak para
wanita yang mengalah kepada kehendak kaum laki- laki. Bahkan, apabila laki-
laki tersebut merupakan orang tua atau ayah. Seorang anak perempuan tidak akan
pernah bisa membangkangnya. Dan apabila ada perselisihan,maka sang ayah lebih
baik membela sang anak laki- laki daripada anak perempuan.Hal ini jugalah yang
terlihat pada novel “Mencari Perempuan yang Hilang” dimana Nura pernah
berselisih faham dengan saudara Tirinya, Salamah. Akan tetapi, sang ayah yang
diharapkan netral (walaupun bagu Nura merupakan ayah tiri), tetap membela
Salamah. Penghormatan terhadap sosok ayah juga terjadi pada Ahlam. Ahlam
mengetahui kalau ayahnya telah berbuat salah, tapi tidak berani bertindak,
Bahkan dia juga mengorbankan perasaannya sendiri, demi menghormati laki- laki
yang dicintai tidak sakit hati pada ayahnya.
Karena
hal- hal tersebut, terjadilah pergolakan- pergolakan ari kaum perempuan yang
disebut feminism. Feminisme sendiri berarti sebuah pergerakan untuk menyamakan
hak, kewajiban, dan derajat sama dengan lelaki. Bahkan, pada jenis feminism
yang lain, kaum wanita tidak mau mempunyai keterikatan dengan kaum laki- laki.
2.
Keuntungan
Penganalisaan
Penganalisaan mempunyai dua jenis keuntungan,
yaitu:
a. Umum
Penganalisaan
ini memberikan pemikiran untuk pembaca, dimana kedudukan wanita dan pria ialah
sama; tidak ada perbedaan hak, kewajiban, dan bahkan derajat antara keduanya.
Laki- laki dan perempuan mempunyai kesamaan dalam memberikan pendapat dan
pemikiran. Selama ini, doktrin yang ada selalu memihak kepada kaum laki- laki. Kaum
wanita selalu menjadi objek pelecehan seksual, bahkan dijadikan penghias untuk
melakukan transaksi bisnis. Selain masalah feminism yang ada, masalah melakukan
ekonomi juga menjadi sorotan. Selain dalam novel, dalam kehidupan nyata juga
sering terjadi kapitalisme, sehingga melahirkan mafia- mafia ekonomi yang bisa
melakukan apa saja dalam melakukan bisnis.
b. Khusus
Dalam
hal yang khusus, penganalisaan ini juga diperuntukkan untuk bidang ilmu sastra.
Bagaimana menganalisa sastra melalui berbagai pendekatan, dalam hal ini
pendekatan feminism. Dan bisa dilihat bagaimana perbedaan feminism yang ada,
seperti feminism tradisional, feminism modern, feminism post kolonialisme,
feminism sosialis, feminism radikal, dan feminism post modernism. Dalam
penganalisaan novel ini, yang terdapat ialah feminisme sosialis.
3.
Identifikasi
Masalah
Sebelum
melakukan penganalisaan ini, terdapat dua pertanyaan yang harus dicari
jawabannya dan dibahas dalam pembahasan, yaitu:
a. Bagaimanakah
Bentuk pergeseran nilai yang ada di Arab melalui Novel “Mencari Perempuan yang
Hilang”?
b. Bagaimanakah bentuk feminism yang terjadi pada
novel “Mencari Perempuan yang Hilang?”
4.
Tujuan
dan Pembatasan Masalah
Dalam
menganalisa novel ini, penulis ingin menjabarkan penyebab- penyebab timbulna
feminisme yang ada di dalam novel “Mencari Perempuan yang Hilang” yang ditulis
oleh DR. Imad Zaki, yang diterjemahkan oleh DR. Zuriyati. Dan dalam menganalisa
novel ini, penulis akan membatasi menjadi dua pembahasan, yaitu bentuk
pergeseran nilai yang ada di Arab melalui novel “Mencari perempuan yang Hilang”
dan Bentuk Feminisme yang terjadi di dalam Novel “Mencari Perempuan yang
Hilang”.
5.
Kajian
Pustaka
a.
Kajian
Teoretis
Sistem ekonomi kapitalisme terbangun semenjak adanya revolusi industri di Inggris.Akibatnya,
terdapat kebebasan dari individu yang mempunyai modal untuk memangun
industrinya sendiri, dan bahkan dengan adanya modalnya sendiri, mereka bisa
mengatur perekonomian sebuah Negara. Negarapun juga mendukung kapitalisme
selama kapitalisme bisa membangun perekonomian Negara juga. Reisman (1990:19)
yang menyatakan:
Capitalism is the economic system that
develops insofar as people are free to exercise their right to life and choose
to exercise it. As will be shown, its institutions represent, in effect, a
self- expanded power of human reason to serve human life.
(Kapitalisme merupakan system ekonomi
yang mengembangkan kekuasaan orang- ornang untuk menggunakan haknya untuk
kehidupannya dan memilih melakukannya. Sebagaimana terlihat, institusi
mewakili, dan efeknya, kekuasaan mengembangkan diri dari alasan manusia untuk
mengabdikan diri untuk kehidupan manusia.)
Sehingga,
dengan adanya orang- orang pemilik modal dan alasannya, mereka bisa melakukan
apapun untuk mengemangkan kekuasaannya di dalam bisnis. Secara objektifitasnya,
kapitalisme diperuntukkan untu kebebasan perseorangan untuk mengembangkan
sebuah system ekonomi yang diperuntukkan untuk masyarakat. Akan tetapi, secara
pelaksanaan, keuntungan dari kapitalisme diperuntukkan untuk pribadi dan
akhirnya malah menyengsarakan orang yang melaksanakan produksinya. Sehingga,
para buruhlah yang sengsara akibat dari kapitalisme tersebut. Bahkan, pada
revolusi industri, kaum wanita dan anak- anak malah mendapatkan hak yang
berbeda dari kaum laki- laki. Akan tetapi, hal yang terjadi dalam novel ini
ialah kapitalisme yang malah mempergunakan wanita untuk mencapai keinginannya.
Hal tersebutlah yang akhirnya mendorong kaum wanita untuk melakukan pergerakan
feminism, dalam hal ini feminism yang terjadi ialah feminisme sosialisme.
Kemudian, hal lain yang mendorong adanya feminism
ialah pelecehan seksual yang terjadi di daerah Arab atau Timur Tengah secara
umum. Komsan (2009: 8) menyatakan:
At the time when almost all the Arab countries are suffering from
this same crime, it is still difficult to break the silence of women and it was
not an easy task for many of them, particularly in the absence of studies that
could help identify the strategy to be undertaken. As a result of this
communication and experience with sharing a number of studies, an opportunity
emerged that indicated the extensiveness of the problem in other countries.
( Pada waktu ketika hamper semua Negara-
Negara Arab menderita kejahatan yang sama, masihlah sulit untuk menhancurkan
diamnya para wanita dan tidaklah tuas yang mudah untuk sebagaian mereka, kebanyakan diamnya pembahasan yang dapat
menolong mengidentifikasi strategi yang diterima. Sebagai hasil komunkasi ini
dan pengalaman dengan membagi pada sejumlah pembahasan, sebuah kesempatan yang
terlihat mengindikasikan masalah ekstensif di Negara- Negara lain.)
Komsan
mengatakan banyak sekali terjadi pelecehan seksual di Negera- negara
Arab,peecehan tersebut bisa terjadi secara fisik, psikologis, dan lain
sebagainya. Akan tetapi, banyak sekali tidak terkuak karena wanita korban
pelecehan tersebut lebih memlilih untuk diam dan tidak ingin membahasnya.
Sehingga,pembicaraan- pembicaraan tersebut tidak pernah terjadi. Secara
presentasi, dari Shoura Council yang terletak di Saudi Arabia, menyatakan bahwa
di Algeria, terdapat 27% mahasiswa menjadi subyek pelecehan oleh dosen-
dosennya. 44,6% melaporkan perkataan yang jelek tentang seksualitas, dan 13,6%
menyatakan pelecehan seksual secara langsung. Di Qatar, 21,1 % wanita muda
melaporkan hal yang sama, 30% wanita pekerja mendapatkan pelecehan seksual di
tempat kerja. Di Arab Saudi, 22,7 % anak- anak mendapatkan hal yang sama.
Secara statistika pada tahun 2002, 9580 insiden termasuk 997 kejahatan pelecehan.
DI Yaman, 90 % wanita melaporkan pelecehan seksual di tempat kerja dan tempat-
tempat umum (Shoura Council, 2002)
Sebuah
penelitian memerlukan keaslian, baik itu dalam penelitian tentang sastra maupun
bahasa. Dalam tinjauan pustaka ini dimuat keterangan tentang
penelitian-penelitian lain baik itu dari buku maupun skripsi yang berhubungan
dengan analisis ini.
Pertama kali,penulis melihat adanya pergerakan
Feminisme itu sendiri. Feminis berasal dari kata femme (woman), perempuan
(tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak)
sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah keseimbangan atau interaksi jender.
Feminis dalam pengertian yang luas adalah gerakan kaum perempuan untuk menolak
segala sesuatu yang di imajinasikan, disubordinasikan, dan di rendahkan oleh
kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan
sosial pada umumnya (Ratna, 2004 : 184).
Feminisme secara umum berarti ideologi pembahasan
perempuan karena ada keyakinan perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis
kelaminnya (Humm, 2002 : 158). Cott (dalam Nunuk, 2004.a: xxvii) mengungkapkan
bahwa pengertian feminisme mengandung 3 komponen yaitu:
1)
Suatu keyakinan bahwa tidak ada perbedaan yang berdasarkan sex (sex equality),
yakni menentang adanya posisi hierarkis antara jenis kelamin. Persamaan hak
terletak pada kuantitas dan kualitas. Posisi relasi hierarkis menghasilkan
superior dan inferior.
2)
Suatu pengakuan bahwa dalam masyarakat telah terjadi kontruksi sosial yang
merugikan perempuan.
3)
Feminisme menggugat perbedaan yang mencampuradukkan sex dan jender sehingga
perempuan dijadikan sebagai kelompok tersendiri dalam masyarakat.
Feminisme
pada dasarnya memiliki relasi erat dengan jender sebagai fenomena budaya yang
memiliki peran perempuan (Abdullah, 1997: 186-187). Gerakan feminis secara
leksikal, berarti gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara
kaum wanita dan pria.
Feminis adalah teori tentang persamaan antara
laki-laki dan wanita dibidang polotik, ekonomi, sosial atau kegiatan
terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan wanita. Teori
feminis adalah alat kaum wanita untuk memperjuangkan hak-haknya yang berkaitan
dengan konflik kelas dan ras, khususnya konflik jender artinya antara konflik
kelas dengan feminisme memiliki asumsi-asumsi yang sejajar, mendekonstruksikan
sistim dominan ketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki, menolak
sejarah dan filsafat sebagai hetero-centric (untuk orang lain) (Ratna, 2004:
186).
Feminisme bukan merupakan pemberontakan wanita pada
laki laki, namun upaya melawan pranata sosial, seperti rumah tangga dan
perkawinan untuk mengingkari kodratnya, melainkan lebih sebagai upaya untuk
mengakhiri penindasan dan eksploitasi perempuan (Fakih, 2001 : 5). Menurut
Djajanegara (dalam Imron, 2003 : 3) kritik sastra feminis merupakan salah satu
disiplin ilmu kritik sastra feminis yang lahir sebagai responden atas
berkembangnya feminisme di berbagai Negara. Feminisme adalah gerakan kaum
perempuan yang menuntut persamaan hak perempuan dan laki-laki, yang meliputi
semua aspek kehidupan baik bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
Kritik sastra feminis bertujuan untuk menunjukkan
citra wanita dalam karya penulis-penulis pria yang menampilkan wanita
sebagaimakhluk dengan berbagai cara ditekan, disalah tafsirkan, serta
disepelekan oleh tradisi patriarkal yang dominan (Sugihastuti, 2002 : 136)
Menurut
Yorder (dalam Endraswara, 2004: 194) kritik sastra feminis itu berarti
mengkritik perempuan, atau kritik tentang pengarang perempuan. Kritik sastra
feminis adalah kritik terhadap karya sastra dengan kesadaran bahwa ada jenis
kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan kita.
Untuk menjelaskan kritik sastra, ia mengibaratkan sebagai sebuah metofora quilt
yang dibangun dan dibentuk dari potongan-potongn kain yang lembut. Metofora
inimengandaikan bahwa feminis merupakan kajian yang mengakar kuat pada
pendirian pembaca sastra sebagai wanita. Lebih jelas diungkapkan oleh
Sugihastuti dan Suharto (2005: 5-6) bahwa kritik sastra feminis ini dapat
diartikan sebagai alat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang perempuan dapat
membaca sebagai perempuan, mengarang sebagai perempuan, dan menafsirkan karya
sastra sebagai perempuan.
Arti kritik sastra feminis secara sederhana menurut
Sugihastuti (2002: 140) adalah sebuah kritik sastra yang memandang sastra
dengan kesadaran khusus akan adanya perbedaan jenis kelamin yang banyak
berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan manusia pada umumnya. Jenis
kelamin itu membuat banyak perbedaan, diantara semuanya dalam sistim kehidupan
manusia. Ada asumsi bahwa perempuan memiliki persepsi yang berbeda dengan
laki-laki dalam membaca sastra.
Selain itu, Djajanegara (2000: 28) menyatakan bahwa
ada beberapa ragam kritik sastra feminis yaitu kritik sastra ideologis. Kritik
sastra feminis ini melibatkan wanita khususnya kaum feminis sebagai pembaca.
Adapun yang menjadi pusat perhatian dalam penelitiannya adalah citra dan
stereotype wanita dalam karya sastra. Selain itu juga, meneliti kesalah pahaman
tentang wanita dan sebab-sebab mengapa wanita sering ditiadakan bahwa nyaris
diabaikan sama sekali dalam kritik sastra. Pada dasarnya ragam kritik sastra
feminis ini merupakan cara menafsirkan suatu teks, yaitu diantaranya banyak
memperkaya wawasan para pembaca wanita, tetapi juga membebaskan cara berfikir
mereka.
Feminisme yang terjadi di dalam novel ini ialah
Feminisme sosialis dimana pergerakan para wanita untuk berani membangkang
kebijakan kaum laki- laki baik dalam ekonomi, maupun kedudukan di dalam
keluarga. Faham ini merupaan aplikasi dari sosialisme yang dikembangkan oleh
Karl Marx dan Engels (Fakih, 1995). Secara tradisional, Feminisme ini terjadi
karena peranan laki- laki di dalam keluarga yang mencari uang untuk keluarga,
sedangkan wanita menjaga keluarga dan memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini
menyebabkan laki- laki mempunyai uang lebih besar daripada wanita (Saulnier,
2000).
b. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan kajian penelitian
feminism yang terjadi di Negara- Negara Arab. Pernah dilakukaan oleh Lina
Azizah yang menganalisa perspektif Jender dalam novel “Perempuan di Titik Nol.”
Azizah melakukan sebuah penelitian untuk skripsinya pada Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Jurusan Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Dalam penelitiannya, Azizah menemukan
bahwa terdapat perbedaan antara laki- laki dan perempuan di dalam novel
tersebut. Bahkan, sang bapak dari Firdaus lebiih memilih kalau anak
perempuannya yang mati daripada laki- laki. Dan, wanita terpisah secara
pendidikan dengan laki- laki. Kaum laki- laki boleh mengecam pendidikan yang
tinggi di Mesir.
Penelitian kedua ialah penelitan kecil yang
dilakukan oleh Hendra, Iis, dan Irra yang membuat penelitian pada novel yang sama,
yaitu “Perempuan di Titik Nol.” Penelitian ini merupakan penelitian makalah
untuk tugas mata kuliah Kritik Sastra di Pendidikan Bahasa kelas A Universitas
Negeri Jakarta. Akan tetapi, di dalam penelitiannya, Hendra, Iis, dan Irra
melihat adanya feminism post modernism dimana karena masa lallu Firdaus yang
sangat sulit, akhirnya melahirkan Firdaus yang baru. Bahkan Frase “Perempuan di
Titik Nol merupakan Simbol dari Firdaus yang baru, yang berani menghadapi laki-
laki. Firdaus merupakan cerminan dari feminism Post Modernisme dimana wanita
bisa lebih kuat daripada laki- laki. Firdauspun lebih berani mengambil resiko
untuk dihukum mati demi membuktikan kalau dia lebih berani daripada laki- laki
untuk menghadapi kematian.
6. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara mencapai tujuan
yakni untuk mencapai pokok permasalahan. Demikian halnya dengan penelitian
terhadap karya sastra harus melalui metode yang tepat. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode penelitian terhadap
suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur
statistic (Subroto, 1992: 5). Penelitian kualitatif melibatkan kegiatan
antologis. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang
memiliki arti lebih dari pada sekedar angka atau frekuensi (Sutopo, 2002: 35).
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian “Content
Analysis” atau “Analisis Isi”. “Content Anaysis” atau “analisis Isi” merupakan
sebuah metode dimana data primer merupakan data tertulis dimana isi dari data
tersebut akan dianalisis, diinterpretasi dan diambil kesimpulannya. Selain itu,
analisis isi dipakai untuk menganalisa isi sebuah media untuk memahami budaya
dari suatu konteks social tertentu (Bungin, 2011)
- Pembahasan
1. Pergeseran Nilai Nilai Pada
Masyarakat Arab yang Memacu Feminisme sebagaimana terlihat pada Novel “Mencari
Perempuan yang Hilang”
Dalam pembahasan ini, terdapat da hal yang akan
dianalisis, yaitu tentang pergeseran nilai- nilai yang ada di Arab yang
merupakan terjadinya Feminisme di Arab. Secara Mimesis, novel merupakan imitasi
atau cerminan dari kehidupan yang sebenarnya. Sehingga, dicarilah data- data
tentang kapitalisme dan pelecehan yang terjadi di dalam masyarakat Arab. Di
dalam pembahasan pergeseran nilai, terdapat dua hal yang akan dibahas, yaitu:
a. Kapitalisme Barat yang
diaplikasikan oleh Masyarakat Arab
Perekonomian
masyarakat Arab sebenarnya termasuk perekonomian yang sangat maju karena adanya
kekayaan Arab yang luar biasa, dan ahkan dilirik oleh bangsa- bangsa lain di
dunia, yaitu adanya “Minyak Bumi.” Akan tetapi, berdasarkan fakta- fakta yang
ada, terjadinya kesenjangan sosial yang ada di Arab; dimana yang kaya akan
semakin kaya, dan miskin akan tetap miskin. Dan juga pergeseran masyarakat Arab
tentang uang atau kekayaan yang akhirnya berbeda dan di luar dari ajaran Islam.
Bahkan, karena berfikir tentang uang, akhirnya banyak masyarakat mempunyai
pemikiran materialisme. Sebagaimana bisa terlihat sebagai berikut:
“Di kala manusia
tidak memiliki harta, dia mengira bahwa kebahagiaan ada di dalam harta, di
dalam istana dan di dalam mobil mewah. Tapi, setelah mereka memiliki semua itu,
dia tidak menemui kebahagiaan. Dia merasa gagal, terasing dan kehilangan
kepercayaan terhadap hidup ini bahkan ada yang ingin bunuh diri.
Pernyataan
tersebut keluar dari pemikiran Aham yang merasakan ayahnya lebih memikirkan
harta daripada kebahagiaan anaknya. Di sini, terlihat jelas pandangan banyak
orang tentang harta itu sendiri. Banyak di anta mereka berpikir kalau harta
bisa memuaskan segalanya, dan bahkan harta bisa memenuhi kebahagiaan. Akan
tetapi, harta itu sendirilah yang akhirnya mengekang semua orang dan tidak
pernah berpikir kemerdekaan. Semua kebebasan terkekang oleh kekayaan. Apabila
dikaji dari sisi Feminisme sosialisme, terlihatlah kalau kaum laki- laki lebih beranggapan
kalau harta atau mengumpulkan harta merupakan bentuk dominasinya akan kaum
perempuan, dalam hal ini, istri Abdul Ghani dan anaknya Ahlam. Suharto (2006)
menyatakan:
Kapitalisme memperkuat
sexism, karena memisahkan antara pekerjaan bergaji dengan pekerjaan rumah
tangga (domestic work) dan mendesak agar wanita melakukan pekerjaan domestic.
Akses laki- laki terhadap waktu luang, pelayanan pelayanan personal, dan
kemewah mewahan telah mengangkat standar hidupnya melebihi wanita; karenanya laki
laki adalah sebagai anggota system patriarchal, bukan hanya cara- cara ekonomi
kapitalis, yang diuntungkan oleh tenaga kerja wanita.
Di
kutipan di atas memperlihatkan dimana kaum laki- laki menginginkan untuk
mengumpulkan harta sebanyak- banyaknya yang diperuntukkan mendominasi kaum
wanita sehingga kaum laki- laki menginginkan diperlakukan sebaik- baiknya oleh
kaum wanita, dalam hal ini ialah istri dan anak- anaknya. Kaum laki- laki telah
menyalah gunakan faham kapitalismenya untuk bertindak seluas- luasnya, yang
juga diperoleh dari kaum perempuan (pekerjanya yang wanita). Apabila
dibandingkan di dalam novel, bisa terlihat peranan Nura, yang dipekerjakan
kebanyakan bukan karena keahliannya, akan tetapi karena kecantikannya
sebagaimana terlihat di dalam novel sebagai mana berikut:
Itulah alasan
yang sangat sederhana. Laki- laki itu butuh sebuah boneka cantik untuk
menghiasi kantornya. Kecantikannya dijadikan umpan untuk menarik perhatian
pelanggan. Aku menyesal… aku menyesal karena alasan itu merupakan penghinaan
terhadap perempuan. Aku menolak untuk dijadikan dekorasi kantornya yang megah
itu. Aku sangat mengutuk dianggap sebagai sebongkah daging lezat yang
menggiurkan pengunjung. (284)
Kutipan
di atas merupakan bentuk dimana kapitalisme yang menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini, kapitalisme memburu wanita untuk
dijadikan umpan dalam sebuah bisnis. Kisah di atas merupakan pengalaman dari
Nura yang tidak menginginkan dan bahkan menolak sebagai komoditas dalam sebuah
perusahaan. Hal tersbut jugalah yang ditolak oleh feminisme sosialisme.
Kapitalisme
mempunyai tujuan untuk memperluas kekuasaanya ke dalam bidang manapun. Bahkan,
kapitalisme juga menguasai kekuasaan lain disamping penguasa pemerintah. Hal
tersebut berarti seorang Kapitalis mempunyai kekuasaan kedua selain penguasa
pertama, yaitu raja ataupun presiden. Hal tersebuut bisa dilihat di dalam novel
sebagai berikut:
“Dokter Ahlam
adalah anak seorang miliarder. Namyanya Abdul Ghani Zahabi. Dia memiliki
segudang saham, deposito, asuransi dan lain lain di bank. Punya harta, pangkat
dan kekuasaan, seorang hakim tanpa lembaga, seorang raja tanpa mahkota. Dia
terkenal sebagai penguasa.” Hanin menatap reaksi wajahku sambil bertanya, “Apa
kau pernah mendengar pengusaha dan penguasa emas? Dialah ayah Ahlam.” (35)
Para
pengusaha memakai system perekonomian kapitalisme barat, sehingga semua
keputusan yang ada akan lebih condong kepada si pemilik modal. Reisman (1990) menyatakan:
Wealth acquires power. Power acquires
wealth. The wealthy-powerful, that is the power-holding wealthy, enjoy their
position of wealth and power and fear losing it.Therefore, of course, they use
their wealth and power to further increase their wealth and power ever more.
Therefore, there is a permanent on-going war waged by the powerful and wealthy against the
rest of us, taking away from us, the masses, the people, and further enriching
them, the wealthy and powerful.
(Kekayaan memerlukan kekuasaan.
Kekuasaan memerlukan kekayaan. Orang kaya yang berkuasa, yaitu orang kaya
pemegang kekuasaan, menikmati posisi kekayaan dan takut kehilangan kekayaannya
tersebut. Oleh karena itu, jelas saja, mereka menggunakan kekayaannya dan
kekuasaan untuk menambah kekayaan dan kekuasaan terus menerus. Oleh karena itu
juga, terdapat perang yang dibiayai oleh si kaya dan si penguasa melawan kita,
mengambil dari kita, massa, orang, dan juga memperkayai mereka, si kaya dan si
penguasa.)
Orang yang sudah merasa kaya atau sudah kaya pasti akan memainkan
perannya sebagai penguasa. Walaupun ada penguasa yang sesungguhnya, dia
merupakan penguasa kedua yang bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan.
Mereka tidak menginginkan kembali jatuh miskin karena jatuh miskin sama saja
seperti kehilangan kekuasaan. Untuk melakukan keinginannya, para penguasa yang
kaya tersebut bahkan melakukan kelicikan- kelicikan untuk mendukung
keinginannya tersebut. Mereka bahkan
tidak segan- segan untuk membeli orang- orang yang dibayar. Hal ini jugalah
yang dilakukan oleh Abdul Ghani untuk melakukan keinginannya agar terus
berkuasa, sebagaimana terlihat di dalam novel sebagaimana berikut ini:
“Memang, dunia bisnis itu mengasyikan,
bagaikan api yang membakar kayu- kayu kering. Bisnis bisa membuat orang lupa
daratan. Tujuan bisnis adalah hasil, keuntungan, kekayaan, kekuatan dan
kekuasaan. Dengan uang, kau bisa membeli apa saja, bahkan membeli kebahagiaan
sekalipun.” (194)
Pernyataan diatas dikeluarkan oeh Abdul Ghani ketika bertemu dengan
Dokter Sholeh di kantornya. Abdul Ghani mengatakan kalau berbisnis merupakan
sebuah proses dari mendapatkan keuntungan. Dan harus mendapatkan keuntungan
yang bisa membuahkan hasi, yaitu kekayaan. Abdul Ghani beranggapan seperti
kutipan tentang kapitalisme di atas, dimana uang jugalah yang akan membuat hal
yang mustahil menjadi mungkin terjadi, seperti kekuasaan. Abdul Ghani
beranggapan juga kalau uang bisa membelikan kebahagiaan untuk putrinya, Ahlam.
Akan tetapi, dia tidak mengetahui kalau Ahlam tidak menyukai hal tersebut. Hal
lain yang diucapkan oleh Abdul Ghani ialah uang berarti kekuatan. Kekuatan di
atas berarti orang- orang yang berhasil direkrut untuk melindungi dn bahkan
menyerang ketika terjadi sebuah masalah. Hal ini juga terlihat di dalam novel,
yaitu keberadaan teman dari Abdul Ghani
yang siap melakuakn tugas- tugas berat seperti melakuakn pembunuhan. Hal ini
dibuktikan pada kutipan sebagaimana berikut ini:
Saya terus melaju dengan permainan busuk
itu. Saya melakukannya dengan sangat hati- hati. Saya katakana kepada kaki
tangan pilihan saya agar berhati- hati daam mencari mangsa dan membawanya
sebagai tawanan. Adapun yang menjadi kaki tangan saya itu adalah seorang laki-
laki yang berbadan tegap dan kasar. Saya mengenalnya sejak lama, saat saya
hidup terlunta- lunta dulu. Dia pemakai obat terlarang dalam dosis tinggi. Saya
penuhi keinginannya tanpa bayaran. Sejak itu dia telah masuk perangkap saya.
Kalau ada target yang mau saya bunuh, dialah orang yang saya tugasi. Kamipun
sudah saling mengerti tentang bahasa rahasia untuk beraksi. (364)
Pemikiran di atas ialah kesaksian Abdul Ghani keitka Ahlam membuka semua
rahasia kejahatannya yang disimpan selama bertahun tahun. Dia akan
menyingkirkan orang- orang yang akan menghalangi keinginannya atau orang- orang
yang akan membongkar kejahatannya. Perkataan di atas ialah pengakuannya atas
pembunuhan Nura yang hamper membongkar kejahatannya. Kejahatan yang dilakukan
Abdul Ghani di atas sudah merupakan peruatan yang dilakukan oleh Mafia dalam
melakukan aksinya. Tudorancea (2010) menyatakan:
There are several theories about the
origin of the term "Mafia" (sometimes spelled "Maffia" in
early texts). The Sicilian adjective mafiusu may derive from the slang Arabic
mahyas meaning "aggressive boasting, bragging", or marfud meaning
"rejected". Roughly translated, it means "swagger", but can
also be translated as "boldness, bravado". In reference to a man,
mafiusu in 19th century Sicily was ambiguous, signifying a bully, arrogant but
also fearless, enterprising, and proud, according to scholar Diego Gambetta.
(Terdapat beberapa teori tentang
keaslian istilah “Mafia” (kadangkala ditulis “Maffia” dalam penulisan-
penulisan sebelumnya). Kata sifat Sisilia Mafiusu bisa berasal dari Bahasa
slang Arab, yaitu “Mahyas” yang berarti “agresif” , berani, sombong”, atau
marfud yang berarti “tertolak.” Yang secara kasar diartikan “keangkuhan”, tapi
juga dapat diartikan sebagai “kesombongan”. Apabila dihubungkan pada seorang
laki- laki, mafiusu Sisilia di abad 19 yaitu ambigus (mempunyai muka dua),
menyimbolkan keangkuhan, sombong dan juga tanpa rasa takut, kreatif, dan
bangga, menurut peneliti Diego Gambetta.)
Orang suruhan Abdul Ghani dan juga Abdul Ghani merupakan cerminan dari
Mafia yang melakukan segala cara dalam aksinya. Dan berdasarkan dari definisi
Mafia di atas, memang terlihat jelas kesombongan Abdul Ghani dan muka duanya
(berbuat baik dan di baliknya terdapat kelicikan). Keambiguan (muka dua) Abdul
Ghani juga terlihat pada kutipan di bawah ini:
“Aku tidak bergurau,” katanya di ujjung telepon.
“Sebulan yang lalu, Abdul Ghani yang kau hina itu menyumbangkan lima puluh ribu
dus makanan instan dan obat- obatan untuk bayi. Semua sumbangan itu sudah
dibagikan ke sluruh pelosok daerah miskin di bawah pengawasan Badan Sosial,”
Jawab Direktur.
“Penipu ulung. DIa mudah berganti warna
bagaikan bunglon. Lintah darat. Dengan modal yang sedikit mengambil untung yang
sebanyak- banyaknya. Kejahatan ditutupi dengan kedermawanan…” (254- 255)
Untuk mendapatkan kepercayaan dari pemerintah, Abdu Ghani berubah fungsi
menjadi seorang dermawan yang mengambil hati pemerintah dan bahkan rakyat
miskin. Dia menyumbangkan makanan instant dan obat- obatan yang sebetulnya
sudah kadaluwarsa dan berharga murah. Sehingga, dengan kepercayaan pemerintah,
Abdul Ghani berani menjual barang- barang kadaluwarsa seperti makanan, obat-
obatan, dan jarum suntik.
Selain kekuatan fisik, Abdul Ghani juga mempunyai
orang- orang yang mempunyai kekuatan otak. Oleh karena itu juga, Abdul Ghani
lebih menyukai memilih orang- orang muda yang biasanya berambisi kuat dan ingin
kaya. Orang- orang muda tersebut juga merupakan sumber kekuatan dari Abdul
Ghani untuk memjukan sebuah bisnis. Masih di dalam novel, hal ini terlihat
jelas pada perkataan Abdul Ghani sebagai berikut ini:
Sasaran saya yang lain adalah anak muda
yang pintar dan ingin cepat kaya. Saya iming imingi dengan gaji yang tinggi.
Saya dekatkan obsesi mereka untuk jadi kaya raya. Saya bujuk mereka dengan satu
langkah saja mereka bisa mewujudkan impian yang besar. (363)
Abdul Ghani bisa membaca bagaimaa pikiran- pikiran kaum muda yang sangat
berambisi untuk menjadi kaya. Karena ambisi tersebut, bagi Abdul Ghani,
merupakan sebuah kelemahan. Abdu Ghani bisa memperalat para pemuda tersbut
berdasarkan keinginannya sendiri. Hal ini terbukti dengan adanya sang insinyur,
yang menjadi tertuduh dalam rubuhnya sebuah bangunan karena komposisi material
yang sengaja dikurangi oleh Abdul Ghani melalui instruksinya. Dan orang yang
kedua ialah Doktor Syarif. Doktor Syarif merupakan orang muda yang selalu
melakukan perintah Abdul Ghani. Jadi, sesuai cirri khas dari seorang Mafia,
Abdul Ghani merupakan actor yang selalu berdiri di belakang layar. Seorang
Mafia tidak akan berdiri langsung, akan tetapi dia akan diwakili oleh orang
lain. Tudorancea (2010) mengatakan bahwa dalam Mafia, terdapat ten
commandmentsyang salah satunya ialah “No one can present himself directly to
another of our friends. There must be a third person to do it.” (“Tidak
seorangpun yang memperlihatkan dirinya secara langsung pada orang lain dari
teman- taman kami. Aka nada orang ketiga yang akan melakukannya.”).
Tingkat keinginan pada materi juga sangat tinggi di
Negara- Negara Arab. Hal tersebut tentu juga sangat dipengaruhi oleh
kapitalisme dan bahkan pengaruh Negara- Negara kapitalisme. Hal tersbut jelas
dipengaruhi dengan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi di Negara- Negara Arab. Samara,
dkk (2005) mengatakan bahwa”A future where prime movers are the material
interests of the majority of the population in Arab countries, the popular
masses for development.” (Sebuah masa depan ialah dimana para penggerak-
penggerak utama merupakan ketertarikan materi dari mayoritas populasi di
Negara- Negara Arab.”) Di sini terlihat pemikiran masyarakat Arab yang sangat
esar terhadap materi yang bisa juga dilihat pada kutipan di bawah ini:
“… Masa sudah berubah. Msa sekarang
sudah berada di bawah kepemimpinan yang bernama dolar. Kita terengah- engah
berlari mengejarnya, sementara orang lain sudah bertepuk tangan menggenggamnya.
Dolar bagaikan berhala terbaru yang kita sembah, berhala yang memenuhi sudut
sudut hati kita, yang telah menjauhkan moral dan akhlak dari kehidupan kita. (50)
Jelas terlihat bahwa kapitaisme barat juga telah menggeserkan nilai-
nilai yang ada di Negara- Negara Arab. Negara- Negara Arab sudah dipengaruhi
oleh Negara- Negara kapitalisme yang memang sengaja membuat dolar menjadi salah
satu mata uang tertinggi di dunia, selain fondsterling. Negara- Negara
kapitalisme sengaja membuat dolar menjadi mata uang standar untuk transaksi di
dunia. Sebagai akibatnya, banyak mata uang Negara- Negara Arab (bahkan Negara
lain juga tergantung pada nilai dolar). Sebagai akibatnya, banyak orang- orang
Arab juga telah beralih pada dolar dan bahkan berburu untuk mendapatkan dolar
dengan cara apapun. Yang ada dipikiran mereka ialah dolar bisa membuat kekayaan
mereka naik. Bahkan, fokus terhadap materipun mempengaruhi dalam tindakan Abdul
Ghani, sebagaimana yang dia katakana kepada Dokter Sholeh sperti berikut: “Aku
pelaku bisnis. Aku tidak mau membuang waktu tanpa ada perhitungan untng
ruginya.” (200)
Sebagai akibat dari pemikiran materialism, Abdul
Ghanipun banyak melakukan kejahatan kejahatan kemanusiaan demi mendapatkan
keuntungan yang banyak. Peranan Negara kapitalis sendiri mempunyai andil pada
kejahatan Abdul Ghani. Negara- Negara kapitalis memang sangat menginginkan
Negara- Negara Arab hancur. Hal ini terbukti dengan adanya campur tangan
Amerika Serikat yang menjual obat- obatan kadaluwarsa. Hal ini terbukti pada
kutipan seperti berikut ini:
Pada suatu hari, ada surat masuk dari
Amerika yang bergerak di bidang pembuatan alat- alat kedokteran. Isi surat
itu berupa penawaran kepada kami untuk
membeli sejumlah besar jarum suntik plastic yang sudah habis masa berlakunya.
Harga penawaran bukan main murahnya. Aku menerima tawaran itu karena aku
melihat keuntuntungan yang besar. Keuntungan yang akan mewujudkan mimpiku. DI
samping itu, alat suntik yang dimaksud sedang mengalami permintaan yang tinggi
di pasaran. (340)
Keterangan di atas diutarakan oleh Doktor Syarif yang merupakan anak buah
dari Abdul Ghani. Abdul Ghani sudah mempercayai Doktor Syarif untuk mengambil
keputusan apapun demi keuntungan perusahaan tanpamelihat efek dari alat suntik
tersebut, seperti infeksi karena jarum yang sudah berkarat kecil walaupun tidak
terlihat. Dan di dalam keterangan tersebut juga terlihat nama “Amerika” yang
merupakan Negara kapitalis. Selain itu, perusahaan Abdul Ghani juga menjual
obat- obatan terlarang dan gizi palsu yang bisa membahayakan anak- anak yang
bisa terlihat pada kutipan sebagai berikut:
Beginikah jawabmu pada orang yang
melaporkan adanya sindikat penjualan obat terlarang dan gizi palsu? Bukankah
sindikat ini akan merampas nyawa anak- anak yang tidak berdosa?” (254)
Kata- kata di atas berasal dari Dokter Shaleh yang melaporkan kegiatan
Abdul Ghani yang akan membahayakan anak- anak kepada Direktur Pengawasan
Makanan dan Gizi. Akan tetapi, pengaduan tersbut ditolak dan dianggap sebagai
provokasi terhadap Abdul Ghani yang dianggap sangat baik oleh Departemen
Kesehatan.
Pernyataan pernyataan di atas merupakan pergeseran
para pelaku bisnis di Arab yang sudah mengacu pada praktek kapitalisme, dimana
perdagangan bebas merupakan hal yang terbaik untuk menaikkan ekonomi. Kan
tetapi, kapitalisme Arab yang dianut malah melahirkan materialism; orang banyak
menganggap dolar sebagai mata uang tertinggi. Selain itu, kapitalisme tersebut
juga melahirkan Mafia bisnis di Arab. Hubungannya pada feminism yang ada ialah
pada empat orang perempuan yang ada di Novel; Ibu Ahlam, Ibu Sholeh, Ahlam, dan
Nura.
Ibu Ahlam merasakan kehidupan seperti orang modern
sehingga apa yang dilakukan akan mengakar pada dunia barat. Hal tersebut juga
termasuk pada feminism,yaitu feminism liberal atau feminism modern. Dimana
seorang wanita modern akan bebas melakukan keinginannya yang berhubungan dengan
ekonomi. Sedangkan, Ahlam melakukan feminism sosialis dimana dia melihat
ketidak adilan peran seorang laki- laki di dalam keluarga. Sedangkan, Nura juga
melakukan Feminisme sosialis dimana Nura merupakan korban dari bisnis haram
yang dilakukan oleh Perusahaan yang dipimpin oleh Abdul Ghani.
b.
Pelecehan
Seksual yang terjadi di Dalam Novel “Mencari Perempuan yang Hilang”
Pelecehan seksual ialah perebutan hak atas kaum
wanita melalui hasrat seksual. Hal ini paling langsung dirasakan oleh wanita
sehingga menjadi sangat trauma dan bahkan banyak di antara wanita menjadi
sangat tertutup dan bahkan mendrita trauma yang mendalam. Peecehan seksual
banyak terjadi di seluruh dunia, bahkan sekarang- sekarang ini, pelecehan
seksual sudah berani dilakukan secara terang- terangan, seperti di angkutan
umum, jalan, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sangatlah mengherankan kalau
pelecehan seksual atau “Sexual Harrasment” terjadi dinegara- Negara Arab yang
sebenarnya terlindungi karena agama. El Nagaar (2009) mengatakan:
Three months ago on the first day of Eid
Al-Fitr, the Egyptian police reported over 1,000 cases of sexual harassment in
Cairo and Giza. However, last month on the first day of Eid Al-Adha, the number
had plummeted to 160 reported cases. It seems that the sharp decline was due to
"natural causes", since the first day of Eid Al-Adha saw heavy rains
that kept most people at home.
(Tiga bulan yang lalu pada hari pertama
Idul Fitri, polisi Mesir melaporkan lebih dari 1000 kasus peecehan seksual di
Kairo dan Giza. Akan tetapi, bulan lalu pada hari pertama Idul Adha, jumlahnya
menurun menjadi 160 kasus yang terlaporkan. Terlihat juga penurunan tajam ini
berhubungan dengan “penyebab alam”, semenjak hai pertama Idul Adha terlihat
hujan deras yang menyebabkan banyak orang tinggal di rumah.)
Kasus di atas merupakan bukti telah terjadinya pelanggaran- pelanggaran
pelecehan seksual yang terjadi di Mesir, salah satu Negara- Negara Arab atau
Timur Tengah. Dan cerminan pelecehan seksual juga memang tercermin pada novel
Arab lainnya, yaitu “Perempuan di titik Nol” dimana Firdaus, yang merupakan
sentra cerita, sering mengalami pelecehan seksual di Mesir. El- Nagaar (2009)
juga mengkategorikan pelecehan seksual sebagai berikut:
Sexual harassment falls into three broad
categories:
VERBAL: - Comments about appearance,
body or clothes.
- Indecent remarks.
- Questions or comments about your sex
life.
- Requests for sexual favours.
- Sexual demands made by someone of the
opposite sex, or even your own sex.
- Promises or threats concerning
employment conditions in return for sexual favours.
NON-VERBAL: - Looking or staring at a
person's body.
- Display of sexually explicit material
such as calendars, pin-ups or magazines.
PHYSICAL: - Physical touching, pinching,
hugging, caressing, or kissing.
- Sexual assault.
- Rape.
(Pelecehan Seksual terbagi menjadi tiga
kategori besar:
Verba:- Memberikan komentar tentang
penampilan, tubuh, atau baju
-
Perkataan
yang tidak sopan
-
Bertanya
atau mengomentari tentang kehidupan seks anda
-
Meminta
pertolongan seksual
-
Permintaan
seksual yang dibuat oleh seseorang lawan jenis, atau bahkan sesame jenis
-
Berjanji
atau memperlakukan berhubingan dengan persyaratan kerja dengan imbalan
pertolongan seksual
NON verbal:- Melihat atau menatap tubuh
seseorang
-
Memperlihatkan
material secara eksplisit seperti calendar, pin, atau majalah
Fisik:- sentuhan fisik, meremas,
memeluk, mempermainkan, atau mencium
-
Penyerangan
seksual
-
Perkosaan
Di
dalam novel itu sendiri, terdapat adanya indikasi pelecehan seksual fisik,
seperti pemerkosaan. Al- Mohamed (2009: 49) mengatakan:
… there are even cases of
rape and pregnancy, whereupon the girl may be tried and imprisoned. The abusive
male is rarely punished, unless it happens to be a case drawing attention,
whereupon the criminal is jailed for a short period, then returns to carry out
his crimes again.
(… terdapat kasus- kasus perkosaan dan
kehamilan, dimana sanga gadis di coba dan dipenjara. Laki- laki yang melecehkan
jarang sekali dihukum, kecuali jika menjadi kasus yang disoroti, sang penjahat
akan dihukum untuk waktu yang sangat singkat, kemudian kembali untuk melakukan
kejahatannya lagi.)
Kehamilan
yang sangat tidak diinginkan akibat perkosaan atau pelecehan seksual. Sebagai
akibatnya, terjadilah dosa- dosa baru, yaitu pembuangan bayi- bayi yang tidak
diinginkan atau bahkan pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir. Dan yang
paling mengerinkan ialah aborsi yang berakibat fatal juga bagi sang ibu. Hal
ini bisa terlihat dalam novel “Mencari Perempuan yang hilang” ketika polisi
membawa bayi yang dibuang dekat masjid sebagai berikut ini:
“Bayi perempuan ini ditemukan oleh
seorang jama’ah yang keluar masjid setelah sholat Shubuh. Ditemukan tergeletak
di Taman Masjid Al- Ikhlas. Lalu dia menyerahkannya ke kantor polisi. Aku
ditugaskan ke sni untuk memeriksa kesehatannya. Selanjutnya, pihak rumah sakit
dapat menyerakannya ke panti yatim piatu” (18)
Bayi
perempuan yang terbuang tersebut sebenarnya merupakan bayi dari Nura yang
menjadi korban pelecehan seksual dari Doktor Syarif. Walaupun Nura menjadi
korban pelecehan seksual fisik, dalam ha ini perkosaan, dan menyebabkan dia
menjadi hamil, tetap tidak ingin membunuh anaknya sendiri. Sehingga, dia hanya
membuangnya dan berharap ada yang memeiharanya. Ini juga terbukti dengan adanya
uang yang ada pada penemuan bayi tersebut yang diperkuat pada perkataan polisi
sebagai berikut:
“Kami juga menemukan sejumlah uang yang
diletakkan oknum di samping bayi ini. Uang itu diikatkan ke leher bayi oleh si pembuangnya.”
(21)
Selain
pembuangan bayi yang dilakukan Nura, terdapat juga pembuangan bayi yang
dilakukan oleh orang lain, akan tetapi bayi di sini dalam keadaan sudah tidak
bernyawa atau sudah meninggal dunia. Pernyataan tersbut bisa ditemukan di dalam
novel sebagai berikut:
“Beberapa tahun yang
lalu seorang redaktur Koran emngatakan padaku bahwa telah ditemukan seorang
bayi perempuan dalam keadaan tidak bernyawa di selokan sebuah bangunan. Dia
memintaku agar mengusut tuntas kasut tersebut…” (53)
Terdapat
dua perbedaan yang terjadi di dalam pembuangan bayi yang ada di dalam novel
“Mencari Perempuan yang Hilang.” Pertama, si ibu sangat mencintai bayi yang
merupakan darah dagignya sendiri walaupun bayi tersebut hasil dari pelecehan
seksual. Dan yang kedua, ialah iu yang sangat membenci bayinya, sehingga
membunuh bayi tersebut. Si ibu membenci sang bayi karena hasil pelecehan
seksual juga.
Masih berhubungan dengan pernyataan Al- Mohamed di
atas, hal- hal yng berkaitan tentang pelecehan dan perkosaan yang menimpa pada
seorang gadis, biasanya akan menjadi boomerang bagi sang gadis karena pelecehan
tersebut bukannya membela sang gadis, tapi malah membuat sang gadis menjadi
orang yang bersalah. Itulah sebabnya, banyak sekali korban perkosaan yang tidak
berani berterus terang, apalagi orang yang melecehkan ialah orang- orang yang
berkuasa. Apalagi hokum yang berlaku hanya menghukum para pelaku dengan hukuman
yang sangat singkat. Hal tersebut sangatlah tidak setimpal dengan trauma
mendalam bagi korban- korban pelecehan seksual yang bahkan sampai seumur hidup
mereka. Pernyataan yang sama seperti yang ada di dalam novel, dimana Nura yang
menjadi korban pelecehan seksuak fisik tidak bisa berbuat banyak, bahkan dia
sendiri diancam oleh sang pelaku, yaitu Doktor Syarif yang akan terlihat di
dalam novel:
“Dia malahan tidak mempercayai pengaduan
Nura. Nura diusir bahkan diancam untuk diadukan kepada keluarganya. Dia akan
mengatakan kepada mereka kebejatan moral Nura. Ancaman itu akan dilaksanakan
bila NUra mengulangi pengaduannya dan membeberkan kejahatan karyawannya dalam
bentuk aapun.”
“apa dasarnya Abdul Ghani mengatakan
Nura tidak bermoral?”
“Ya,
mungkin saja Doktor Syarif yang memfitanhnya dengan memutar balikkan fakta”
“Mengapa Nura tidak mengadu ke
pengadilan?”
“Takut akan terbongar aibnya.” (319)
Kelicikan para kaum pria dalam novel ini merupakan sindikat; mereka akan
melindungi satu sama lain. Apalagi sindikat terseut dipimpin oleh orang yang
sangat licik, yaitu Abdul Ghani. Abdul Ghani sangat ingin melindungi karyawannya,
apalagi dia juga mengetahui kalau Nura mengetahui kejahatan yang ada di dalam
perusahaannya. Dan seperti yang dikatakan oleh El- Nagaar (2009) dimana banyak
wanita korban pelecehan menjadi sangat tertutup terbukti pada novel ini dimana
Nura sendiri tidak ingin kasus ini dikembangkan karena alasan tidak ingin
aibnya terbuka untuk umum. Apalagi Abdu Ghani dan Doktor Syarif bisa memutar
balikkan fakta kalau Nuralah yang tidak bermoral.
Pelecehan seksual yang terjadi tidak saja secara
fisik. Berdasarkan pada kategori pelecehan seksual oleh El- Nagaar (2009),
terdapat juga pelecehan seksual secara verbal dan Non- Verbal. Secara verbal,
yaitu permintaan untuk melakukan hubungan seksual. Ketika, Nura bekerja sebagai
model dan juga sebagai seorang mahasiswa, dia diminta untuk menemani seorang
kliennya. Pada novel, hal ini bisa terlihat pada kutipan sebagai berikut ini:
“Untuk satu malam saja,” jawabnya sambil
mendekat ke arahku… Seorang pengusaha terkenal berubah menjadi seorang calo
terkutuk yang mengeksploitasi karyawannya sendiri kepada laki-laki penjaja
nafsu birahi.” (288)
Hal tersebut dikatakan oleh seorang pengusaha pemimpin perusahaan
modeling. Dia meminta Nura untuk menemani seorang klien. Berdasarkan dari
kategori pelecehan, yang dikatakan oleh pengusaha tersebut bisa dikatakan
sebagai pelecehan seksual verbal, walaupun pelecehan seksual fisik tidak perah
terjadi. Dan pelecehan seksual yang kedua ialah tatapan mata laki- laki terhdap
wanita cantik dan bahkan penggunaan wanita cantik di dalam sebuah industry juga
termasuk sebagai pelecehan seksual (El Nagaar, 2009). Dalam hal ini, Nura
melamar pekerjaan dan dia lulus bukan karena prestasinya tapi karena
kecantikannya. Tatatapan mata pada wanita cantik juga termasuk pada pelecehan
seksual, dan hal ini jugalah yang dimanfaatkan oleh sebuah perusahaan.
Pernyataan tersebut bisa terlihat pada kutipan di bawah ini:
“… Perusahaanku baru berkembang, Untuk
itu aku membutuhkan sekretaris yang simpatik dan kharismatik. Sekretaris akan
banyak berhadapan dengan public relasi dan konsumen”
Itulah alasan yang sangat sederhana.
Laki- laki itu butuh seorang wanita cantik untuk menghiasi kantornya.Kecantikan
dijadikan umpan untuk menarik perhatian pelanggan. (284)
Menjadikan seorang wanita cantik sebagai pekerja bukan karena
keahliannya, akan tetapi karena kecantikanya merupakan pelecehan seksual yang
amat sering terjadi pada masa sekarang ini. Banyak sekali perusahaan di dunia
akan memakai wanita cantik yang bodoh, daripada wanita biasa- biasa saja yang
pintar. Hal ini dikarenakan perempuan tersebut akan memikat penglihatan siapa
saja yang akan melihatnya. Karena merasa dilecehkan, Nura akhirnya menolak
pekerjaan tersebut.
Ketidak sadaran akibat pengaruh obat- obatan
terlarang juga menjadi penyebab pelecehan seksual secara fisik. Ketidak sadaran
ini bisa kepada si pelaku yang mempunyai imajinasi jelek terhadap perempuan dan
akhirnya melakukan pelecehan seksual pemerkosaan. Dan yang kedua, ialah korban
yang tidak sadar akibat obat- obatan terlarang. Hal itu bisa terlihat pada dua
kasus obat- obatan yang ada di novel sebagai berikut ini:
Pemuda yang tengah mabuk ini tiba- tiba
melihat seorang gadis kecil berlari- lari kea rah bangunan yang sama, yaitu
berteduh dari guyuran hujan. Bajunya yang basah kuyup melekat di tuuhnya yang
montok… Berkobarlah nafsu binatang dalam dirinya. Melelehlah nafsu jahatnya…
keceriaan sebagai anak seusianya lenyap seketika. Suasana hening dan gadis itu
terdiam untuk selama- lamanya. Dia sudah jadi mayat.” (55- 56)
Kejadian di atas merupakan cerita Ustadz Said yang menceritakan tentang
kebejatan moral seorang pemuda yang memperkosa seorang anak gadis kecil akibat
dari pengaruh ganja dan tontonan yang tidak pantas. Ganja dan Film porno
merupakan dua penyebab terjadinya fantasi yang berujung pada pemerkosaan. Hal
kedua, korban yang tidak sadar akibat pengaruh obat- obatan terjadi pada diri
Nura yang diperkosa oleh Doktor Syarif sebagaimana kutipan berikut ini:
“Bagaimana seorang gadis yang
berperilaku sebaik itu membiarkan dirinya diperkosa oleh laki- laki nakal
seperto Doktor Syarif itu?”
“Dipaksa!”
“Dipaksa?”
“Nura diberi obat penenang. Setelah
tidak sadarkan diri, dia diperkosa” (322- 323)
Ketidak sadaran seseorang bisa membuat seorang yang jahat melakukan apa
saja kepada korban yang tidak sadar. Karena tidak sadar, korban tidak bisa
melawan keinginan si pelaku karena keterbatasan tenaga untuk melawan. Hal
inilah yang terjadi pada Nura yang tidak saar karena obat penenang, dia tdak
bisa melawan keinginan seksual dari Doktor Syarif.
Penjelasan-penjelasan tentang pelecehan seksual juga
sebagai penyebab Feminisme yang ada di novel, kebanyakan terjadi pada Nura,
yang merupakan seorang wanita cantik. Nura mengalami berbagai bentuk pelecehan
seksual mulai dari non- verbal, verbal, bahkan fisik. Bahkan dari penjelasan-
penjelasan di atas, pengguaan obat terlarang juga sebagai fasilitas dan juga
penyebab terjadinya pelecehan seksual tersebut. Hal tersbut juga yang
melahirkan feminsime yang ada di hati Nura. Sehingga, dia mulai berani melawan
pada perusahaan Abdul Ghani.
2.
Bentuk
Feminisme yang ada dalam Novle “Mencari Perempuan yang Hilang”
Sebagai efek dari pergeseran nilai yang ada pada masyarakat Arab,
terjadilah pergerakan pergerakan feminism yang berbeda satu sama lain. Terdapat
tiga bentuk feminism yang ada di dalam Novel, yaitu Feminisme Tradisional,
Feminisme Liberal (Modern). Dan Feminisme Sosialisme.
a.
Feminisme
tradisional
Feminisme tradisional merupakan representasi dari
feminisme yang berperan dan percaya akan adanya keragaman, pluralitas, serta lokalitas
pengetahuan. Hal ini merujuk pada feminisme Liberal, atau yang sering disebut
Feminis Marx tradisional (Barker, 2000:26).
Feminis tradisional merupakan oposisi biner dari
feminis modern, yang menekankan pada ke-tak-pragmatis-an, belum mengenal urgensi
dari emansipasi, masih bersifat nihilisme, dan memiliki konstruksi bahasa yang
lokal dan ber-hierarki (Barker, 2000:28)
Berdasarkan perannya, wanita memang mempunyai peran
sebagai pendamping suami dan membesarkan anak- anak mereka. Feminisme tradisional
akan melihat pada perjuangan untuk tetap mempertahankan kodratnya sebagai
partner dari seorang laki- laki untuk memperjuangkan keluarganya. Brewer (1992:
2) mengatakan:
Menuntut sensorship untuk melarang
pornografi, sebagai tekanan terhadap tehnologi reproduksi yang merupakan ‘hasil
rancangan laki-laki’ untuk menghilangkan fungsi kreatif dan unik atas perempuan,
hal ini merupakan sebagian contoh yang mengakomodir kaum feminis untuk berpihak
pada sayap kanan ‘backlash’. Dengan berpijak pada pandangan ini beberapa kaum
feminis melakukan pembelaan bersama kelompok reaksioner yang bersifat moralis
atas peran tradisional perempuan sebagai istri dan ibu, misalnya dengan mereka
yang menjadi oponen terbesar dari gerakan pembebasan perempuan.
Menurut Brewer, kondisi feminism yang lebih mempertahankan kewanitaan dan
peran seorang wanita bisa dikatakan sebagai feminism tradisional atau Feminisme
moral. Feminisme ini berlawanan dengan Feminisme liberal atau Feminisme modern
yang lebih mengatakan kalau wanita itu bebas melakukan atau berekspresi apapun.
Feminisme ini akan lebih benyak melakukan pergerakannya sebagai seorang ibu.
Dalam hal ini, sang ibu akan berkorban untuk anak- anaknya. Di dalam novel
“Mencari Perempuan yang Hilang”, pernyataan ini bisa terlihat pada cerita
dokter Sholeh kepada Ahlam tentang keluarganya sebagai berikut:
Hidup menurut ibuku adalah member dan
berkorban. Sama dengan ayah, pengorbanan dan usianya adalah untuk keenam
anak- anaknya. Seorang ibu yang keibuan,
yang senantiasa mendidik kami dengan kasih saying dan kelembutan. Suami bagi
ibu adalah teman hidup untuk berbagi peran.” (77)
Pergerakan untuk berkorban demi anaknya dan keluarganya merupakan gerakan
feminism juga. Bahkan, dalam membina keluarga, Ibu Sholeh tidak melihat adanya
perbedaan seorang istri dan seorang suami. Ibu Sholeh meliat suaminya sebagai
teman hidup yang bisa diajak untuk berkeluh kesah dan berjuang bersama- sama.
Feminisme ini akan lebih banyak melindungi
keluarganya dari serangan apapun. Hal ini lebih banyak terlihat pada Ibu Dokter
Sholeh yang mengerti kegundaha hati anaknya karena perbedaan status anaknya
dengan Dokter Ahlam. Bahkan, sang ibu rela menjual warisannya demi Sholeh bisa
meminang Dokter Ahlam. Hal ini terlihat pada kutipan sebagai berikut ini:
“Kalau kau sungguh- sungguh
mencintainya, aku rela menjual tanah warisan kakekmu. Hasil penjuaan itu
mungkin bisa membuat hidup Ahlam layak bersamamu. Aku bangga dengan ibuku.
Betapa besar perbedaan antara orang yang mengorbankan hartnya demi kebahagiaan
anaknya dengan orang yang mengorbankan kebahagiaan anaknya demi harta yang
dimilikinya. (226- 227)
Kutipan di atas merupakan efek dari kapitalisme dan materialisme seorang
pengusaha kaya yang tidak ingin anaknya menikah dengan seorang pemuda yang
secara status social (dalam hal kekayaan) tidak sama. Sehingga terjadilah
ketidaksamaan atau ketidak seimbangan. Sebagai seorang feminism tradisional
(moral), ibu Sholeh berusaha untuk menyamakan derajat anaknya dengan derajat
Abdul Ghani dengan menjual warisan kakeknya. Prinsip persamaan dalam diri Ibu
Sholeh merupakan juga prinsip dari feminism dasar; tidak ada yang berbeda
antara orang satu dengan yang lainnya, dan bahkan, dia juga tidak melihat
persamaan kelas sosial.
b.
Feminisme
Modern (Liberal)
Feminisme modern merupakan aplikasi dari kapitalisme
yang melahirkan kebebasan dalam melakukan apapun. Feminisme modern lebih
berpikir pada materialisme, yang jelas materialism juga merupakan efek dari
kapitalisme. Dalam melakukan pergerakannya, kaum feminism liberal (modern) akan
berpikir kalau perempuan bisa melakukan hal yang sama dengan laki- laki dan
bahkan berpikir pada barat; semua yang dilakukan akan berdasarkan pada gaya
barat.
Penolakan kaum feminis terhadap struktur patriarkhi
dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok feminisme modern, termasuk
di dalamnya kelompok feminisme liberal dan sosialis. Kelompok ini ingin
melakukan transformasi sosial secara revolusioner (Muhtada, 2010).
Mereka berpendapat bahwa perempuan perlu masuk ke
dalam dunia laki-laki agar kedudukan dan statusnya setara dengan laki-laki.
Untuk itu, perempuan harus mengadopsi kualitas maskulin, sehingga dapat
menempati posisi-posisi yang selama ini didominasi laki-laki. Apapun pekerjaan
laki-laki, perempuan pun harus mampu melakukannya (Muhtada, 2010). Feminisme
modern menyadari bahwa mereka bukan bagian dari perempuan tradisional yang
mengabdi pada suami, dan bahkan karena mereka piker mereka orang yang sangat
“kelelakian”, maka masalah penampilan mereka pun dibuat semodern mungkin. Dalam
kehidupan social masyarakat Arab, sudah banyak masyarakat Arab yang lebiih
menganut dunia modern. Hal ini terlihat di dalam novel sebagai berikut:
“Apa yang akan kamu katakana ketika
seorang ibu tidak mau memberikan ASI kepada bayinya hanya karena takut payudaranya
tidak seksi lagi? Apa yang ingin kau katakana tatkala melihat ibu- ibu menjual
anak mereka karena rayuan gombal dan godan palsu? Kebodohan yang dimodernisir
inilah yang kita permahir saat ini karena lebih mementingan keindahan fisik
dari pada keindahan rohani.” (51)
Kemodernan dan kematrialismean dan bahkan hal yang mereka sebut dengan
kemodernan telah membuat hamper banyak perempuan Arab sudah meninggalkan
ketradisionalan yang sebetulnya memang hal yang paling alami pada seorang
perempuan. Karena mterialisme, kemodernan, banyak wanita Arab yang lebih
memilih untuk mengorbankan anak- anaknya yang sudah seharusnya menjadi
kewajibannya. Hanya untuk penampilan, mereka tidak memanfaatkan karunia yang
telah diberikan oleh Tuhan yaitu payudara yang seharusnya memang milik dari
seorang anak manusia. Dan feminism modern akan lebih mengorbankan anak- anak
mereka, dalam novel dikonotasikan menjual, dimena mereka lebih memikirkan
keduniawian daripada keluarga.
Kelompok ini memang telah mendorong banyaknya perempuan
masuk ke dalam dunia maskulin, sehingga banyak perempuan yang berhasil
menempati posisi strategis di sektor publik. Tetapi gerakan ini juga mendorong
lahirnya manusia jenis ketiga, tidak laki-laki dan tidak perempuan, yakni
manusia ’’tiruan laki-laki’’ (male clone). Makhluk tiruan laki-laki ini
berjasmani perempuan, tetapi memiliki kualitas-kualitas maskulin, seperti
menguasai, ambisius, kompetitif, dan memenuhi kepentingan pribadi. Jauh dari
kualitas feminin dengan karakter pengasuh, pasif, dan pemelihara (Muhtada
2010). Ini juga terlihat pada Novel dimana Ibu Ahlam lebih memikirkan untuk
menjadi wanita modern daripada wanita tradisional yang hidup untuk membesarkan
anaknya. Ahlam sendiri besar bukan karena asuhan dari orang tuanya. Hal ini ini
bisa terlihat dalam novel sebagaimana berikut:
Demikian pula peran ibu. Anak- anak
sebetulnya sangat mendambaka saat- saat sang iu bercerita di sore hari atau
membuaikannya ketika tidur. Di zaman sekarang banyak ibu yang tidak menyadari
kalau bahwa anak adaah makhluk hidup yang sempurna, punya hati dan punya rasa,
ingin didengarkan dan dimanjakan. Semuanya itu akan berubah menjadi bom yang
menghancurkan, bom waktu yang ditanam dalam jiwa anak, tidak ada yang tahu
kapan akan meledak. (80)
Merasa
sebagai isteri orang yang sangat terhormat, walaupun ibu Ahlam tidak bekerja,
membuatnya harus tetap sibuk. Ibu Ahlam sibuk di berbagai aktifitas organisasi
sehingga membuat waktunya dengan anaknya menjadi berkurang. Sehingga
femooonisme modern dianggap sebagai penghancur feminism atau melawan kodrat
wanita yang sebenarnya. Lunturnya kualitas feminin juga terlihat pada munculnya
berbagai persoalan sosial. Fenomena tawuran pelajar, kenakalan remaja, dan
masyarakat yang semakin brutal disinyalir erat kaitannya dengan kualitas rumah
tangga modern. Ibu dan bapak yang sibuk di luar rumah, kurangnya perhatian pada
anak, hilangnya kehangatan keluarga, merupakan sebagian contoh kecenderungan
rumah tangga modern. Tidak heran jika dekade 90-an dianggap sebagai masa krisis
pengasuhan dan kepedulian dalam masyarakat (Muhtada, 2010).
Feminisme
modern juga dituduh sebagai penghancur tatanan keluarga, karena secara teoritis
menganggap bahwa perempuan yang bekerja di sektor domestik (rumah tangga)
sebagai wanita yang lemah. Antara tahun 1963 sampai 1975, angka perceraian di
Amerika Serikat meningkat sebesar 100% (Skolnicn, 1987).
Perhatian dan kesejahteraan anak-anak pun
mengkhawatirkan, karena banyaknya perempuan yang memusatkan perhatian pada
sektor publik. Di negara-negara
Skandinavia, tempat kaum feminis sosialis memperjuangkan ide-idenya, jumlah
angka perkawinan menurun, sementara frekuensi kumpul kebo dan perpecahan
keluarga semakin meningkat. Akibatnya, anak yang dilahirkan di luar nikah dan
angka keluarga ”berorang tua satu” (ibu saja atau ayah saja) menjadi tinggi
(Popenoe, 1988).
Berdasarkan dari uraian di atas, disimpulkan bahwa Feminisme
modern terjadi pada diri Ibunda Ahlam yang
c.
Feminisme
Sosialisme dan Feminisme Post- Modernisme
Bentuk Feminisme yang ketiga yang terjadi di dalam
Novel ini ialah Feminisme Sosialisme. Feminisme ini terjadi pada kehidupan
Ahlam dan juga kehidupan Nura, akan tetapi dalam bentuk pergerakan yan sangat
berbeda. Feminisme ini bertujuan mengadakan restrukturisasi masyarakat agar
tercapai kesetaraan gender. Ketimpangan gender disebabkan oleh system kapitalisme
yang menimbulkan kelas-kelas dan division of labour, termasuk di dalam
keluarga. Gerakan kelompok ini mengadopsi teori praxis Marxisme, yaitu
teori penyadaran pada kelompok tertindas, agar kaum perempuan sadar bahwa
mereka merupakan ‘kelas’ yang tidak diuntungkan. Proses penyadaran ini adalah
usaha untukmembangkitkan rasa emosi para perempuan agar bangkit untuk merubah
keadaan (Ratna Megawangi, 1999: 225).
Pada pekerjaan dan pengabdiannya pada masyarakat,
Ahlam berani mengambil resiko sebagai satu- satunya dokter bedah dan
kemungkinan besar, profesi yang dia ambil juga jarang diambil oleh para wanita
lainnya. Dia melawan rasa wanitanya yang lebih lemah daripada laki- laki untuk
membuktikan kalau perempuan juga bisa melakukan pekerjaan yang seperti laki-
laki. Dan juga dia melakukan pekerjaan tersebut karena panggilan kemanusiaan.
Hal tersebut tercermina dalam novel sebagai berikut:
Satu lagi jantung anak berhenti
seketika. Bertambah lagi korban meninggal di tangan kami. Kami hanya bisa
menyaksikan dengan rasa pilu. Aham pun jatuh pingsan menghadapi peristiwa yang
memukul jiwanya. Ahlam adalah satu- satunya dokter perempuan yang bertugas di
ruang operasi. Beberapa saat kemudian, setelah mendapat pertolongan perawat,
Dokter Ahlam sadar. Dikumpulkannya segala kekuatan dan semangatnya, lalu dia
mencuci muka dan kembali bergabung bersama kamu untuk menolong anak- anak yang
terluka parah. (103)
Dari
pernyataan di atas, jelaslah bahwa kaum wanita bisa juga bergabung dengan
dokter- dokter laki- laki. Sebagaimana dalam realita yang ada, kebanyakan
dokter- dokter bedah yang ada di rumah sakit terdiri dari dokter- dokter laki-
laki. Jarang sekali terlihat dokter wanita berada di sebuah ruang operasi. Hal
ini disebakan benyak sekali kelemahan wanita apabila berhubungan dengan darah;
banyak sekali kaumwanita merasa takut apabila melihat darah, tubuh yang
terluka, bagian tubuh yang disayat, dan lain sebagainya. Akna tetapi, Ahlam di
sini berani melawan rasa kewanitaannya untuk rasa sosialnya.
Perjuangan kaum feminism sosialis juga melakukan
pemberontaan terhadap kaum kaum kapitalis; mereka tidak ingin mempunya
ketergantungan terhadap Negara- Negara kapitais yang bagi mereka akhirnya
memberikan ketergantugan terhadap mereka; seperti ketergantungan pada hasil
teknologi Amerika sebagai Negara kapitalis barat. Sasongko (2010) mengatakan
bahawa:
Bagaimanapun, kaum perempuan harus
mengurangi harapan mereka terhadap Negara dan masyarakat untuk dapat mengubah
nasib, apabila yang diciptakan kapitalis adalah ketergantungan dan percepatan.
Sebagaimana
yang terlihat pada kenyataan yang ada, hamper 90% Negara- Negara dunia akhirnya
lebih menggantungkan nasibnya pada Negara- Negara kapitalis yang mendompleng
keuntungan dari penjualan- penjualan produk- produk mereka di Negara
berkembang. Akhirnya, mau tidak mau semua Negara akan bergantung pada Negara-
Negara tadi. Apabila dibandingkan di dalam novel, terlihat jelas bahwa Ahlams
tidak menginginkan propaganda- propaganda yang dilakukan oleh kaum kapitalis.
Ahlam menuduh bahwa film- film akan membuat masyarakat Arab mempunyai
ketergantungan, dan bahkan tidak akan beranjak dari muka televisi. Hal tersbut
terlihat pada bagian di bawah ini:
Ahlam bangkit, marah, dan berkata,
“Sudah! Pergi kalian, wahai tuan- tuan!
Baik sinetron maupun film tidak akan membuat anak- anak mati sebagai korban.:
(114)
Penjelasan
di atasmempunyai banyak symbol untuk kaum kapitalis dan juga tujuannya. Frase “Wahai Tuan- tuan!” merupakan symbol
kepada kaum- kaum kapitalis (baik yang berada di dalam maupun luar negeri)
karena tujuan dari kaum tadi yang menginginkan ketergantungan dan mengacu
kepada kehancuran dari masyarakat Arab tadi. Sebagaimana yang terlihat, hampir
50% kehidupan anak- anak berada di depan televisi sehingga mereka lupa untuk
melakukan kewajibannya seperti belajar. Sebagai akibatnya, akan terjadi lost
generation atau Negara yang tanpa masa depan karena kebiasaan buruk menonoton
televisi sepanjang hidupnya. Ahlam merupakan salah seorang feminist yang
menentang Negara- Negara kaum kapitalis walaupun ayahnya sendiri merupakan
seorang kapitalis.
Teori sosial-konflik ini juga mendapat kritik dari
sejumlah pakar, terutama karena teori ini terlalu menekankan faktor ekonomi
sebagai basis ketidakadilan yang selanjutnya melahirkan konflik. Dahrendorf dan
R. Collins, yang tidak sepenuhnya setuju dengan Marx dan Engels, menganggap
konflik tidak hanya terjadi karena perjuangan kelas dan ketegangan antara
pemilik dan pekerja, tetapi juga disebabkan oleh beberapa faktor lain, termasuk
ketegangan antara orang tua dan anak, suami dan isteri, senior dan yunior,
laki-laki dan perempuan, dan lain sebagainya (Umar, 1999: 64). Konflik ini juga terjadi di dalam novel
dimana Ahlam merasakan kejahatan ayahnya kepada manusia lain sehingga Aham pun
merasa malu. Inilai awal dari gerakan Feminisme di dalam diri Ahlam. Pernyataan
tersbut bisa dilihat sebagaimana berikut:
“Kekejaman yang paling sadis adalah bila
kita bertengkar dengan orang yang kita cintai. Coba kau bayangkan dalam
imajinasimu potret yang indah untuk seorang insane yang mulia dinodai oleh
kehidupan yang kotor sehingga potert yang indah itu berubah menjadi percikan
percikan lumpur hitam. Bagaimana perasaanmu seandainya insane yang terhormat
itu adalah primadonamu? Bagaimana kalau dia adalah ayahmu sendiri?” (132)
Gerakan
yang dilakukan oleh Ahlam ialah gerkan dimana dia sangat menginginkan keluarga
yang sangat saling menyayangi. Akan tetapi, potret tersebut tidak terlihat di
dalam keluarganya karena orang tuanya sering berkelahi mempertahankan
pendapatnya masing- masing (Abdul Ghani sebagai kapitalis, sedangkan ibu Ahlam
sebagai Feminisme modern). Sebagai akibatnya, banyak hal- hal yang tidak pernah
tuntas. Dan juga dosa- dosa ayahnya terhadap masyarakat. Di dalam kutipan, dia
menyebutkan “primadona” dan primadona di sini ialah bukan primadona seperti
yang terlihat, akan tetapi orang yang sangat dibenci oleh msyarakat. Di sini,
Ahlam merasa malu mempunyai ayah yang mempunyai banyak dosa dan kejahatan
terutama kepada masyarakat, terutama dirinya sendiri.
Bahkan, Ahlam sendiri berani menentang ayahnya sendiri kalau ayahnya
tidak menyetujui keinginannya untuk menikah dengan dokter Sholeh. Dia juga
berani untuk keluar dari keluarganya. Hal tersebut bisa terlihat pada kutipan
berikut:
“Bagaimana kalau ayahmu menolak mentah-
mentah?”
Tiba- tiba rona wajah Ahlam berubah. Dia
tidak hendak bangkit dari tempat duduknya. Setelah beberapa saat terdiam dan
berpikir, dia berkata sementara kedua matanya basah dengan air mata.
“Sholeh, jia ayahku tidak menyetujui
pernikahan kita, aku tidak akan pernah mencintai laki- laki lain untuk
penggantimu.” (180)
Demi
cinta, Ahlam berani mengambil resiko kalau dia juga tidak akan pernah mau
mencintai laki- laki lain, yang ini juga berate Ahlam tidak akan pernah menikah
dengan lelalki manapun. Ahlam mempunyai prinsip Feminisme dimana dia berani
menentang hasrat kaum laki- laki, dalam hal ini ayahnya sendiri.
Feminisme sosialis juga menyoroti tentang perlindungan
diri dari pelecehan- pelecehan seksualitas yang terjadi. Sebagaimana diketahui,
wanita merupakan objek-objek seksualitas dari laki- laki. Selain itu, juga
anggapan dari kaum laki- laki bahwa wanita itu ialah kaum lemah sehingga dapat
diperdaya. Marzuki (2009) menyatakan:
Selain perjuangan untuk melawan
sensorship sehingga kaum perempuan dapat menguasai tubuh mereka sendiri, juga
kesehatan, kesuburan dan seksualitas mereka tanpa mengalami tuduhan berbuat
cabul dan berbagai tindakan menindas lainnya.
Wanita
harus dapat melawan kejahatan- kejahatan yang timbul dari kaum laki- laki
sehingga membuat kaum laki- laki menjadi berpikir untuk melakukan kejahatan
seksualitas terhadap peempuan. Di dalam novel itu sendiri, ketika NUra pergi ke
kota, dia melihat kalau banyak kaum laki- laki bertindak seenaknya; kaum laki-
laki berpikir kalau wanita tidak berhak untuk mengeluarkan apa yang ada
dipikiranya sebagaimaa terlihat sebagai berikut:
“Itu hakku. Aku bebas meutar lagu apa
yang aku mau,” katanya dengan marah.
“Kau bebas kalau kau sendirian. Tapi
kalau ada penumpang kau harus juga menghargai hak dan perasaan penumpang.”
“Kelihatannya kau gadis pemberani,”
balasnya sambil tertawa terbahak- bahak. “O… kecantikanmu rupanya tidak membuat
orang terpikat.” (279)
Kejadian
di atas merupakan adu mulut antara NUra engan supir taksi yang mengantarkannya.
Sang supir menyangka kalau perempuan tidak bisa memperotes atau berbuat apa
saja sehingga dia dengan seenaknya melakukan apa yang dia mau. Akan tetapi,
Nura malah menghardiknya sehingga membuat sang supir terkejut dengan keberanian
Nura.
Dalam masalah pendidikan, feminism sosialis sangat
menginginkan kalau anita juga mempunyai hak yang sama seperti laki- laki. Sasongko
(2010) menyatakan:
Kami memperjuangkan hak-hak perempuan
dalam pendidikan, pekerjaan dan di masyarakat; upah dan kondisi kerja yang
lebih baik bagi perempuan; melawan kekerasan dan perkosaan, pelayanan yang
lebih bagus untuk perempuan di masyarakat; menentang praktek diskriminasi di
segala sektor.
Pendidikan
merupakan sebuah proses seseorang untuk mempunyai keatangan berpikir yang
sangat diperlukan di dalam dunia pekerjaan. Sehingga, seorang perempuan
feminisme sosialis menyatakan kalau wanita juga perlu mempunyai pendidikan yang
sama seperti laki- laki. Dulu, hanya laki- laki yang bisa duduk di bangku
pendidikan sampai erguruan tinggi. Akan tetapi, karena perjuangan kaum
feminist, sekarang sudah banyak wanita yang mengecam pendidkan tinggi. Nura,
sebagai wanita desa, mempunyai pikiran yang sangat kuat tentang pendidikan. Dia
berpikir kalau wanita bodoh bisa diperdaya oleh kaumlaki- laki. Oleh karena
itu, cita- cita Nura berhasil mengantarkannya pada perguruan tinggi. Walaupun
orang tua Nura tidak bisa membiayainya, akan tetapi dia juga beerja sambil
kuliah. Hal tersebut terlihat pada penjelaasan sebagai berikut:
Gaji? Sangat menggiurkan. AKu
bekerja dengan tekun dan ikhlas. Deirektur menyuai pekerjaanku. Setiap libur
musim panas aku dibawa kemana dia pergi. Satu hal yang kubanggakan dari dia
adalah perhatiannya terhadap penyelesaian studiku. (284- 285)
Feminisme
Sosialis lebih menekankan kepada perjuangana untuk menuntut persamaan hak,
seperti pendidikan,ekonomi, dan lain sebagainya. Feminisme ini terjadi sebagai
akibat dari pelecehan- pelecehan kaum laki- laki terhadap perempuan seperti perempuan
ialah makhluk yang lemah, perempuan hanya akan
berujung pada sumur, kasur, dan kasur. Sebagai akibatnya,hak untk
pendidikan tidak bisa dilakukan terhadap kaum perempuan.
Seorang
feminist sosialisme juga akan rela melakukan apa saja untuk memajukan kaumnya
tanpa melihat jender. Seperti seseorang yang disangka Ahlam yang memberikan
pertolongan medis gratis dan bahkan memerikan pengajaran baca tulis. Hal
tersebut bisa terihat pada novel sebagaimana berikut ini:
Suatu hari beredar berita bahwa
di sebuh desa ada seorang dokter yang baik. Dia rela berkorban apa saja untuk
mengobati orang sampai desa- desa terpencil. Namanya Dokter Farida. Siang hari
dia mengobati orang. Bila senja dating, dia mengumpulkan orang- orang buta
huruf untuk diajari berbagai imu, khususnya membaca dan menulis. (372)
Selain
feminism sosialis, terdapat juga feminism post modernism yang terjadi pada diri
Nura. Hal yang membuat Nura dianggap sebagai feminist sejati ialah bagaimana
dia bisa menentang kebusukan perusahaan tempat dia bekerja yang menjual barang-
barang palsu dan kadaluarsa. Dia berani melawan Abdul Ghani dan Doctor Syarif
yang merupakan orang- orang licik dan kejam, akan tetapi, dia tidak takut
dengan hal- hal seperti itu. Keberanian Nura bisa terihat pada halaman sebagai
berikut:
“Tidak kusangka sedikitpun bahwa aku
sedang bekerja untuk perusahaan yang menjual barang- barang yang sudah rusak
dan berbahaya?!”
Oh… apa yang harus kulakukan? AKu gugup.
Aku pura- pura tdak mengerti,
“Barang rusak? Hai Nona Nura! Kau bicara
apa?
“Kau membuat transaksi untuk barang-
barang yang sudah kadaluarsa? Kau berminat untuk mengimpornya?” (341)
Secara
tidak sengaja, terjadi kesalahan pada surat menyurat karena di perusahaan
tersebut terdapat dua Nura, akan tetapi, surat tersebut dikirimkan melalui Nura
yang berbeda divisi. Terbongkarlah
rahasia kalau perusahaan tersebut akan menjual barang- barang rusak dan
berbahaya. Sasongko (2010) menyatakan:
Politik perbedaan mengalir dari
penolakan kaum postmodernisme untuk mencari pemahaman tentang masyarakat
beserta hukum-hukum yang berlaku yang pada mumnya memangkas perkembangan dan
pengalaman individu. Hal ini terbukti karena siapa saja yang bicara atas nama
pengetahuan dan kemajuan dalam masyarakat akan dibungkam dan disingkirkan
sehingga kelompok tersebut tidak mempunyai kekuatan, akhirnya secara
keseluruhan pengetahuan dan kemajuan disingkirkan. Hal ini tampak dalam
karakter gerakan feminis yang bersikap sebagai oposisi terhadap pengetahuan
yang dianggapnya sebagai ‘wacana kaum laki-laki’, ditentukan seluruhnya oleh
‘sistem nilai kaum laki-laki’.
Di
sini Nura juga bahkan berani akan membaongkar kasus tersebut kepada pihak yang
berwajib tanpa melihat siapa dalang yang berada di belakang kejahatan ini. Hal
ini menunjukkan kalau Nura tidak mempunyai rasa takut terhadap orang yang
sangat kejam dan bengis. Di novel, pemikiran tersebut bisa dilihat pada kutipan
berikut ini:
“Aku tidak peduli siapa yang meyuruh
untuk membalas atau tidak membalas surat ini.Kenyataan yang pasti adalah aku
sedang berhadapan dengan penjahat ulung yang tidak bisa didiamkan begitu saja.
Akan aku laporkan pada yang berwajib,” kata Nura. (343)
Di
samping keberanian NUra untuk membongkar kedok Abdul Ghani, ternyata Ahlam
berani bersikap hal yang sama. Bahkan, orang yang dia adukan beserta bukti-
bukti ialah bapaknya sendiri. Doktor Syarif yang merupkan seorang laki- laki
juga tidak berani mengambil resiko, padahal Doktor Syarif mempunyai bukti yang
lebih banyak.Kesaksian dari Ahlam bisa dilihat pada kutipan berikut ini:
“Saya mohon tuan hakim mendengarkan saya
sampai selesai! Saya punya banyak bukti yang kuat. Bukti ini boleh jadi akan
merubah jalannya persidangan. Saya harap hadirin sekalian mendengarkan saya.
Apa yang saya katakana ini sangat penting dan sangat berbahaya…” (349)
Pendapat
tersebut diperkuat dengan kesaksian Ahlam sebagai berikut:
“Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Besar saya bersumpah akan mengatakan kebenaran
sepahit apapun. Akan saya katakana meski manusia menuduh saya, pengkhianat,
bahkan gila.” (350)
Di
sini terlihatlah pergerakan feminisme post modernism dimana Ahlam berani
bersaksi tentang kejahatan ayahnya sendiri. Dia terpaksa mengirbankan ayahnya
sendiri karena mengetahui akan bahaya yang akan terjadi paa negeri tersbut
apaila ayahnya tidak segera ditangkap. Hal yang sangat jarang dilakukan di
dunia nyata. Biasanya, seorang anak pasti akan membela anaknya sendiri walaupun
tahu ayah mereka bersalah. Akan tetapi, Ahlam berani bersaksi atas nama Allah
Tuhan semesta alam. Bahkan seorang anak laki- laki jarang yang berani melawan
ayahnya sendiri.
Pada biagian ini, terdapat dua macam gerakan
pemberontakan feminism; yaitu feminisme sosialis dan feminism post modern.
Kedua entuk feminism tersebut terjadi karena dua hal yang dibahas sebagai
penyebab terjadinya gerakan feminism; yaitu kapitalisme dan pelecehan
perempuan.
- Kesimpulan
Berdasarkan analisis di atas maka disimpulkan bahwa
gerakan kapitalisme yang dianut banyak pengusaha Arab sangatlah berpengaruh
terhadap materialism; orang akan melihat semuanya kepada materi, sebagai akibat
dari Materialisme juga melahirkan Femisnisme Liberal (Feminisme modern).
Feminisme Modern lebih menekankan kepada cara berpikir seperti laki- laki,
bahkan menyampingkan keluarga. Feminisme modern terjadi kepada Ibu Ahlam yang
selalu menyampingkan keluarganya. Dan kapitalisme jugalah yang menyebabkan
kapitalisme tradisional (moral), dimana ketidak seimbangan ekonomi membuat
seorang ibu akan tetap menjadi seorang ibu. Bahkan dia menginginkan persamaan
hak antara si kaya dengan si miskin. Feminisme ini terlihat pada hidup ibu
Dokter Sholeh yang membela anak- anaknya dan bersikap memang seperti seorang
perempuan. Dan kapitalisme ini juga menyebabkan feminism sosialis, dimana
seorang feminism sosialis tidak ingin menjadi terus- terusan bodoh dan menjadi
hal yang terendah pada kapitalis, sehingga mereka berpikir untuk mempunyai
pendidikan yang tinggi. Itulah yang terjadi pada pemikiran Nura dan bahkan
Ahlam.
Pelecehan seksual juga hal yang banyak terjadi pada
msyarakat Arab. Terjadi banyak pelecehan seksual apalagi pelecehan seksual
tersebut dipengaruhi oleh oat- obatan terlarang dan juga tontonan porno. Pelecehan
seksual ini akan melahirkan pergerakan feminisme sosialis. Di sini lebih banyak
terlihat pada diri Nura. Nura berani melawan laki- laki yang menganggap diri
seorang wanita lemah.
Sedangkan efek pada keduanya; kapitalisme dan
pelecehan perempuan akan membuat pergoakan yang lebih besar, yaitu
postmodernisme. Post modernism ini terjadi pada keduanya; Ahlam dan Nura.
Keduanya berani bertindak untuk melawan laki- laki bahkan hal- hal yang laki-
laki sendiri takut melakukannya.
Referensi:
Abdullah,
Irawan. 1997. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metode
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
Cott, Nancy F. 2004. The
Grounding of Modern Feminism. Yale: Yale University Press dalam Nanuk, P
Murniati. 2004. Getar Gender (Volume 2). Jakarta: PT Kanisius
Djajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik
Sastra Femini: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia
Endaswara, Suwardi. 2003. Metode
Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Fakih, Mansour. 2003. Analisis
Gender dan Transformasi Sosial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Humm, Maggie. 1991.The
Dictionary of Feminist Theory. Columbus: OHIO University Press.
Morgan, Marilyn, dkk. MLA Style.
Diretrief dari www.rpi.edu/web/writingcenter
Owens, Craig. 1983. The Discourse of Others: Feminists and
Postmodernism. New York:
Collier
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Sastra
dan Cultural Studies:Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Subroto.1992. Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa
Sugihastuti dan Suharto. 2002. Kritik
Sastra Feminis: Teori dan Applikasinya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Surachmad. 1990. Metode
Penelitian Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa
Sutopo. 2002. Metode
Penelitian Kualitatif. Semarang: UNS Press
Salam, apakah anda ada novel ini?
BalasHapus