Entri Populer

Selasa, 21 Februari 2012


METODE SQ3R pada Kemampuan Membaca Mahasiswa pada Mata Kuliah “Advanced Reading for Technology of Information”
Oleh
Hendra

A.    Pengertian
1.      Metode SQ3R
Metode SQ3R merupakan metode yang berlandaskan pada teori- teori kognitif psikologi pendidikan yang dikhususkan pada membaca. SQ3R itu sendiri sebuah singkatan dari “Survey”, “Question”, “Read”, Recite” dan “Review.”  Adanya proses persiapan sebelum pembacaan secara penuh dilakukan. Berarti, metode ini melibatkan informasi sebelumnya, persepsi, dan Menmonic atau mencoba menghubungkan sesuatu informasi dengan informasi lainnya di dunia nyata (Eysenc dan Keane, 2003: 260). Metode SQ3R merupakan metode yang melandaskan pada teori- teori pembelajaran tentang memori atau media penyimpanan manusia ((Long, 2003: 18).  Terdapat dua macam memory, yaitu “Short Term memory” dan “Long Term Memory.” Yang sering terjadi pada teori pembelajaran ialah “Short Term Memory” atau “Working Memory”, sehingga pembelajaran tersebut tidak bisa di”recall” untuk pembelajaran selanjutnya. Teori tentang Memory dikemukakan oleh Atkinson dan Shriffin pada tahun 1968 (Eysenc dan Keane, 2003: 2- 14). Bagaimanakah pembelajaran yang diterima akan menjadi “Long Term Memory”, salah satunya ialah dengan memekai Teknik “Mnemonic”. Teori ini mencoba menghubungkan (linking) sebuah pembelajaran dengan hal- hal lain yang ditemukan pada kenyataan yang ada (Eysenc dan Keane, 2003).Dan juga, metode SQ3R mengacu pada teori pembelajaran kognitif Neisser pada tahun 1976 yang mengatakan proses informasi kognitif merupakan proses interaksi “bottom up” dan “bottom down.” Bottom down bisa dikatakan sebagai ingatan dan bottom up ialah persepsi. Bisa disimpulkan sebuah stimuli akan membuat manusia merespon untuk menjadikanya sebuah persepsi tentang apa yang sedang dipelajarinya, yang menjadi masalah iaah kadang ingatan kita tentang stimuli yang ada hanya sedikit, sehingga tidak bisa merespon atau mempersepsikan untuk pembelajaran berikutnya.Pada “Bottom Down” juga terdapat konteks pada bahasa yang ada, sehingga bisa disesuaikan artinya berdasarkan pada dunia nyata (Eysenk dan Keane, 2003:2). 
SQ3R pada mulanya dikembangkan oleh seorang professor yang bernama Francis Robinson dari Universitas Negeri Ohio pada tahun 1940. SQ3R sebenarnya merupakan bagian dari ASTP (Army Specialized Training Program) yang memberikan pelatihan kepada personil militer agar menjadi pembaca yang lebih baik dan mampu menguasai materi dengan cepat.
Ketika kita menyerap informasi, maka apa-apa yang dibaca akan masuk ke dalam memori jangka pendek. Proses review dilakukan setelah proses membaca selesai agar apa-apa yang dibaca tidak hanya masuk dalam memori jangka pendek melainkan masuk ke memori jangka panjang. Dengan demikian, kapanpun mahasiswa perlu mengingat kembali materi bacaan tersebut, tinggal melakukan proses pemanggilan dari memori jangka panjang (Sticht, 2005).
 “Survey” di dalam metode SQ3R berarti mencari judul, sub-judul, gambar, grafik, atau keterangan tambahan dari sebuah buku atau teks. Disini termasuk mencari huruf bercetak tebal ataupun huruf bercetak miring. Fungsi “Survey” ini adalah supaya kita mendapatkan gambaran umum akan apa yang akan kita baca. Pembaca sebelumnya mempunyai outline bacaan atau teks tersebut. “Question” berarti pembaca memunculkan berbagai pertanyaan di kepala setelah melakukan “Survey” tadi. Fungsi “Question” ini adalah supaya pembaca terfokus pada apa yang akan dibaca. Berbekal outline atau gambaran umum tentang sebuah teks atau bacaan yang pembaca lihat sekilas melalui survey tadi, kita bisa meunculkan pertanyaan-pertanyaan agar kita bisa fokus pada materi bacaan atau teks. “Read” berarti waktunya pembaca membaca dari awal hingga akhir. Dalam tahap ini pertanyaan-pertanyaan yang pembaca munculkan semestinya terjawab setelah melakukan proses “Read” ini. Pada tahap ini pembaca berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadi muncul pada saat fase Q (Question) sembari terus membaca. Langkah berikutnya adalah resitasi, atau dalam Bahasa Inggrisnya Recite. “Recite” berarti mengungkapkan atau menuliskan apa yang telah dibaca dengan cara yang berbeda (maksudnya dengan kalimat sendiri) dan menghubungkannya dengan apa yang telah diketahui (rephrasing and connecting). Fungsinya untuk mengetahui pemahaman pembaca akan apa yang dibaca. Dengan kata lain mengkomunikasikannya dengan bahasa yang berbeda. Mengkomunikasikan di sini bukan berarti mengkomunikasikan dengan orang lain, tetapi mengkomunikasikan dengan diri sendiri. Pembaca melakukan tanya jawab dengan dirinya sendiri untuk memperoleh pemahaman yang lebih utuh tentang teks atau bacaan yang sedang dipelajari. “Review” berarti mengingat kembali apa yang telah dibaca. Disini pembaca memutuskan apa-apa yang ingin penulis sampaikan. Hal-hal apa yang perlu di ingat. Apakah pertanyaan yang dikemukakan telah terjawab sepenuhnya. Apakah ada yang tidak pembaca pahami ataupun ada hal-hal yang tidak kita setujui dengan penulis. Fungsi “Review” ini adalah meningkatkan lagi pemahaman pembaca ke level yang lebih tinggi.  SQ3R ini telah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan reading comprehension (kemampuan memahami isi teks) pada beberapa penelitian di beberapa negara. Dengan demikian tentunya sangat bermanfaat bagi mahasiswa (Kabay, 2010; Auburn University English Centre, 2012).

2.      Kemampuan Membaca Mahasiswa
Dalam mempelajari Bahasa asing, terdapat empat kecakapan yang diperlukan, yaitu: 1) Speaking (Berbicara); 2) Writing (menulis); 3) Listening (Mendengarkan); dan 4) Reading (membaca). Dan apabila dianalisa keempat kemampuan tersebut merupakan bagian- bagain yang berpasangan; Speaking berhubungan dengan listening dan reading berhubungan dengan writing.
Reading merupakan proses langsung kognitif atau penerimaan informasi yang diberikan. Tujuan dari reading pada kognitif ialah membentuk sebuah “Long Tern Memory”, bagaimana informasi tersebut dapat tersimpan dalam otak dalam waktu yang lama. Apalagi, informasi tersebut sangatlah dibutuhkan dalam pembelajaran selanjutnya. Akan jelas terlihat bagaimana kebutuhan membca ini sangat dibutuhkan mahasiswa dalam memperoleh informasi (Seifert dan Sutton, 2009: 22). Pada masa sekarang ini, mencari materi bacaan yang terbaru dalam  bidang tertentu yang berbahasa Indonesia sangatlah sulit karena kebanyakan informasi terbaru pasti dalam Bahasa Inggris. Hal ini terjadi karena masih kurangnya penulis- penulis Indonesia dalam bidang bidang tertentu. Sehingga, mau tidak mau mahasiswa akan memperoleh informasi terbaru dengan membaca bacaan yang berbahasa Inggris. Terlebih lagi, membaca dalam Bahasa Inggris akan menambah kosa kata mahasiswa (Vocabulary) (Seifert and Sutton, 2009:66). Akan tetapi, terdapat beberapa keterbatasan alam membaca materi yang berbahasa Inggris, seperti keterbatasan dalam kecakapan berbahasa Inggris seperti yang disebutkan di atas. Akan tetapi, kebutuhan tersebut sangatlah mendesak sehingga membutuhkan lebih dari satu materi pembacaan untuk satu objek. Oleh karena itu, metode pembelajaran SQ3R sangatlah memadai untuk mengambil isi beberapa buah buku dalam waktu yang sangat singkat.
Untuk mengambil isi buku tersebut, hal yang pertama kali dilakukan ialah Survey atau mereview atau mengkaji ulang buku yang akan dibaca dan dihubungkan dengan informasi sebelumnya. Adanya proses pengulangan atau review untuk memastikan pemahaman akan bahan bacaan. Survey merupakan proses persiapan membaca dengan cara melihat sekilas isi buku dari yang terlihat dan menghubungkan dengan apa yang telah diketahui. Misalnya dari Judul Utama, misalnya judulnya tentang “Asynchronous Transfer Mode”, maka mahasiswa akan me”recall” infomasi sebelumnya yang didapat tentang Asynchronous Transfer Mode, misalnya tentang “Cell Relay”. Kemudian mahasiswa melihat sub- judul, dan setelah mencocokan persepsinya yaitu tentang “cell relay”, maka secara tidak langsung mahasiswa tersebut akan menebak, kira- kira isi buku tersebut tentang apa. Bahkan, gambar juga bisa memberikan informasi yang berhubungan dengan persepsi mahasiswa tadi. Bahkan, nama- nama yang sering keluar dari halaman per halaman juga menentukan inti dari pembahasan sebuah buku. Daftar isi juga bisa memberikan informasi yang berhubungn dengan persepsi pembelajaran; kira- kira cocok atau tidaknya infomasi yang diminta dengan isi. Bahkan, istilah istilah lain yang dicetak miring dan tebal merupakan bagian yang paling penting dari sebuah informasi dan persepsi yang ada. Gambar pada sampu juga bisa memberikan informasi visual tentang pembahsan yang akan dibahas, yang sekaligus berfungsi sebagai visual representation (pendapat Brunner tentang teori “Connectivism”, Long, 2003). Sehingga, bisa menghubungkan gambar tersebut dengan yang lain.
Tahap yang kedua ialah “Question”. “Question” ialah membuat pertanyaan yang berkaitan dengan  buku yang akan diaca. Tahap kedua ini membutuhkan Tahap ini dilakukan bersamaan dengan proses survey terutama ketika Anda mempelajari daftar isi serta mulai membaca sekilas halaman demi halaman secara cepat. Sambil membaca judul bab, sub judul bab, kata-kata khusus bercetak tebal atau miring, tabel dan gambar maka pada saat yang sama, mahasiswa melakukan proses bertanya kepada diri sendiri. Di sini mahasiswa melakukan proses aktif dengan melakukan analisa, sintesa maupun argumentasi terhadap pokok pikiran yang disampaikan penulis buku. Mahasiswa bisa menciptakan berbagai pertanyaan seperti:
Menurut saya bab ini harusnya menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu “Proses transfer data secara besar”
Perhatikan dari pertanyaan-pertanyaan di atas, seorang pembaca telah melakukan proses dialog aktif bahkan sebelum pembacaan secara penuh dilakukan. Dengan demikian, secara mental pembaca tersebut sudah siap untuk terjun ke dalam isi bacaan termasuk untuk menguji pembahasan yang diajukan penulis buku dengan apa-apa yang telah dipelajari dan dipahami sebelumnya oleh pembaca tersebut. Proses inilah yang nantinya akan membantu terjadinya membaca secara aktif. Lewat cara ini, pembaca tidak sekedar “menurut” dengan apa yang disampaikan penulis melainkan turut melakukan analisa, sintesa maupun argumentasi terhadap isi buku.
Setelah dua tahap di atas dilakukan, maka mulailah proses membaca secara keseluruhan dilakukan. Dengan adanya persiapan sebelum membaca, maka proses baca keseluruhan isi dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Hal ini dibantu karena pembaca tersebut telah mengenali ide pokok yang disampaikan penulis, memahami strukturnya, maupun terminologi yang banyak dipakai. Proses pembacaan keseluruhan ini dapat dilakukan dengan break di tiap akhir bab untuk kemudian melakukan review atau dengan cara menyelesaikan dulu secara total. Prose membaca cepat bisa dilakukan dengan cara skimming dan juga scanning. Saint Martym University (2010) menyatakan:
In scanning, you usually have a question to, or something specific to look for. It might be a telephone number, a particular quotation in a book, or supporting facts to use in a discussion you’re having. When you scan, your goal is to find just the information you want. When you’ve found it, you’re finished reading. In skimming, your purpose is quite different. You may be interested in the “gist” of an article, or you may want to sample a book in the library before deciding to take it out. When you skim, you alternate read and glance, and your goal is to obtain an impression of the whole.

Proses scanning ialah membaca cepat berdasarkan pada apa yang diinginkan saja. MIsalnya, berhubungan dengan hal di atas, mahasiswa hanya ingin mencari tentang “cell relay” maka dia akan hanya mencari bacaan dengan kata “cell relay saja” dan membiarkan poko pembahasan lain. Sedangkan, proses “skimming” iaah membaca cepat secara keseluruhan dan mengambil inti dari keseluruhan. 
Proses resitasi atau melakukan refleksi atas bahan bacaan dapat dilakukan segera setelah mengakhiri satu bab. Langkah ini dilakukan untuk menguji pemahaman atas apa yang telah dibaca. Proses ini dilakukan dengan menceritakan ulang pokok pikiran yang dibahas dalam buku tersebut dengan gaya bahasa sendiri. Jika hal tersebut dapat dilakukan menunjukkan bahwa seorang mahasiswa memahami isi buku tersebut.  Namun  jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, maka pemahaman mahasiswa sebenarnya masih diragukan. Proses resitasi ini sangat bermanfaat terutama ketika membaca buku-buku teks perkuliahan yang wajib dikuasai. Proses ini tidak berusaha menghafal apa-apa yang dibaca melainkan berusaha memahami dengan bahasa sendiri apa-apa yang telah dibaca. Kesimpulannya, dalam bagian ini mahasiswa mencoba menyimpulkan pa yang telah dia baca dan me”recall” pembelajaran dengan mempergunakan Bahasa dia sendiri.


Referensi:
Auburn University English Centre. 2012. SQ3R. Auburn University
Eysenk, Michael W dan Mark T Keane. 2003. Cognitive Psychology: A Student’s Handbook. Hove and New York: Sychology Press
Kebay, M.E. 2010. SQ3R: Active Learning for Everyone. Information Assurance, Division of Business & Management MSIA Program Director , School of Graduate Studies Norwich University, Northfield

Long, Martyn. 2003. The Psychology of Education. New York: Taylor & Francis e-Library 
Saint Martyn’s University. 2011. Skimming and Scanning. Saint Martyn’s University: Learning and Writing Centre.
Sticht, Tom. 2005. Seven Pioneering Adult Literacy Educators in the History of Teaching Reading With Adults in the United States. Washington: Adult Literacy Research Working Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar