METODE SQ3R pada Kemampuan Membaca
Mahasiswa pada Mata Kuliah “Advanced Reading for Technology of Information”
Oleh
Hendra
A.
Pengertian
1.
Metode
SQ3R
Metode
SQ3R merupakan metode yang berlandaskan pada teori- teori kognitif psikologi
pendidikan yang dikhususkan pada membaca. SQ3R itu sendiri sebuah singkatan
dari “Survey”, “Question”, “Read”, Recite” dan “Review.” Adanya proses persiapan sebelum pembacaan
secara penuh dilakukan. Berarti, metode ini melibatkan informasi sebelumnya,
persepsi, dan Menmonic atau mencoba menghubungkan sesuatu informasi dengan
informasi lainnya di dunia nyata (Eysenc dan Keane, 2003: 260). Metode SQ3R
merupakan metode yang melandaskan pada teori- teori pembelajaran tentang memori
atau media penyimpanan manusia ((Long, 2003:
18). Terdapat dua macam memory,
yaitu “Short Term memory” dan “Long Term Memory.” Yang sering terjadi pada
teori pembelajaran ialah “Short Term Memory” atau “Working Memory”, sehingga
pembelajaran tersebut tidak bisa di”recall” untuk pembelajaran selanjutnya. Teori
tentang Memory dikemukakan oleh Atkinson dan Shriffin pada tahun 1968 (Eysenc
dan Keane, 2003: 2- 14). Bagaimanakah pembelajaran yang diterima akan menjadi
“Long Term Memory”, salah satunya ialah dengan memekai Teknik “Mnemonic”. Teori
ini mencoba menghubungkan (linking) sebuah pembelajaran dengan hal- hal lain
yang ditemukan pada kenyataan yang ada (Eysenc dan Keane, 2003).Dan juga,
metode SQ3R mengacu pada teori pembelajaran kognitif Neisser pada tahun 1976
yang mengatakan proses informasi kognitif merupakan
proses interaksi “bottom up” dan “bottom down.” Bottom down bisa dikatakan
sebagai ingatan dan bottom up ialah persepsi. Bisa disimpulkan sebuah stimuli
akan membuat manusia merespon untuk menjadikanya sebuah persepsi tentang apa
yang sedang dipelajarinya, yang menjadi masalah iaah kadang ingatan kita
tentang stimuli yang ada hanya sedikit, sehingga tidak bisa merespon atau
mempersepsikan untuk pembelajaran berikutnya.Pada “Bottom Down” juga terdapat
konteks pada bahasa yang ada, sehingga bisa disesuaikan artinya berdasarkan
pada dunia nyata (Eysenk dan Keane, 2003:2).
SQ3R
pada mulanya dikembangkan oleh seorang professor yang bernama Francis Robinson
dari Universitas Negeri Ohio pada tahun 1940. SQ3R sebenarnya merupakan bagian
dari ASTP (Army Specialized Training Program) yang memberikan pelatihan kepada
personil militer agar menjadi pembaca yang lebih baik dan mampu menguasai
materi dengan cepat.
Ketika kita menyerap informasi, maka apa-apa yang dibaca akan masuk ke dalam memori jangka pendek. Proses review dilakukan setelah proses membaca selesai agar apa-apa yang dibaca tidak hanya masuk dalam memori jangka pendek melainkan masuk ke memori jangka panjang. Dengan demikian, kapanpun mahasiswa perlu mengingat kembali materi bacaan tersebut, tinggal melakukan proses pemanggilan dari memori jangka panjang (Sticht, 2005).
Ketika kita menyerap informasi, maka apa-apa yang dibaca akan masuk ke dalam memori jangka pendek. Proses review dilakukan setelah proses membaca selesai agar apa-apa yang dibaca tidak hanya masuk dalam memori jangka pendek melainkan masuk ke memori jangka panjang. Dengan demikian, kapanpun mahasiswa perlu mengingat kembali materi bacaan tersebut, tinggal melakukan proses pemanggilan dari memori jangka panjang (Sticht, 2005).
“Survey” di dalam metode SQ3R berarti mencari
judul, sub-judul, gambar, grafik, atau keterangan tambahan dari sebuah buku
atau teks. Disini termasuk mencari huruf bercetak tebal ataupun huruf bercetak
miring. Fungsi “Survey” ini adalah supaya kita mendapatkan gambaran umum akan
apa yang akan kita baca. Pembaca sebelumnya mempunyai outline bacaan atau teks
tersebut. “Question” berarti pembaca memunculkan berbagai pertanyaan di kepala
setelah melakukan “Survey” tadi. Fungsi “Question” ini adalah supaya pembaca
terfokus pada apa yang akan dibaca. Berbekal outline atau gambaran umum tentang
sebuah teks atau bacaan yang pembaca lihat sekilas melalui survey tadi, kita
bisa meunculkan pertanyaan-pertanyaan agar kita bisa fokus pada materi bacaan
atau teks. “Read” berarti waktunya pembaca membaca dari awal hingga akhir.
Dalam tahap ini pertanyaan-pertanyaan yang pembaca munculkan semestinya
terjawab setelah melakukan proses “Read” ini. Pada tahap ini pembaca berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadi muncul pada saat fase Q (Question)
sembari terus membaca. Langkah berikutnya adalah resitasi, atau dalam Bahasa
Inggrisnya Recite. “Recite” berarti mengungkapkan atau menuliskan apa yang telah
dibaca dengan cara yang berbeda (maksudnya dengan kalimat sendiri) dan
menghubungkannya dengan apa yang telah diketahui (rephrasing and connecting).
Fungsinya untuk mengetahui pemahaman pembaca akan apa yang dibaca. Dengan kata
lain mengkomunikasikannya dengan bahasa yang berbeda. Mengkomunikasikan di sini
bukan berarti mengkomunikasikan dengan orang lain, tetapi mengkomunikasikan
dengan diri sendiri. Pembaca melakukan tanya jawab dengan dirinya sendiri untuk
memperoleh pemahaman yang lebih utuh tentang teks atau bacaan yang sedang dipelajari.
“Review” berarti mengingat kembali apa yang telah dibaca. Disini pembaca
memutuskan apa-apa yang ingin penulis sampaikan. Hal-hal apa yang perlu di
ingat. Apakah pertanyaan yang dikemukakan telah terjawab sepenuhnya. Apakah ada
yang tidak pembaca pahami ataupun ada hal-hal yang tidak kita setujui dengan
penulis. Fungsi “Review” ini adalah meningkatkan lagi pemahaman pembaca ke
level yang lebih tinggi. SQ3R ini telah
terbukti berhasil meningkatkan kemampuan reading comprehension (kemampuan
memahami isi teks) pada beberapa penelitian di beberapa negara. Dengan demikian
tentunya sangat bermanfaat bagi mahasiswa (Kabay, 2010; Auburn University
English Centre, 2012).
2.
Kemampuan
Membaca Mahasiswa
Dalam
mempelajari Bahasa asing, terdapat empat kecakapan yang diperlukan, yaitu: 1)
Speaking (Berbicara); 2) Writing (menulis); 3) Listening (Mendengarkan); dan 4)
Reading (membaca). Dan apabila dianalisa keempat kemampuan tersebut merupakan
bagian- bagain yang berpasangan; Speaking berhubungan dengan listening dan
reading berhubungan dengan writing.
Reading
merupakan proses langsung kognitif atau penerimaan informasi yang diberikan.
Tujuan dari reading pada kognitif ialah membentuk sebuah “Long Tern Memory”,
bagaimana informasi tersebut dapat tersimpan dalam otak dalam waktu yang lama.
Apalagi, informasi tersebut sangatlah dibutuhkan dalam pembelajaran
selanjutnya. Akan jelas terlihat bagaimana kebutuhan membca ini sangat
dibutuhkan mahasiswa dalam memperoleh informasi (Seifert dan Sutton, 2009: 22).
Pada masa sekarang ini, mencari materi bacaan yang terbaru dalam bidang tertentu yang berbahasa Indonesia
sangatlah sulit karena kebanyakan informasi terbaru pasti dalam Bahasa Inggris.
Hal ini terjadi karena masih kurangnya penulis- penulis Indonesia dalam bidang
bidang tertentu. Sehingga, mau tidak mau mahasiswa akan memperoleh informasi
terbaru dengan membaca bacaan yang berbahasa Inggris. Terlebih lagi, membaca
dalam Bahasa Inggris akan menambah kosa kata mahasiswa (Vocabulary) (Seifert
and Sutton, 2009:66). Akan tetapi, terdapat beberapa keterbatasan alam membaca
materi yang berbahasa Inggris, seperti keterbatasan dalam kecakapan berbahasa
Inggris seperti yang disebutkan di atas. Akan tetapi, kebutuhan tersebut
sangatlah mendesak sehingga membutuhkan lebih dari satu materi pembacaan untuk
satu objek. Oleh karena itu, metode pembelajaran SQ3R sangatlah memadai untuk
mengambil isi beberapa buah buku dalam waktu yang sangat singkat.
Untuk
mengambil isi buku tersebut, hal yang pertama kali dilakukan ialah Survey atau
mereview atau mengkaji ulang buku yang akan dibaca dan dihubungkan dengan
informasi sebelumnya. Adanya proses pengulangan atau review untuk memastikan
pemahaman akan bahan bacaan. Survey
merupakan proses persiapan membaca dengan cara melihat sekilas isi buku dari
yang terlihat dan menghubungkan dengan apa yang telah diketahui. Misalnya dari
Judul Utama, misalnya judulnya tentang “Asynchronous Transfer Mode”, maka
mahasiswa akan me”recall” infomasi sebelumnya yang didapat tentang Asynchronous
Transfer Mode, misalnya tentang “Cell Relay”. Kemudian mahasiswa melihat sub-
judul, dan setelah mencocokan persepsinya yaitu tentang “cell relay”, maka
secara tidak langsung mahasiswa tersebut akan menebak, kira- kira isi buku
tersebut tentang apa. Bahkan, gambar juga bisa memberikan informasi yang
berhubungan dengan persepsi mahasiswa tadi. Bahkan, nama- nama yang sering
keluar dari halaman per halaman juga menentukan inti dari pembahasan sebuah
buku. Daftar isi juga bisa memberikan informasi yang berhubungn dengan persepsi
pembelajaran; kira- kira cocok atau tidaknya infomasi yang diminta dengan isi.
Bahkan, istilah istilah lain yang dicetak miring dan tebal merupakan bagian
yang paling penting dari sebuah informasi dan persepsi yang ada. Gambar pada
sampu juga bisa memberikan informasi visual tentang pembahsan yang akan
dibahas, yang sekaligus berfungsi sebagai visual representation (pendapat
Brunner tentang teori “Connectivism”, Long, 2003). Sehingga, bisa menghubungkan
gambar tersebut dengan yang lain.
Tahap
yang kedua ialah “Question”. “Question” ialah membuat pertanyaan yang berkaitan
dengan buku yang akan diaca. Tahap kedua
ini membutuhkan Tahap ini dilakukan bersamaan dengan proses survey terutama
ketika Anda mempelajari daftar isi serta mulai membaca sekilas halaman demi
halaman secara cepat. Sambil membaca judul bab, sub judul bab, kata-kata khusus
bercetak tebal atau miring, tabel dan gambar maka pada saat yang sama,
mahasiswa melakukan proses bertanya kepada diri sendiri. Di sini mahasiswa
melakukan proses aktif dengan melakukan analisa, sintesa maupun argumentasi
terhadap pokok pikiran yang disampaikan penulis buku. Mahasiswa bisa
menciptakan berbagai pertanyaan seperti:
Menurut
saya bab ini harusnya menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu “Proses
transfer data secara besar”
Perhatikan
dari pertanyaan-pertanyaan di atas, seorang pembaca telah melakukan proses
dialog aktif bahkan sebelum pembacaan secara penuh dilakukan. Dengan demikian,
secara mental pembaca tersebut sudah siap untuk terjun ke dalam isi bacaan
termasuk untuk menguji pembahasan yang diajukan penulis buku dengan apa-apa
yang telah dipelajari dan dipahami sebelumnya oleh pembaca tersebut. Proses
inilah yang nantinya akan membantu terjadinya membaca secara aktif. Lewat cara
ini, pembaca tidak sekedar “menurut” dengan apa yang disampaikan penulis
melainkan turut melakukan analisa, sintesa maupun argumentasi terhadap isi
buku.
Setelah
dua tahap di atas dilakukan, maka mulailah proses membaca secara keseluruhan
dilakukan. Dengan adanya persiapan sebelum membaca, maka proses baca
keseluruhan isi dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Hal ini dibantu karena
pembaca tersebut telah mengenali ide pokok yang disampaikan penulis, memahami
strukturnya, maupun terminologi yang banyak dipakai. Proses pembacaan
keseluruhan ini dapat dilakukan dengan break di tiap akhir bab untuk
kemudian melakukan review atau dengan cara menyelesaikan dulu secara total.
Prose membaca cepat bisa dilakukan dengan cara skimming dan juga scanning. Saint
Martym University (2010) menyatakan:
In scanning, you usually have a
question to, or something specific to look for. It might be a telephone number,
a particular quotation in a book, or supporting facts to use in a discussion
you’re having. When you scan, your goal is to find just the information you want.
When you’ve found it, you’re finished reading. In skimming, your purpose
is quite different. You may be interested in the “gist” of an article, or you
may want to sample a book in the library before deciding to take it out. When
you skim, you alternate read and glance, and your goal is to obtain an
impression of the whole.
Proses
scanning ialah membaca cepat berdasarkan pada apa yang diinginkan saja.
MIsalnya, berhubungan dengan hal di atas, mahasiswa hanya ingin mencari tentang
“cell relay” maka dia akan hanya mencari bacaan dengan kata “cell relay saja”
dan membiarkan poko pembahasan lain. Sedangkan, proses “skimming” iaah membaca
cepat secara keseluruhan dan mengambil inti dari keseluruhan.
Proses
resitasi atau melakukan refleksi atas bahan bacaan dapat dilakukan segera
setelah mengakhiri satu bab. Langkah ini dilakukan untuk menguji pemahaman atas
apa yang telah dibaca. Proses ini dilakukan dengan menceritakan ulang pokok
pikiran yang dibahas dalam buku tersebut dengan gaya bahasa sendiri. Jika hal
tersebut dapat dilakukan menunjukkan bahwa seorang mahasiswa memahami isi buku
tersebut. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, maka
pemahaman mahasiswa sebenarnya masih diragukan. Proses resitasi ini sangat
bermanfaat terutama ketika membaca buku-buku teks perkuliahan yang wajib
dikuasai. Proses ini tidak berusaha menghafal apa-apa yang dibaca melainkan
berusaha memahami dengan bahasa sendiri apa-apa yang telah dibaca.
Kesimpulannya, dalam bagian ini mahasiswa mencoba menyimpulkan pa yang telah
dia baca dan me”recall” pembelajaran dengan mempergunakan Bahasa dia sendiri.
Referensi:
Auburn
University English Centre. 2012. SQ3R. Auburn University
Eysenk, Michael
W dan Mark T Keane. 2003. Cognitive Psychology: A Student’s Handbook. Hove and
New York: Sychology Press
Kebay, M.E.
2010. SQ3R: Active Learning for Everyone. Information
Assurance, Division of Business & Management MSIA Program Director , School
of Graduate Studies Norwich University, Northfield
Long, Martyn. 2003. The Psychology of
Education. New York: Taylor & Francis e-Library
Saint Martyn’s
University. 2011. Skimming and Scanning. Saint Martyn’s University: Learning
and Writing Centre.
Sticht, Tom.
2005. Seven Pioneering Adult Literacy Educators in the
History of Teaching Reading With Adults in the United States. Washington: Adult
Literacy Research Working Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar